Kamis, 21 Januari 2021

Kesehatan Mental, Ini Cara Menjaganya!


Rasanya tidak ada satu pun yang selesai tepat pada waktunya. Anak menangis seharian, sementara pekerjaan rumah menumpuk. Di sisi lain, saya mengharuskan diri sendiri menyelesaikannya.

Akibatnya, si sulung sering kali saya teriaki dengan kemarahan. Apalagi keinginannya juga banyak. Segala sesuatu harus dilakukan bersama Ummi.

Itu terjadi beberapa waktu lampau. Saya menyadari benar bahwa kemarahan tidak menyelesaikan segalanya. Namun, terkadang semua lepas kendali. Ilmu parenting yang diperoleh dengan berbagai cara seakan menguap begitu saja.


Anda pernah mengalami hal di atas? Beberapa tahun belakangan saya baru mengetahui bahwa itu terjadi karena kesehatan mental atau bahasa kerennya mental health sedang terganggu. Sesuatu yang menurut beberapa teori dan buku yang saya baca, paling banyak menimpa wanita.

Apa yang Dimaksud dengan Kesehatan Mental?


Banyak orang yang menyamakan kesehatan mental dengan gangguan kejiwaan. Seseorang yang mengalami masalah ini disebut orang gila. Itu sebabnya, banyak yang abai dan berusaha menepis bahwa mentalnya sedang terganggu.

Dengan ilmu yang sedikit, saya mencoba mencari makna dan pertanyaan pada subjudul di atas. 

Dari semuanya, saya menyimpulkan bahwa kesehatan mental berhubungan dengan kondisi lahir dan batin seseroang yang dipengaruhi oleh pengalaman hdupnya. Kondisi tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi kepribadian dan perilaku, cara menangani stres, dan hubungannya dengan orang lain.

Secara sederhana, individu yang sehat secara mental akan merasa sejahtera dan hidupnya lebih tenang. Baik dilihat dari psikologis, emosional, atau pun sosial. Pasang surut hidup, suka dan duka yang dialami tidak berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Di rumah, di kantor, di mana saja perilaku Temans akan sama.

Ciri Mental Tidak Sehat


Di atas sudah disebutkan, bahwa mental tidak sehat paling banyak dialami wanita. Mungkin ini dikarenakan karena makhluk yang sering kali dianggap lemah ini sering kali mengedepankan perasaan. Di balik semuanya, pekerjaannya memang rentan terhadap tekanan. Apalagi beberapa budaya yang masih menanggap seluruh urusan rumah tangga adalah pekerjaannya.

Masak tidak enak, urusan ibu. Anak kurus, ibu juga yang salah. Keuangan tidak lancar, ibu tidak membantu. Begitu seterusnya.. Jadi serasa curhat ya?

Ada berbagai jenis masalah gangguan mental yang mungkin dialami, seperti gangguan bipolar, skizofrenia, stres dan depresi, dan lain-lain. Stres menjadi masalah yang sering melanda.

Stres dan Ciri-Cirinya


Stres menurut saya adalah reaksi yang muncul dari diri saat dihadapkan dengan berbagai tuntutan dan kewajiban yang dirasakan di luar kemampuan. 

Beberapa seminar parenting yang pernah saya ikuti menyebutkan bahwa stres ini tidak selalu negatif. 

Ada yang dinamakan dengan Eustress, reaksi yang membuat Temans termotivasi untuk mengerakan sesuatu secara optimal dan mendukung produktivitas. Contohnya, tidak perlu jauh-jauh. Ikut tantangan atau chaleenge menulis di blog selama 30 hari seperti yang sedang dijalani ini dikategorikan sebagai eustress.

Distress, merupakan stres negatif yang lebih dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Reaksi ini muncul ketika tekanan terlalu besar, memberatkan, dan melibatkan emosi sehingga menggangu motivasi dan menghambat produktivitas.

Distress pada ibu rumah tangga, biasanya bermula pada pekerjaan rumah, kantor, anak-anak, suami, keluarga besar, dan tetangga. Apalagi di masa pandemi, di mana kebanyakan keluarga berkumpul dan anak belajar daring di rumah. Wah, rasanya sesuatu!

Stres negatif, yang di sini saya sebut sebagai stres saja, harus diatasi sebelum membesar menjadi depresi atau masalah kesehatan mental berkepanjangan. 
Mengapa? Ibu merupakan sentra keluarga. Ibu yang bahagia akan menularkan kebahagiaan kepada sekitarnya. 

Nggak percaya? Coba saja saat hati sedang kesal. Apa yang Temans lakukan? Setelah itu, perhatikan ketika hati sedang damai dan yang terjadi di sekelling.

