Selasa, 27 Desember 2016

3 Hal Yang Sering dilupakan Orangtua Saat Mengajarkan Kejujuran


Dalam Islam,  mendidik anak adalah hal yang sangat penting.  Ketika anak baru lahir, semua orang terutama orangtua, berdoa agar kelak anak menjadi anak shaleh/shalehah.  Tetapi sejauh mana kita sebagai orangtua sudah berusaha mewujudkan doa tersebut? 

“Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu” (Ali bin Abi Thalib).

Kata bijak di atas sepertinya menunjukkan bahwa mendidik anak hal yang sangat sulit untuk diwujudkan, apalagi di zaman sekarang dengan perkembangan teknologi di berbagai bidang.  Ada hal-hal dasar yang kita harus kembangkan, misalnya bagaimana agar ia menjadi anak yang kuat imannya, baik akhlaknya, dan kuat ilmunya.  Iman dan ilmu akan membuat anak kelak mampu bertahan serta senantiasa memiliki jalan ikhtiar untuk setiap permasalahan yang ia hadapi.  Dan salah satu dasar menjadikan anak kuat imannya yaitu mengajarkan kejujuran
Sebagai orangtua, kita selalu merasa bahwa sudah selalu mencontohkan kejujuran sejak anak kecil.  Tapi terkadang lupa dengan beberapa hal kecil yang mebuat mereka tidak jujur.  Di bawah ini ada beberapa sikap orangtua yang mendorong anak berlaku tidak jujur :

1.  Memaksa Anak Berprestasi
Memaksa anak berprestasi sesuai keinginan orangtua.  Melihat rapor anak kita nilainya bagus senang bukan?   Pernahkah kita menghargainya, seandainya dia tidak mendapat prestasi seperti yang kita bayangkan?  Orangtua perlu belajar menghargai apapun prestasi anak.  Emaks, mencontek di sekolah ketika ulangan juga tindakan yang tidak jujur.  Kenapa ada anak yang mau melakukannya?  Karena anak ingin mendapatkan nilai bagus dan kita mendorongnya melakukan itu.  Mereka ingin kita memandangnya anak pintar.  Padahal anak hanya perlu dimotivasi untuk belajar, bukan mendapat nilai bagus.  Tidak semua anak harus mendapat nilai akademis bagus.  Mereka mempunyai keahlian di bidangnya masing-masing.
Pernahkah Emaks mengantar anak ikut lomba mewarnai ketika usia mereka balita sampai 9 tahun?  Saya pernah beberapa kali ketika anak-anak saya masih kecil.  Pertama kali saya kaget.  Panitia sudah memberi garis batas untuk orantua yang menunggu.  Namun, banyak orangtua yang terus mendampingi anaknya dan memberi instruksi mewarnai yang baik pada anaknya.  Terkadang instruksi diberikan dengan emosi.  Orangtua ingin hasil gambar anaknya bagus bahkan jadi juara.  Sadarkah kita itu perbuatan tidak jujur?  Mengajak anak untuk melanggar aturan yang sudah dibuat oleh panitia.  Biarkan meraka berusaha sendiri sesuai kemampuannya.

2.  Membantu Anak Menyelesaikan Semua Masalahnya
Membantu anak menyelesaikan tugasnya.  Ketika  masih usia prasekolah, orangtua ingin anak bisa menulis.  Namun, ketika pelajaran menulis, anak dibantu menuliskannya karena Emaks tidak sabar.  Masuk usia SD, anak tidak bisa mengerjakan PR Matematika, orangtua sibuk membantu menghitung, bukan mengajarkan.   Mereka bisa dibiarkan mengerjakan sendiri tanpa dibantu menghitung atau menulis.  Yang penting, orangtua ikut membimbing.  Guru di sekolah akan mengerti kalau PR nya masih ada yang salah.  Artinya, pelajaran tersebut masih harus diulang.  Membantu anak mengerjakan PR (bukan membimbingnya) dan menganggap hal tersebut dikerjakan oleh anak, berarti secara tidak langsung sudah mengajarkan anak tidak jujur.

3.  Memaksa Anak Sekolah Favorit
Memaksa anak di sekolah favorit.  Orangtua akan bangga jika anak berhasil lulus seleksi masuk sekolah favorit.  Ketika anak tidak berhasil, merupakan pukulan buat orangtua.  Malu rasanya..  Kok anakku tidak sehebat anak tetangga ya?  Emaks lupa, bawa segala sesuatu sudah ada takdir Nya.  In sya allah itu lebih baik untuk orangtua dan anak.  Terus, emaks melakukan berbagai cara agar anak tetap bisa sekolah di sekolah favorit.  Jangan Maks!  Masih banyak sekolah lain yang pasti cocok dan lebih baik.  Mungkin anak bisa lebih berprestasi di sekolah lain.
Dengan “cara lain” masuk sekolah favorit, orangtua mengajarkan anak berlaku curang dan kelak akan diingatnya. Menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginan .  Dampak yang paling dekat adalah anak semakin malas berusaha untuk mencapai tujuannya.  Kan ada orangtua yang selalu siap membantu.

Tiga hal di atas menjadi “PR” besar bagi kita sebagai orangtua dalam mempersiapkan anak menjadi mandiri dan berakhlak baik.  Tiga hal yang terkadang masih kita lupakan.  Maka, di sini perlunya  orangtua selalu belajar dan belajar.  Menjadikan anak kita siap untuk menghadapi zamannya.  Ayo belajar!


sumber gambar : broadcast.web.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar