Senin, 24 Mei 2021

Jenis Pendidikan di Indonesia dan Hubungannya dengan Anak dalam Pandangan Ibu Rumah Tangga

Ilustrasi Pendidikan/ Foto: Pixabay/ Manfredsteger 

Bicara pendidikan di Indonesia memang bukan hal yang mudah. Sesuatu yang tidak diketahui ujung pangkalnya. Apalagi kebijakan pemerintah sering kali berubah sesuai pemimpin departemen terkait. Meski demikian, jenis pendidikan yang dinaungi pada dasarnya sama saja.

Jenis Pendidikan di Indonesia 

Sesuai pengelola dan struktur atau tingkatanya, ada tiga jenis pendidikan di Indonesia seperti diuraikan secara singkat berikut. 

1. Pendidikan formal, merupakan pendidikan yang terstruktur dari jenjang rendah hingga tinggi. 

Di dalamnya juga ada aturan atau kurikulum yang telah diterapkan pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang kini menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. 

Contoh pendidikan formal, yaitu satuan pendidikan SD hingga SMP. 

2. Pendidikan informal, sama terstruktur dan berjenjang. 

Hanya saja muatannya tergantung pada masing-masing lembaga. Tidak ada aturan tertentu dari pemerintah pusat. 

Contoh: TPA, PAUD, kursus, dan majelis taklim. 

3. Pendidikan nonformal, merupakan pendidikan yang tidak berjenjang dan terstruktur. 

Umumnya pengajaran diperoleh dari keluarga dan masyarakat yang lebih luas. Materinya meliputi: agama, budi pekerti, etika, sosialisasi, dan lain-lain. 

Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan dalam Pendidikan 

Saya adalah ibu rumah tangga (IRT) yang sesekali menulis dan mempunyai 6 orang anak. Selain itu, sebagai tambahan penghasilan saya juga mempunyai sebuah bimbingan belajar kecil di rumah. Sesuatu yang saya geluti sekitar 15 tahun. 

Dalam mengajar saya mengedepankan proses dan tidak melulu berbicara hasil. Ini juga diterapkan pada anak-anak di rumah.

Bagi saya, PR dan ulangan tidak harus mendapat nilai 100 karena tidak semua anak mempunyai kemampuan sama. Apalagi di bidang matematika yang sering kali dianggap momok. 

Ada beberapa yang menurut saya harus menjadi perhatian, baik bagi orang tua dan maupun pendidik secara umum. 

1. Kerjasama Orang Tua dan Pihak Sekolah

Ini menjadi bagian paling penting dalam dunia pendidikan formal dan informal. Orang tua tidak menyerahkan sepenuhnya segala sesuatu yang berhubungan dengan pengajaran kepada sekolah atau guru.

Pendidikan yang baik, harus seimbang di rumah dan sekolah. Tidak ada penerapan yang berbeda di antara keduanya, terutama berkaitan dengan akhlak dan kesiplinan. 

2. Kejujuran 

Hal selanjutnya yang menjadi perhatian adalah kejujuran. Seperti prinsip yang sudah saya kemukakan sejak awal, dalam belajar tidak melihat hasil tetapi proses. 

Orang tua tidak memaksakan anak untuk mendapat nilai terbaik, sehingga anak berlaku jujur saat ujian. 

Begitu pula dengan guru di sekolah di masa sekolah daring. Jika harapannya sekadar materi tersampaikan semuanya, di rumah orang tua yang mengerjakan tugas sekolah.
 Pihak sekolah tidak mau tahu jika anak dan orang tua kesulitan dalam menangkan materi yang diberikan. 

3. Kegemaran Membaca Sejak Dini

Mengajarkan anak cinta buku dan menyukainya lebih sulit daripada membaca.

Akibatnya, mulai kelas 3 SD anak mengalami kesulitan menangkap pelajaran. Materi pelajaran makin banyak, minat baca dan pemahamannya tidak ada. 

4. Pemahaman Pelajaran 

Pelajaran baca tulis hitung saat ini berfokus pada menghafal tanpa memperhatikan konsep atau pemahaman. 

Anak dapat berhitung 2 ditambah 4 tanpa tahu tahu bagaimana hal tersebut terjadi. Begitu pula semua pelajaran ilmu sosial dan sains lain. 

Jika pertanyaan sedikit berubah, kebanyakan mereka bingung menjawabnya. 

Misalnya, kebakaran hutan menimbulkan kabut asap yang menyesakkan pernapasan.

Anak akan mudak menjawab, apa yang terjadi jika kebakaran hutan meluas? 

Mereka kesulitan menjawan, mengapa pernapasan menjadi sesak? Itu dikarenakan tidak ada tulisan karena di dalam kalimat. 

5. Sikap dan Perilaku 

Terakhir, pendidikan seharusnya mengutamakan sikap dan perilaku. Bukan kepintaran akademis saja. Di sini kecerdasan emosional anak harus diasah. 

Hampir tidak ada gunanya, anak pintar tetapi tidak dapat bersosialisasi dan mandiri.

Sedikit saja masalah di sekolah, maka pindah menjadi solusi. Apalagi kini sikap hormat kepada guru juga mulai menghilang. Ditambah rasa empati yang mulai terhapuskan. 

Hal tersebut dapat dilihat di video-video di dunia yang viral. 

Itulah sedikit catatan saya tentang jenis pendidikan dan beberapa hal yang harus diperhatikan. Tentu saja ini hanya catatan belaka dan mungkin tidak ada artinya. Namun, paling tidak ada harapan yang mewakili para orang tua awam di dalamnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar