Selasa, 15 Desember 2020

Berpenghasilan dari Internet, Salah Satu Cara Survive di Masa Pandemi


Temans, pandemi telah mengubah banyak hal di dunia dengan berbagai dampak. Yang paling terasa bagi masyarakat Indonesia mungkin dari sisi ekonomi. Paling tidak, itu yang saya rasakan dan lihat. Apalagi di awal pandemi melanda, hampir semua kegiatan dilakukan di rumah. Berpenghasilan dari internet menjadi alternatif terbaik.

Ya, mau tidak mau era digital sudah masuk di hampir semua sektor pendidikan. Pandemi sendiri diperkirakan baru benar-benar reda sekitar tahun 2022. Masih panjang ya?
Namun, itu bukan berarti saya dan Temans pasrah dengan keadaan. Manurut para motivator, ada beberapa hal yang harus Anda lakukan agar dapat survive, bahkan melejit dengan kondisi ekonomi di masa pandemi. 

1. Mengurangi atau menurunkan rasa khawatir, karena hal ini akan membuat seseorang tidak mampu berpikir jernih. Akibatnya, imun tubuh dapat menjadi turun. Padahal sehat adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan.

2. Terus bergerak dinamis, tidak hanya pasrah dengan keadaan. Bergerak membuat seseorang lebih kreatif dan mengubah keadaan.

3. Eksekusi ide, tidak hanya ada dalam pikiran saja. Ide yang dibiarkan tidak akan mengubah nasib. Eksekusilah meski hasilnya tidak sebesar yang diharapkan.

4. Berbagi, bukan hanya Temans yang mengalami kesulitan. Orang lain mungkin lebih buruk kondisinya. Berbagi dengan ilmu, harta, atau lainnnya akan membuat perasaan lebih baik. Selain itu, dalam Islam berbagi akan meperlancar rejeki.

Berpenghasilan dari Internet dengan Jualan Online


Membeli produk dengan cara online kini menjadi gaya hidup sebagian masyarakat kota. Saat pandemi, di mana gerakan seseorang menjadi terbatas, belanja online sangat solutif, meminjam istilah kekinian.
Jualan online adalah cara memasarkan produk barang dan jasa melalui internet. Keuntungannya, Temans dapat menjalankan dari rumah dan tidak dibatasi waktu tertentu. Tidak perlu menyewa tempat tertentu. 

Bahkan, cara berdagang yang satu ini dapat pula dilakukan yanpa memiliki produk. Orang menyebutnya sebagai dropshipper.


Beberapa cara berjualan secara online yang banyak dilakukan, yaitu:

Melalui Media Sosial

Instagram, Facebook, Youtube, dan kini ada Tik Tok dapat digunakan sebagai ajang promosi. Cara paling mudah adalah membuat status setiap hari di media sosial. Akan lebih bagi jika Temans memahami cara memperkenalkan produk yang baik melalui media sosial.

Menggunakan Market Place

Temans ingin produk dijangkau lebih luas tanpa terpaku pada friend list? Jualan online di market place dapat menjadi solusi. Apalagi jika produk yang dimiliki cukup banyak. 

Caranya mudah saja: unduh aplikasi, daftar akun; dan mulai upload produk dengan deskripsi jelas.

Mempunyai Website Sendiri

Pernah terpikir mempunyai website sendiri? Ini juga dapat digunakan sebagai sarana market jualan online.

Pernah terpikir mempunyai website sendiri? Ini juga dapat digunakan sebagai sarana market jualan online.
Apalagi saat ini Temans tidak perlu susah-susah membuat website, Banyak jasa yang menalwarkannya. Bahkan, membuat sendiri juga tidak  terlalu sulit. 

Berpenghasilan dari Menulis


Tanpa disadari, keterampilan menulis sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Membuat status jualan di media sosial merupakan hal yang paling umum. 
Kegiatan tersebut juga dapat menghasilkan cring-cring lho! Bahkan, ada yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dari hal ini.

Bagaimana menulis dapat menghasilkan sejumlah uang? Temans dapat memilih salah satu profesi di bawah ini.

Freelance Writer

Freelnace writer adalah seseorang yang menulis sesuai permintaan konsumen dan dibayar. Tulisan tersebut nantinya menjadi milik web orang lain. 

Seseorang yang dibayar dan tidak disebut namanya saat tulisan digunakan oleh klien, disebut ghostwriter.

