Selasa, 02 Februari 2021

Setiap Anak Unik, Tugas Orang Tua Memahaminya

Setiap Anak Unik, Tugas Orang Tua Berusaha Memahaminya

Sumber Foto : Kahhl di Pixabay.com

Setiap anak unik, karena memang Allah menciptakan manusia berbeda-beda. 

MasyaAllah, kembar sekali pun jika diteliti secara seksama padati mempunyai karakter dan bentuk berbeda.

Namun, terkadang orang tua ingin anaknya sama dengan orang lain.

Sebagian besar disebabkan rasa khawatir.

Temans, pasti pernah mendengar kata-kata di bawah ini.

“Anak kamu kok belum bisa berjalan? Padahal usianya sudah satu tahun.”

“Mengapa anak saya tidak dapat sepintar dan setenang si A?”

“Maaf ya, anak bungsu saya memang berbeda dari kakak-kakaknya.”

Masih banyak lagi kata yang kurang lebih artinya sama jika dituliskan: orang tua tidak mau menerima perbedaan anaknya.

Prinsip Dasar Parenting Versi Saya


Saya menikah lebih dari 25 tahun yang lalu.

Masa itu, belum ada ilmu parenting seperti sekarang ini.

Jadi, seperti saya sering bercerita kepada te0an-teman di dunia nyata: “Mungkin anak pertama mencerminkan diri saya.”

Keras kepala, banyak menuntut, dan seterusnya. 

Yang pasti mereka adalah guru saya.

Dari sana, saya belajar banyak hal tentang menjadi orang tua yang baik.

Bagaimana tidak? Saya mempunyai 6 anak dengan karakter yang hampir bertolak belakang.

Ini prinsip dasar parenting berdasarkan pengalaman pribadi.

1. Orang Tua Harus Mengenali Diri Sendiri

Seharusnya jauh sebelum menjadi orang tua, kenali diri sendiri dulu.

Siapa saya, apa yang suka dan tidak suka, dan bagaimana cara mengendalikan diri menjadi prioritas.

2. Orang Tua Menyepakati Tujuan dan Pola Asuh

Masalah sering terjadi ketika kedua orang tua mempunyai cara yang berbeda dalam mengasuh.

Anak yang melihat ini dapat memanfaatkan.

Selain itu, setiap aturan tidak akan diterapkan dengan baik. 

Ibu memberi aturan, ayah melanggar atau sebaliknya.

3. Memahami Bahwa Setiap Anak Unik

Seperti sudah disebutkan di atas, setiap anak adalah unik.

Anda tidak dapat menyamakan kakak dengan adik. Apalagi dengan orang lain.

Jika anak tidak pandai dengan sesuatu, introspeksi diri sendiri. Ada hal lain yang menjadi kelebihannya.

Selain itu, pola asuh yang berbeda tanpa disadari juga menyebabkan perbedaan.

Misalnya, seperti yang saya tuliskan tentang anak sulung di atas.

Soal kepandaian? DNA alias genetika orang tua juga berpengaruh, lho!

Saya saja tidak suka dengan Fisika ketika sekolah. Apakah harus memaksa anak untuk menyuka5? Itu tentu tidak adil.

4. Parenting dengan Berkata Baik

Orang tua adalah teladan anak. Perkataan dalam Islam merupakan doa. Apalagi diucapkan oleh seorang ibu.

Jadi, saya harus menyadari benar berkata harus baik. Meski dalam kondisi marah.

Banyak kisah yang menceritakan hal tersebut. Yang paling terkenal di Indonesia, Malin Kundang yang Durhaka.

5. Menyesuaikan Harapan dan Aksi

Teladan lebih mudah diserap daripada hanya perintah.

Aksi juga harus disesuaikan dengan harapan.

Temans dapat membayangkan ilustrasi di bawah ini.

Hampir setiap orang tua muslim menginginkan anaknya menjadi shalih atau shalihah.

Hal tersebut tidak dapat terwujud begitu saja. Harus seimbang antara harapan dan usaha.

Misalnya, agar anak shalih diperkenalkan dengan Allah sejak kecil. Yang paling sederhana, mengajarkan anak mengaji. 

6. Doa

Doa bagi saya adalah harapan. Itu karena saya yakin, apa pun yang dipanjatkan akan dikabulkan. Meski tidak langsung atau dalam bentuk lain.

Doa di setiap kesempatan untuk segala kebaikan untuk Ananda di mana saja berbeda.

Doa pula untuk teman-teman Ananda. 

Mereka adalah lingkungan terdekat selain orang tua. Jika mereka baik, insyaAllah anak juga ikut. 

7. Menitipkannya Kepada Orang Lain

Saya tahu, bahwa kemampuan diri terbatas.

Tidak mungkin Ananda selalu dalam pengawasan.

Hal tersebut juga akan mengganggu perkembangan dirinya.

Untuk itu, saya selalu menitipkan pada teman-teman baik. Beritahukan saya jika ada yang salah dengan mereka. InsyaAllah saya akan menerimanya.

Itulah tujuh parenting versi saya yang sudah diterapkan untuk 6 anak unik di rumah. 

Saya berdoa, “Semoga Ananda semua (termasuk Ananda Temans) menjadi anak shalih/shalihah, cerdas, dan sehat. Quroota ‘ayyun bagi kedua orang tua dan tidak pernah meninggalkan shalat 5 waktu dalam kondisi apa pun.” Aamiin.. Aamiin ya Rabb..



Tulisan diikutsertakan dalam 30 days Writing Challenge Sahabat Hosting

1 komentar:

  1. setuju banget sama poin 'Menyesuaikan Harapan dan Aksi'. Thankyou for sharing the new insight :D

    BalasHapus