Nah, sebagai orang tua tentu saja ini akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Anak yang diasuh oleh orang tua yang tidak seimbang fisik dan mentalnya, tidak akan optimal sesuai harapan. 

Hampir tidak ada orang tua yang ingin anaknya demikian. Orang tua ingin dapat mempersiapkan anak-anaknya dalam membangun kehidupan sukses dengan versi masing-masing. 

Yups, untuk mengatasinya tentu Temans harus mengenali gejala stres dan mengakuinya dulu. 

Saya ambil dari catatan sebuah seminar parenting yang sudah ditambahi dengan referensi lain, di bawah ini ada 3 kelompok tanda stres yang harus dikenali.

1. Ciri fisik, di antaranya sering sakit kepala, sering diare, gatal-gatal tidak diketahui penyebabnya, lelah berlebihan, gangguan tidur, gangguan pencernaan, dan malas untuk melakukan segala sesuatu.

2. Ciri kognitif atau pikiran, di antaranya mudah lupa, sulit konsentrasi, sulit mencerna informasi, dan cenderung berpikir negatif.

3. Ciri Emosi atau perasaan, seperti mudah tersinggung, mudah cemas, takut berlebihan, dan sedih berlebihan. Hmm.. Di bagian ini saya menyebutnya sebagai baperan.

Mengatasi dan Mencegah Gangguan Kesehatan Mental


Sekarang ini, kesehatan mental menjadi topik yang tergolong viral meski sangat sensitif. 
Kisah yang saya tuliskan di pembukaan, bukan omong kosong. Butuh beberapa waktu untuk mengatasinya. 

Saya menyadari bahwa marah dan berteriak bukan solusi. Saat itu, tentu saja saya tidak mengetahui penyebabnya. Di akhir, kemarahan hilang diganti dengan sedih yang berkepanjangan, terutama saat sedang sendiri. Saya merasa semua yang terjadi adalah kesalahan diri. 

Beruntung saya mempunyai teman baik dan sahabat selingkaran. Masalah tidak membuat saya jauh dari Allah. Mereka tidak mengetahui masalah yang saya hadapi secara utuh. Namun, sesekali keluar sejenak membuat saya berpikir jernih dan merapikan diri. Apalagi beberapa tahun belakangan saya menekuni hobi menulis dan ikut kelas tahsin. Kesibukan dan wawasan bertambah. 

Ada beberapa catatan yang saya garis bawahi ketika mental sedang dalam masalah. Mengakui bahwa diri sedang mengalaminya. Tidak menghindari atau menepiskannya. 

Sering orang beranggapan bahwa mental bermasalah karena tidak kuat iman. Tentu tidak ada yang mau dianggap demikian. Mengakui diri bermasalah saja sudah susah. Ditambah dengan tudingan orang lain. Bukan pulih, yang terjadi sebaliknya. Beban hidup bertambah berat.

So Temans, setelah intropkesi diri sendiri di bawah ini ada beberapa cara memulihkan kesehatan mental. Pas juga untuk tetap diterapkan untuk menjaga mental health itu sendiri.

1. Self Healing dengan Al Qur’an


“Dan kami turunkan dari Al Qur’an sesuatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS Al Isra: 82)

Kitabullah adalah as Syifa atau penyembuh. Ini menjadi langkah pertama yang dapat dilakukan. 

Lho, katanya mental illness tidak berhubungan dengan iman? Saya tidak menyatakan begitu atau sebaliknya. Sebagai orang awam, saya tidak mengerti tentang hal ini. 

Hanya saja menghakimi orang yang sedang mengalami ujian hidup sebagai tidak beriman, bukan langkah bijak.

Yang pasti dengan membaca kalam Allah, hati akan menjadi tenang. Niatkan dalam hati ketika membaca, untuk mendapatkan ketenangan batin. Bukan sekadar membaca memenuhi kewajiban atau ingin mendapat pahala. Akan tetapi ditambahkan untuk memperoleh ketenangan jiwa. Semua berawal dari niat, bukan?

2. Menghadapi dengan Senyum


Pertanyaan sederhana, bahagia dulu baru tersenyum atau sebaliknya? Rasanya, kalau menunggu bahagia baru tersenyum dunia akan dipenuhi wajah-wajah sedih dan marah ya? 

He he.. Tidak ada bahagia yang abadi. Sedih dan gembira merupakan bagian dari kehidupan manusia. Selesai masalah yang satu, akan ada beban yang lain. 

Penelitian menunjukkan senyum akan meningkatkan 4 hormon, yaitu serotonin, oksitosin, endorfin, dan dorpamin. Empat hormon yang dapat menyenangkan, meningkatkan suasana hati gembira, menenangkan, dan mengurangi rasa sakit.