Mengirimkan Tulisan ke Media

Beberapa media menerima tulisan yang Temans buat dan membayarnya, baik media online dan offline. Tulisan dapat terdiri dari berbagai jenis, seperti artikel, opini, cerpen, cerita anak, puisi, dan lain-lain. Carilah media yang menerima jenis tulisan yang Temans kuasai.

Menjadi Blogger

Blogger merupakan seseorang yang meiliki blog dan mengisinya dengan tulisan, ditambah gambar dan video.

Profesi ini meningkat pesat selama pandemi, mengingat banyak orang kini tinggal di rumah. 

Meski penghasilan dari sini tidak instan, karena blog perlu dibangun secara konsisten, Temans dapat meraihnya dengan berbagai cara berikut.

1. Review produk, tulisan yang diminta seseorang tentang produknya di dalam blog yang dimiliki.

2. Adsense, iklan yang biasanya ada dan sering Temans lihat jika membuka sebuah website atau blog. Untuk memperoleh adsense, pengajuan dapat dilakukan ke Google Adesnse.

3. Content placement, biasanya tulisan tentang produk barang atau jasa orang lain. Mereka menumpangkan tulisan di blog Temans untuk ditampilkan dengan kesepakatan pembayaran tertentu.

4. Program affiliasi, kerjasama dengan orang lain untuk mempromosikan produknya dan meraih konsumen. 

5. Lomba blog, sering diadakan beberapa lembaga dengan hadiah cukup menarik. Jika berupa uang, nilainya mungkin jutaan. Meski sulit, hal ini dapat dicoba. Paling tidak untuk meningkatkan pengunjung blog.

Tentu saja blog ini akan lebih efektif jika berdomain atau berbayar. Beberapa lembaga mau bekerja sama dengan blog yang bersyarat domain, dan DA tertentu. 

Demikianlah cara berpenghasilan dari internet yang dapat Temans coba agar dapat survive di masa pandemi.Tentu saja masih ada kegiatan lain yang juga menghasilkan, seperti desain content, photography, dan lain-lain. Yang penting selalu optimis dan konsisten dalam menjalankannya.





Senin, 23 November 2020

Kebiasaan Sehat Keluarga di Era New Normal


Tidak terasa pandemi Covid-19 sudah berlangsung hampir 10 bulan. Si bungsu, Aifa, beberapa kali mengeluh perihal kebosanannya karena di rumah saja. Dia memang tidak dapat bermain, apalagi sekolah. Aktivitas keluarga  sendiri pada dasarnya sudah sedikit dimulai. Kakak dan abi sudah mulai bekerja WFO meski tidak setiap hari. Hanya dia saja yang lebih banyak di rumah menemani saya.

Di awal bulan Agustus 2020, sekitar rumah sempat ramai kembali di sore hari dengan anak-anak bermain. Namun, ketika itu beberapa keluarga justru terjangkit virus pandemi. Orang tua kembali meminta anak-anaknya di rumah kembali. Aifa sedih sekali.

Kebiasaan Sehat Keluarga yang Dapat  Dilakukan di Era New Normal

Saat ini, di beberapa wilayah hampir normal kembali. Ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan anggota keluarga di luar rumah, terutama bagi yang bekerja. 

Jika di awal pandemi si bungsu mempunyai teman bermain di rumah, kini hampir tidak ada. Sesekali saya mengajaknya keluar, sekedar berkeliling layaknya berangkat sekolah dengan pakaian bebas atau ke rumah nenek yang hanya 10 menit dari rumah.

Tidak khawatir salah satu dari anggota keluarga terkena atau tertular virus Covid-19? Tentu saja rasa tersebut tetap ada. Meski banyak juga teman dan kerabat yang mulai menyangsikan ada atau tidaknya Corona, saya lebih memilih berhati-hati dan tetap melaksanakan kebiasaan sehat keluarga di bawah ini.

Istirahat atau Tidur yang Cukup

Istirahat dan tidur dalam ilu kesehatan merupakan hal penting. Saat melakukannya, organ tubuh beristirahat sejenak dari kegiatan rutin. Beberapa lainnya memperbaiki jaringan yang rusak. Jadi, tidur membuat tubuh lebih sehat.

Konsumsi Makanan Bergizi

Makanan yang bergizi dan seimbang menjadi cara lain agar selalu sehat. Makanan bergizi adalah makanan yang mengandung mineral dan vitamin yang dibutuhkan tubuh.
Dengan mengonsumsi makanan demikian, tubuh yang sedang menurun imunitasnya segera pulih. Pertumbuhan dan perkembangan juga optimal. Kegiatan sehari-hari lancar dan lebih semangat.

