Selasa, 14 Februari 2017

Mempersiapkan Kematian



Sumber gambar : say@hafiz

Surat Ali ‘Imran Ayat 185
Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan“.
Dari ayat di atas, semua muslim  mukmin dan percaya dan yakin akan kematian.  Mereka bahkan diperintahkan menyiapkan bekal untuk menghadapi hari setelah kematian.  Bekal dengan banyak ibadah, beramal, berakhlak baik, dan semua yang dituntun dalam Al qur’an dan hadits. 
Namun, kematian yang sudah disiapkan terkadang membuat orang lupa mempersiapkan lingkungan (anak/suami/isteri) untuk menerima kematian tersebut dan ikut menambah bekal di akhirat kelak.  Kemtian terkadang mebuat orang-orang di sekeliling terpuruk dan tenggelam dalam kesedihan.
Apa saja yang harus kita siapkan untuk orang-orang terdekat?

1.     1. Mandiri
Buat seorang Ibu, yang selalu dipikirkan adalah bagaimana kondisi anaknya apabila dia tidak ada. Begitu pula dengan seorang ayah, akan memikirkan bagaiaman kehidupan anaknya kelak dia tidak ada.  Mungkin untuk seorang suami / isteri, akan mudah mencari pengganti pasangannya.  Namun buat anak, tidak ada yang bisa menggantikan orangtua mereka.
Membuat anak mandiri sangat sulit di masa sekarang.  Apalagi kita menganggap apa-apa yang kita lakukan semua untuk mereka.  Jadi, kenapa harus dipersulit.
Hal pertama yang harus dilakukan untuk melatih kemandirian adalah tekad orang tua.  Kadang orangtua harus menjadi raja tega.  Tega membiarkan nanak-aanak melakukan beberapa hal sendiri tanpa harus dibantu.  Dan ikhlas membiarkan anak-anak membuat keputusan-keputusan sederhana.  Orangtua hanya perlu memberi pertimbangan dan masukkan.
Kedua, orangtua harus sabar.  Karena anak tidak bisa mendadak bisa mandiri.  Harus melalui proses yang terkadang harus selalu diingatkan dan melelahkan.  Sabar membiarkan anak belajar melakukan sesuatu sendiri walaupun terkadang lama baru selesai.  Dan sabar ketika melihat anak melakukan sesuatu, malah membuat yang lain berantakan.
Contohnya, sabar membiasakan anak langsung ganti baju ketika pulang sekolah.  Hal tersebut harus diingatkan berulang-ulang.  Sabar, ketika si kecil memakai baju sendiri dan lama sekali sementara orangtua inginnya cepat-cepat berangkat sekolah.  Sabar, ketika maksud anak adalah membantu memasak, tapi ternyata membuat dapur dan isinya berantakan.


2.     2. Menjadikan Anak Shaleh
Anak shaleh adalah bekal untuk orangtua di akhirat kelak.  Bukankah salah satu dari amalan yang tidak terputus ketika orang telah mengalami kematian adalah doa anak yang shaleh.  Anak yang shaleh juga tidak selalu harus anak-anak kandung orangtua.  Tapi bisa berarti anak keponakan, murid-murid, dan anak angkat.
Anak sheleh juga adalah anak yang tidak akan terpuruk ketika orangtua meninggalkannya.  Karena dia tahu, ada Allah yang selalu menolong dia di tiap kesempatan. 
Menjadikan anak shaleh berat.  Tapi bisa dilakukan saat anak masih dalam kandungan, dengan doa, amal dan ibadah orangtua, dan teladan yang baik dari orang tua.

Memang benar, bahwa tidak ada seorangpun yang bisa menolong kita kecuali diri kita sendiri.  Sampai kematian menjemput.  Maka diri sendirilah yang harus mempersiapkan.

Selamat beraktivitas temans!