Dr. Aisyah Dahlan menyarankan untuk tersenyum selama 7 detik setiap hari setiap pagi. Senyum yang seimbang antara terangkatnya bibir di kanan dan kiri, lho! Bukan senyum yang hanya terangkat sebelah. Hmm..

Senyum di pagi hari akan meningkatkan mood sepanjang hari.

3. Memaafkan


Apa penyebab stres yang dialami? Hanya Temans yang tahu. 

Sebagai bagian dari terapi diri sendiri, maafkan semua dan siapa saja yang Temans anggap melakukan kesalahan. 

Maafkan, orang yang memandang rendah diri. Maafkan, kerabat yang melihat rumah berantakan karena mereka tidak tahu yang sebenarnya. Bahkan, berilah kata tersebut untuk segala yang dilakukan oleh orang terdekat. 

Tidak ada yang sempurna memahami diri. Jadi, berusahalah memahami orang lain. Temans akan merasakan yang sama.

Sulit untuk memaafkan? Saya menerapkannya setiap akan tidur malam hari dan mengucapkannya berulang-ulang. Jangan lupa, untuk memohon ampun dan beristighfar di kala ini.

InsyaAllah jika dilakukan setiap malam, energi negatif akan hilang.

4. Self Healing dengan Menulis


Menulis disebut sebagai cara menumpahkan segala perasaan. Di sini, banyak orang memperoleh ketenangan yang berbeda.
Bagi saya, menulis yang dimaksud tidak selalu berarti menceritakan kehidupan pribadi secara “gamblang”, sehingga perasaan lebih lega.

Tidak, saya tidak ingin justru tulisan membuat orang lain ikut bersedih dan merasakan energi negatif. 

Agar bermanfaat, saya menggali lebih banyak dari tema tulisan yang diinginkan. Saat itulah, secara tidak disadari saya menemukan banyak solusi untuk diri sendiri.

5. Fokus Mindfulness


Sebenarnya, terdapat banyak cara memulihkan kesehatan mental yang dapat Temans ikuti. Saya tulis beberapa yang sudah pernah dipraktekkan oleh diri sendiri dan beberapa kenalan.

Mindfulness adalah cara membawa pikiran, perasaan, emosi, dan fisik ke kondisi saat ini. Melupakan energi negatif dan menjadikan keadaan yang sedang dijalani tanpa penilaian.

Banyak yang dapat Temans peroleh dari fokus pada mindfulness, seperti: terhubung dengan diri sendiri dan menyadari bahwa terkadang membahagiakan diri perlu; menjadi lebih peka terhadap lingkungan; dan lebih mengenal diri sendiri.

Cara melatih fokus ini dapat dimulai dari hal kecil. Temans fokus kepada makanan yang sedang dikunyah; gerakan membersihkan diri tanpa memikirkan hal lain saat mandi; dan melatih pernapasan selama beberapa menit menjadi langkah awal yang bagus.

So, rasanya ini menjadi tulisan diblog saya yang paling panjang. Yuk, terus menjaga kesehatan mental sejak sekarang! Mental health akan membuat hubungan dengan keluarga dan orang lain lebih harmonis.


Tulisan Diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge Sahabat Hosting


20 komentar:

  1. Mindfulness sering jadi "mantra" yg ajaib untuk buibu jaman now ya mba
    karena memang buanyaaakkk bgt tanggung jawab yg kudu kita emban.
    semangaattt!

    BalasHapus
  2. Mendengarkan alquran memang menyejukkan hati Mba, selain itu supaya tetap waras saya membiasakan diri untuk me time dgn menulis dan menonton series US atau drama Korea. Haha..

    Oiya menjauhkan pikiran negatif juga bikin jiwa lebih tenang dan sehat. Terima kasih sharingnya mba..

    BalasHapus
  3. Self healing dg menulis dan mencoba mindfull itu yang sering aku lakukan. Mau nyoba terapi menggunakan Alquran ah. Benar sepertinya mengembalikan pada yang Maha Menenangkan adalah cara terbaik untuk menjaga kesehatan mental kita.

    BalasHapus
  4. Setuju, perempuan memang lebih rentan bukan karena masalah perasaan tapi mungkin karena masalah hormonal. Penyakit2 yang dialami ibu2 memang seringkali gara2 makan ati karena memikirkan suami atau keluarganya. Memang kita harus ngerti bagaimana menata hari dan pikiran biar gak gampang sakit mbak. Nice!

    BalasHapus
  5. Ibu bahagia akan membawa dampak positif dalam keberlangsungan kehidupan rumah tangga. Benar sekali mbak, ibu adalah sentra dalam rumah tangga, oleh karena itu kita harus bisa mengontrol diri sendiri untuk mendapatkan kebahgiaan itu. Jangan lupa ya untuk meminta dukungan suami dan anak.

    Terkadang kita sendiri kurang menyadari kalau sebenarnya diri ini lelah secara mental, jadi dengan menjalankan tips yang mbak nani share, insya Allah bisa membantu untuk lebih legowo menjalani hidup ini ya mbak.

    BalasHapus
  6. Self love adalah salah satu obat terbaik untuk mental illness. Semoga makin banyak yang peduli tentang ini.

    BalasHapus
  7. Betul mbak nani, jadi seorang perempuan itu berat kalau tidak tahu caranya. Meskipun diembel-embeli dengan wanita karir (kita ambil contoh) yang bekerja diluar, tapi pikirannya tetap untuk anak-anak lo ya...apalagi Ibu rumah tangga (pikirannya ke dalam dan sekaligus keluar juga)

    Beda dengan laki-laki. ya memang disitu tantangannya ya mbak...

    Pernah dulu saya juga stres berlebihan, sampai gak bisa tidur. Duh itu kalau stres gak bisa dikelola dengan baik jatuhnya bahaya.

    Lalu sampai sekarang memang saya mencoba untuk lebih mindfulness disetiap tindakan saya, dari mandi, makan bahkan sembahyang. Dari sembahyang pun kalau dalam bacaan sholat gak disadari juga kurang nancep. Bukankah disetiap bacaan sholat itu adalah doa?

    Salam bahagia dari Simbok

    BalasHapus
  8. setuju mbak
    kesehatan mental itu nggak jalah penting untuk dijaga..
    terima kasih sudah berbagi tips ya mbak
    tulisannya informatif dan bermanfaat

    BalasHapus
  9. Mbak
    Artikelnya pas banget..sedang baca tentang self care
    Ini berhubungan dengan metal health..

    Betul ya.. dengan aktivitas serta kewajihan yang harus ibu kerjakan.. kadang kesehatan mental kita secara tidak disadari menjadi terganggu..

    Makasih atas tips nya mbak..
    Perihal senyum..bener ya.. akan berbeda jika hanya menyunggingkan sebelah bibir saja ..

    Makasih mbak

    BalasHapus
  10. Saya pernah di posisi stress berat. Dan smua ulasan disini benar sekali. Terutama untuk terapi kembalilah ke al Quran �� masya Allah tabarakallah

    BalasHapus
  11. Kesehatan mental ini penting banget apalagi saat sekarang ini yaa. Salah satu yang aku lakukan juga membaca alquran, entah kenapa rasa tenang aja ketika membaca alquran. Meski sesudahnya rasa kembali ke dunia nyata.

    BalasHapus
  12. Ibu harus bahagia.
    Karena memang Ibu yang menjadi pusat dari segala kebahagiaan di rumah.
    Semoga selalu bahagia yaa, kak.

    Byebye worries dan sadness.

    BalasHapus
  13. Artikelnya bermanfaat banget mba. Sebelumnya saya pun pernah ikut webinar mengenai kesehatan mental khususnya Ibu. Disanapun dibahas kesehatan mental Ibu harus sangat diperhatikan, jika lelah ada baiknya istirahat/me-time sejenak dan yang paling penting komunikasaikan dengan suami dan anak

    BalasHapus
  14. Aku juga pernah merasa begitu mbak..di rumah dgn dua balita selama 2 Minggu tanpa ayahnya. Wadidaw rasanya menguap semua ilmu2 parenting. Dan benar langkah pertamanya dg Qur'an...dekatkan lagi dgn pencipta lalu ada aja jalannya

    BalasHapus
  15. Memaafkan orang yang menyakiti kita tentu berat banget ya mbak. Tapi tetap menyimpannya justru membuat kesehatan mental kita terganggu ya

    BalasHapus
  16. Ada banyak cara untuk healing ya, dan memang yang terbaik adalah balik ke diri kita sendiri. Apakah itu memaafkan, menerima, dan menuangkan emosi ke dalam kanvas atau tulisan.

    BalasHapus
  17. Terima kasih tipsnya, Mbak. Memang masalah kesehatan mental ini rawan dialami ibu-ibu. Oya, satu lagi, jangan malu minta tolong profesional kalau perlu.

    BalasHapus
  18. Tidak selamanya gangguan mental itu berarti gila. Ini sering tidak pada disadari. Sebagai ibu rumah tangga, kita wajib peduli dengan kondisi kesehatan mental. Karena jika seorang ibu dikit-dikit marah, jangan heran kalo rumah tangga jadi kurang tenteram. Nah, cara-cara pemulihan yang mba Nani tuliskan ini akan sangat membantu. Makasih sharingnya, mba.

    BalasHapus
  19. Kesehatan mental itu masalah yang sangat serius. Bisa dialami sama siapa saja. Utama adalah memperhatikan diri sendiri baru orang lain.

    BalasHapus