Olahraga dengan Teratur

Olahraga di masa pandemi bukan hanya menyehatkan karena menggerakkan tubuh. Di sini juga mempunyai manfaat rekreasi dan menghilangkan stres. Hal-hal yang diperlukan mungkin di saat bosan di rumah dan ekonomi tidak stabil.

Menjaga Kesehatan Diri dengan Rutin

Pada dasarnya,  cara yang sudah dikemukakan sebelumnya sudah termasuk menjaga kesehatan diri sendiri. Namun, di sini penekanannya sedikit berbeda, seperti tetap mandi dan gosok gigi dua kali sehari.

Tetap Melaksanakan Protokol Kesehatan


Beberapa kegiatan di luar rumah tidak dapat dihindari. Beberapa bulan terakhir, pegawai dan buruh sudah mulai masuk. Januari 2021, berdasarkan keputusan Mendiknas, sekolah diperbolehkan tatap muka. 

Nah, agar tetap sehat dan mengurangi resiko tertular Covid-19, protokol kesehatan seperti: selalu menjaga jarak; menghindari kerumunan, mencuci tangan sesering  mungkin dengan sabun atau hand sanitizer, dan memakai masker.

Klinik Dokter Gigi dan Keluarga yang Tepat

Sama dengan beberapa Temans, sejak awal pandemi saya dan keluarga sedapat mungkin menghindari datang ke rumah sakit atau klinik dan sejenisnya. Di sana saya yakini sebagai sumber berbagai penyakit. 

Penerapan hidup sehat yang sudah dikemukakan di atas sangat efektif untuk keluarga agar imunitas bertambah dan menghindari penyakit. Saya bersyukur atas hal tersebut. Bahkan, Drg. Saskia Karenina dalam acara Field Trip Online Medi Kids yang diselenggarakan dalam rangka Reopening Medika Kemang juga menjelaskan hal yang sama dengan versi berbeda.


Selebihnya Ibu Saskia fokus menjelaskan kesehatan gigi. Aifa mengikuti dengan antusias. Apalagi ada sesi mewarnai Kapten Medikids di atas masker menggunakan crayon. 

Dari sana diketahui beberapa cara merawat gigi dengan tepat sebagai bagian aktivitas sehat keluarga, yaitu: 
Tidak menggunakan sikat gigi secara bergantian dengan anggota keluarga lain.
Mengganti sikat gigi minimal setiap 3 bulan sekali atau saat bulu sikat sudah mekar dan berubah warna.
Menyikat gigi yang benar, yaitu bulat-bulat di bagian depan, maju mundur di bagian sisi samping atau belakang pipi, dan cungkil-cungkil di bagian depan arah dalam. Tidak lupa juga menggosok bagian lidah agar tidak berjamur. Setelah itu barulah berkumur.
Untuk anak yang sedang belajar menggosok gigi sendiri, sebaiknya selalu diawasi dan diperiksa agar caranya tepat dan terhindar dari masalah gigi dan gusi.
Memeriksakan gigi ke dokter 6 bulan sekali, tidak menunggu sakit.

Wah untuk yang terakhir, bagaimana caranya ya di era new normal? Masih takut dan khawatir jika harus ke dokter dan klinik!

Temans tidak perlu khawatir, sesuai dengan tujuan penyelenggaraan Field Trip Online, Medikids yang merupakan bagian dari MHDC Group (Mulia Health and Dental Care) di Kemang kini hadir lebih dekat. Anda yang berada di wilayah sekitar Jakarta Selatan dapat berkunjung ke sini saat memerlukan. Protokol kesehatan diterapkan secara disiplin. Klinik juga bersih dan lapang.


Apa kelebihan Medikids dibandingkan klinik sejenis? Banyak sekali! Dalam tour field trip online di jelaskan bahwa klinik ini sengaja didirikan untuk anak-anak dan melayani kesehatan umum, gigi, dan vaksinasi. Tentu saja dengan pelayanan optimal dari dokter berpengalaman dan ramah.

Uniknya, anak yang datang ke sini tidak akan merasa seperti datang ke klinik, khususnya dokter gigi. Konsep dari ruangan depan sampai dalam adalah Arround the World, berkeliling dunia. Setiap ruangannya mempunyai tema masing-masing, seperti Africa, America, Turki, Japan, dan London Play House. Sebuah tempat di mana anak dapat bermain peran dan belajar sebagai dokter.

Saat field trip online saja, si bungsu senang sekali. Apalagi jika benar-benar datang berkunjung ke Medikids?

Menarik bukan? Yuk, melaksanalan kebiasaan sehat keluarga! Kliniknya, Medikids saja! Tempat yang tepat untuk memeriksa kesehatan keluarga, khususnya anak-anak!

Minggu, 25 Oktober 2020

6 Tips Mengajarkan Anak Berdoa

Saya membiasakan anak-anak di rumah untuk berdoa ketika mereka menginginkan sesuatu. Doa-doa tersebut dilantunkan kebanyakan ketika akan tidur di malam hari. Mengapa? 
Saat menjelang tidur, anak-anak sering kali bercerita tentang cita-cita dan mimpinya. Nah, buat saya itu menjadi momen penting menjelaskan makna doa dan harapan. 

Si bungsu, berbeda dengan kakak-kakaknya. Dia cukup kritis. Mungkin karena terbiasa di lingkungan cukup dewasa sehingga cara berpikirnya jauh di atas umurnya.

Saat pandemi Covid-19, semua aktivitas dihentikan. Bungsu yang baru berusia taman kanak-kanak, terpaksa ikut menghentikan segala aktivitas. 
Baru sebulan, dia sudah mulai mengeluh. Bosan dengan berbagai hal di rumah. Ingin kembali sekolah, mengaji, dan bermain seperti biasa. Hal tersebut dia ulang beberapa kali.

Akhirnya, saya memintanya untuk berdoa. Doa yang kemudian dia panjatkan setiap selesai shalat dan ketika akan tidur malam.
Namun, beberapa bulan berlalu. Pandemi belum berakhir. 
Dia bertanya, "Ummi, doaku belum dikabulkan. Kenapa ya?"
"Doa yang mana?"
"Doa yang virus Corona segera pergi. Semua orang sehat. Aku bisa sekolah."

Doa dan Harapan

Temans, mungkin pertanyaan di atas bukan hanya milik anak saya. 
Pertanyaan yang banyak diajukan oleh anak-anak lain atau mungkin juga orang dewasa.

Ketika si bungsu bertanya hal seperti itu, saya menjelaskan bahwa banyak keuntungan yang diperoleh saat di rumah saja. 
Anak-anak bisa lebih banyak dengan orang tuanya dan dia bisa bertemu dengan kakak-kakak yang biasanya kuliah dan di pesantren selama beberapa waktu. 

Aifa, bungsuku mengangguk dan berusaha paham. Saya jelaskan, bahwa Allah akan mengabulkan doa dalam bentuk lain dan jika waktunya sudah tepat.

Doa bagi umat muslim adalah harapan. Ya, berharap kepada Allah dalam setiap kesulitan dan masalah yang dihadapi. 
Di saat jalan lain sudah buntu, doa menjadi satu-satunya tumpuan. Bersimpuh dan pasrah kepada-Nya akan melahirkan semangat. Apalagi dalam banyak ayat Al Qur'an disebutkan bahwa Allah akan mengabulkan setiap doa.

Dengan memahami makna doa dan menjalankannya, insyaAllah di masa depan anak lebih termotivasi dan siap memenuhi tantangan hidup.

Langkah Mengajarkan dan Membiasakan Anak Berdoa

Siapa sih orang tua yang tidak ingin anaknya shalih dan shalihah? Selain ibadah rutin seperi shalat, tentunya Temans ingin juga membiasakan anak berdoa.
Bukan hanya hafal dengan doa-doa harian, tetapi memahami makna dan implementasinya secara menyeluruh.

Nah, di bawah ini beberapa langkah mengajarkan dan membiasakan anak berdoa. Beberapa di antaranya sudah saya laksanakan. Lainnya masih dalam proses. Saya tuliskan di sini sebagai pengingat.

1. Mengajarkan dan Mengajak Berdoa Sejak Dini

Hal pertama ini mungkin sudah Temans lakukan. 
Sejak kecil, Ananda sudah diajarkan berbagai doa harian. Bahkan, kini tren mengajarkan anak hafalan surat-surat pendek.
Hal di atas merupakan pembiasaan yang bagus. Yang penting, tidak memaksakan hafal suatu doa. Ajak saja membaca setiap waktunya, anak akan hafal dengan sendirinya. 
Jangan lupa, bahwa anak usia dini adalah peniru. Temans juga harus berdoa agar anak meneladani.

2. Meyakinkan Bahwa Allah Mendengar Semua Doa

Alah berfirman dalam Qur'an surat Ghafir ayat 60, " ... Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu."

Ayat di atas menunjukkan, bahwa doa merupakan senjata bagi mukmin. Berdoalah sebanyak-banyaknya. Allah berkenan mendengarkan dan mengabulkan. 
Tidak ada doa yang dilarang, selama untuk kebaikan. 
Temans bisa berdoa apa saja. Ajak Anak berdoa setiap permintaannya. 
Ketika mereka meminta mainan, ajak mereka berdoa agar Temans dimudahman rejeki sehingga dapat membeli mainan. 
Anak ingin jalan-jalan, ajak mereka berdoa dengan bahasanya agar dimudahkan rejeki dan kesehatan agar dapat berjalan ke tempat yang dituju.

3. Doa di Setiap Waktu dan Tempat

Selanjutnya, perlu pula ditanamkan bahwa doa dilakukan di setiap waktu dan tempat.
Bismillahirrahmanirrahim merupakan doa di setiap melakukan kegiatan. 
Doa ketika bersin, makan, dan lain- lain dapat dibiasakan pada anak.

Doa dapat dilakukan kapan dan di mana saja, yang penting dalam kondisi baik. Meskipun demikian, tentu ada waktu dan tempat mustajab untuk berdoa yang bisa dijelaskan sedikit demi sedikit.

4. Membuat List Doa

Untuk memudahkan pembiasaan anak tentang berdoa, sebaiknya bisa juga dibuat list doa. 
List doa ini bisa dicentang untuk yang sudah dikabulkan dan belum. Anak menjadi yakin bahwa Allah mengabulkan semua doa pada waktu yang tepat. 
Jika anak ingin mainan atau gadget seperti teman-temannya dan belum dibelikan, katakan menurut Allah ini bukan waktu yang tepat. Allah akan menggantinya dengan yanh lebih baik. Bisa jadi keberadaan ponsel pintar akan membuatnya lebih senang bermain daripada belajar.

5. Meyakinkan Anak Bahwa Doa Dikabulkan dalam Berbagai Bentuk

Tidak semua doa dapat dikabulkan sesuai keinginan, ini yang harus dipahami anak sejak awal. 
Ada doa yang dikabulkan dalam bentuk lain.
Anak berdoa ingin jalan-jalan ke Bandung dan meminta orang tua diberikan rejeki. Allah belum mengabulkannya. Di waktu lain, ternyata anak bisa pergi ke Bandung bersama teman-teman sekolah.
Seperti cerita doa agar Corona dihilangkan misalnya. Saya memberi pengertian, Allah masih ingin ummi dan abi lebih banyak beristirahat di rumah menemani dia.

6.Membuat Jurnal Syukur

Selain membuat list doa, ajak anak membuat jurnal syukur. Bersyukur dengan segala yanh diberikan Allah pada hari ini, minggu ini, dan atas doa yang sudah dikabulkan.

Begitulah Temans, sedikit tentang mengajar anak memahami doa sejak dini. Dengan liat doa dan jural syukur, akan nampak bahwa sesungguhnya lebuh banyak doa yang sudah dikabulkan daripada yang belum. Allah sayang pada manusia yang beriman.






Sabtu, 12 September 2020

Ini Waktu yang Tepat Belajar Membaca

 



Para ahli menyebutkan bahwa waktu yang tepat untuk belajar membaca adalah usia 6 sampai 7 tahun. Namun, hal tersebut sering kali dirasakan orang tua tidak pas. Mengapa?

Di usia sekitar 6 sampai 7 tahun anak sudah masuk usia sekolah dasar. Temans pernah melihat buku Tematik dan pelajaran lainnya? Rasanya sulit sekali bagi anak yang belum dapat membaca untuk mengikutinya.

Oleh karena itu, beberapa orang tua dan guru pra sekolah (taman kanak-kanak) mengajarkan anak membaca sejak usia dini. Bahkan, ada yang mengajarkannya secara formal dism-diam di TK dengan catatan orang tua tidak boleh mengatakannya jika Diknas sedang sidak. He he.. rumit juga ya?

Bagaimana dengan sikap orang tua dengan sekolah yang demikian? Sebagian besar tidak masalah. Mereka justru merasa sangat terbantu daripada mengajarkan anak sendiri membaca di rumah.

Anak yang dapat membaca di usia dini, diikuti dengan kemampuan menulis dan berhitung menjadi kebanggaan orang tua. Bahkan, ini sering kali dijadikan alasan untuk memasukkan anak sekolah dasar di usia yang belum seharusnya, sekitar 5-6 tahun.

Sementara itu, tanpa disadari masalah baru sering muncul. Anak tidak memahami apa yang dibacanya. Ketika membaca dan menjawab pertanyaan yang sering ada di bagian bawahnya, anak tidak mampu.

Ketidakmampuan yang terus bertambah seiring dengan kenaikan tingkat sekolah anak. Makin tinggi sekolah, tentu saja kemampuan pemahaman dituntut lebih besar. Jangankan mengerjakan soal cerita matematika, soal pengetahuan sosial yang jawabannya secara tersirat ada dalam teks, banyak yang tidak dapat melakukannya.

Yuk, Ajak Anak Mencintai Buku!

Sebelum mulai dengan pembahasan belajar membaca, bagi saya yang penting untuk ditanamkan adalah mencintai bacaan atau mencintai buku.

Bukan hanya karena slogan “buku adalah jendela dunia” tetapi karena dari sini semua bermula.

Makin tinggi tingkat sekolah anak, bacaan yang dibaca akan panjang. Jika tidak cinta buku, berat bagi mereka untuk membaca, apalagi memahami isinya.

Anak yang sudah mencintai buku akan lebih mudah dalam menjalani proses akademis. Temans pasti tahu bukan, di tingkat perguruan tinggi mahasiswa harus membaca diktat dan referensi yang sangat tebal?

Nah, jika sudah gemar, suka, dan cinta buku manfaat lain akan mudah didapat. Anak akan lebih luas wawasannya, lebih semangat belajar, lebih terbuka pikirannya, dan seterusnya.

Tips Mengajak Anak Belajar Membaca


Setelah membahas sedikit tentang pentingnya mengajak anak mencintai buku, saya mau membahas sedikit tentang tips mengajar anak membaca.

Langkah-langkah yang sebenarnya sebagian besar mungkin sudah Temans terapkan di rumah untuk si kecil. Ada juga di antaranya yang diterapkan pada pendidikan formal dan informal anak usia dini.

Bedanya di sini saya sedikit menggabungkan antara belajar , memahami, dan mengajak anak agar suka membaca. Tips di sini merupakan gabungan antara hasil membaca berbagai referensi dari buku parenting, internet, pengalaman pribadi, dan pengalaman Temans yang saya ketahui.

Mau tahu apa saja? Yuk, simak berikut ini!

1. Memberi Teladan

Sebenarnya inti dari semua tips dan langkah mengajarkan anak membaca ini adalah memotivasi mereka. Nantinya diharapkan mereka tidak terpaksa belajar membaca.

Yang pertama, tentu saja memberi teladan.

Seperti yang Temans ketahui bahwa anak adalah peniru ulung. Apa saja yang dilakukan orang di sekitarnya atau ditonton dapat dengan mudah ditiru.

Jadi, tidak mudah mengajak dan memotivasi anak membaca jika lingkungan di rumah tidak melakukannya.

Anak tidak dapat diminta belajar jika orang tua tidak pernah melakukannya, minimal di waktu atau jam tertentu.

Lebih bagus lagi, jika Temans meletakkan rak buku anak di tempat yang mudah dijangkau.

2. Membacakan Cerita

Pada dasarnya, di usia setahun lebih sedikit keingintahuan anak sudah besar. Mereka selalu menunjuk dan bertanya apa saja yang tidak diketahuinya.

Manfaatkan momen anak di usia tersebut! Bacakan cerita atau buku kepada anak sambil menunjukkan gambarnya.

Usahakan pula membaca dengan intonasi yang tepat sehingga anak tidak bosan.

Selain menumbuhkan minat anak kepada buku, kegiatan membacakan cerita akan mempererat hubungan anak dan orang tua.

Tanda mereka menyukai kegiatan ini adalah meminta Temans membacakan buku yang sama secara berulang-ulang!

Jangan bosan ya! Nanti ada saatnya mereka akan meminta buku lain.

3. Mengajak Anak Membaca Gambar

Tips ketiga adalah mengajak anak untuk membaca gambar.

Di tahapan ini, Temans sebenarnya sudah mulai mengajak mereka mengenal huruf dan lambangnya secara perlahan. Selain itu, membaca gambar berarti mengasah logika anak tentang segala sesuatu yang dilihat dan dibaca.

Caranya, ketika Temans membacakan cerita tunjukkanlah gambar pada buku yang mengilustrasikannya.

Perlahan, ajak mereka untuk melihat hal-hal yang berada di sekeliling gambar, seperti warna, bentuk, dan lain-lain.

Di tahap akhir, ajak anak bercerita sendiri tentang gambar yang di ceritanya. Kegiatan ini dapat dimulai dengan menceritakan kembali buku yang sudah pernah dibacakan. Setelah itu, ajak mereka membaca gambar dari buku yang belum pernah dibaca.

4. Mengenal Lambang

Pada tahapan mengenal lambang, anak sebaiknya sudah termotivasi untuk lebih banyak membaca buku.

Yakinkan pada mereka bahwa jika sudah dapat membaca sendiri, akan lebih banyak lagi buku yang dapat dibaca. Anak juga dapat membaca pesan sendiri dari ayah, misalnya.

Jika Temans sudah melaksanakan tahapan membaca gambar, pelajaran mengenal lambang atau membaca sesungguhnya akan terasa lebih mudah.

Ingatlah, untuk tidak memaksa anak memasuki tahapan ini!

Anak yang tidak mempunyai masalah dengan tumbuh kembang, pasti dapat membaca. Yang terpenting justru, sudahkah anak memahami apa yang dibacanya?

Temans dapat membacakan kalimat, “Sepatu Andi berwarna putih.”

Jika anak dapat menjawab pertanyaan “sepatu siapa yang berwarna putih” atau “Apa warna sepatu Andi?” itu pertanda bagus. Kemampuan membacanya akan meningkat seiring dengan waktu. Mereka juga akan langsung memahami isi bacaan.

5. Membaca Perlahan dan Mengingat

Di tahapan awal, ajak anak membaca perlahan sambil mengingatnya. Kemudian mereka dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana terkait dengan kalimat yang dibaca, seperti contoh sebelumnya.

Awalnya mereka dapat diberi buku yang lebih banyak gambar daripada tulisannya. Perlahan, jika Temans menilai kemampuan anak sudah mulai meningkat, bacaan dapat ditingkatkan pula jenisnya.

Mudah bukan mengajak anak belajar membaca dan mencintai buku? Tidak ada waktu yang tepat sekali untuk mereka belajar. Lingkungan dapat menciptakan sendiri situasi yang kondusif sehingga anak suka belajar membaca. Yang penting semua mulai dari diri sendiri dulu.

Saya juga sedang memulainya nih! Yuk, bersama-sama menciptakan keluarga yang mencintai buku.

 


Selasa, 07 Juli 2020

Langkah Mengajarkan Anak Matematika Sejak Dini

Sumber gambar: kidaha di pixabay.com

Orang tua dan pendidik sering kali mengeluhkan bahwa anak sulit sekali memahami matematika. Sementara, bagi anak sendiri pelajaran ini sangat sulit. Bahkan, ada yang kemudian sangat membenci alias anti terhadap matematika.  Padahal, pelajaran ini tidak dapat ditolak keberadaaannya. Hampir semua jurusan sekolah hingga perguruan tinggi ada materi berhitung dan sejenisnya.

Cara Mengajarkan Anak Matematika Sejak Dini

Seharusnya, matematika dan berhitung memang diperkenalkan sejak dini sebagai pelajaran yang menyenangkan. Orang tua dan guru tidak hanya berharap anak pintar matematika di usia sekolah dsar. Di rumah atau di sekolah anak usia dini atau di taman kanak-kanak, konsepnya dapat diajarkan dengan cara-cara berikut.

1. Menggunakan Dramatisasi

Dramatisasi dilakukan dengan gerakan. Sebagai contoh, anak diminta melompat tiga kali secara bersama-sama. Lompatan tersebut dapat diulang-ulang dengan hitungan yang berbeda-beda.

2. Menggunakan Anggota Tubuh

Gambar oleh Gerd Altman dari pixabay.com

Berhitung menggunakan anggota tubuh sudah diketahui sejak lama. Anak diajarkan mengetahui bahwa jumlah mata, telinga, dan tangan ada dua.

Di tingkat yang lebih tinggi anak sudah mulai dapat menghitung seluruh jari tangan mereka.

3. Menggunakan Mainan Anak

Ini merupakan cara yang paling disukai anak. Ajaklah mereka menyusun balok, menderetkan mobilan, dan meletakkan seluruh boneka yang dimiliki.

Berhitung menggunakan mainan anak dapat sekaligus mengajarkan anak konsep bentuk, lebih besar, lebih banya, hingga penumlahan dan pengurangan sederhana.

4. Menggunakan Buku Cerita

Mengapa Anda Harus Membaca Cerita Anak-anak - cintabuku.id

Sumber gambar: cintabuku.id

Anak Anda suka buku cerita? Ini juga merupakan cara yang bagus untuk mengajarkan mereka berhitung sekaligus membaca gambar. Hitunglah sesuatu yang ada di dalam gambar, seperti buah di atas pohon, buah yang jatuh, orang di dalam dan di luar rumah, dan lain-lain.

Langkah Matematika Awal untuk Anak

Setelah mengetahui cara mengajarkan anak matematika pada anak sejak dini, guru dan orang tua juga harus mengetahui konsep matematika awal. Ini diajarkan sebelum anak belajar operasi hitung, seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.

Konsep tersebut, yaitu:

  • Berhitung ; anak dapat menyebutkan bilai satu, dua, tiga, dan seterusnya hingga dua puluh secara berurutan.
  • Membilang; anak dapat berhitung dengan menunjukkan bendanta. Biasanya di tahap ini anak sering kali melakukan kesalahan, seperti berhitung lebih cepat dari benda yang ditunjuk atau sebaliknya.
  • Mengenal beragam bentuk
  • Mengenal angka
  • Memahami pengelompokkan benda: sa besar, sana tempatnya, dan lain-lain.
  • Memahami konsep lebih besar, lebih, sedikit, dan sama banyak.
  • Mengenal simbol matematika

Setelah ketujuh konsep di atas dipahami, barulah anak belajar penjumlahan dan pengurangan secara utuh. Jangan lupa, konsep operasi bilangan tersebut harus dipahami benar jika Temans ingin anak menyelesaikan soal cerita.

Ingat pula bahwa matematika sama dengan pelajaran lain. Tidak dihafal! Matematika merupakan pelajaran yang menggabungkan pemahaman konsep dan kemampuan berhitung. Anak akan berhasil di sini jika menyukai dan banyak berlatih.

 


Senin, 15 Juni 2020

Ketika Anak Mogok Sekolah

Kisah 1

Tetangga depan rumah saya, mempunyai 3 orang puteri. Sementara saat itu, saya baru mempunyai sepasang anak yang masih batita.

Puteri kedua mereka antusias sekali karena akan bersekolah TK. Setiap bermain di depan rumah dia selalu bercerita tentang hal tersebut.

Antusiasme anak berlangsung hingga minggu pertama sekolah. Setelah itu, entah kenapa setiap mobil antar jemputnya datang dia akan menangis keras. Mama, begitu sebutan anak kepada ibunya, marah besar.

Hal tersebut berlangsung hingga sekitar satu semester.

Bayangan drama menangis di depan rumah dan amukan orang tua terus melekat diingatan. Itu pertama kali saya melihat anak meraung dan menangis, ditambah teriakan marah ibunya. Rasa iba sering kali memnghinggapi tetapi tidak mungkin untuk membantu. Lebih dari sepuluh tahun lalu datang membantu dan menghibur anak tetangga yang sedang mengamuk dan dimarahi ibunya, sama dengan menyampuri urusan orang lain.

Kisah 2

Saya sudah mengajar Taman Kanak-Kanak selama lebih dari 5 tahun. Siswa yang mengamuk tidak mau masuk kelas dan ditinggal ibunya, alhamdulillah dapat diatasi dengan baik.

Bagaimana kalau itu yang tidak mau masuk kelas adalah anak saya?

Anak kelima saya, namanya Hilman, menangis keras ketika masuk TK. Dia memang sengaja tidak disekolahkan di tempat saya mengajar dengan alasan agar lebih mandiri.

Hari pertama dia lalui dengan baik. Namun, keesokan harinya dia tidak mau sekolah lagi. Di rumah dia tidak mengamuk. Hanya saja, bangun tidur tiba-tiba merasa sakit perut dan pusing. Setelah itu, dia bilang ingin dititipkan di rumah nenek saja.

Saya langsung menyadari bahwa ini berhubungan dengan aksi menangisnya di hari kemarin. Akhirnya, selama dua hari berturut-turut saya antar ke sekolah dan menunggunya di gerbang seperti teman-temannya. Setelah itu, dia mau masuk sekolah tetapi dengan muka memelas.

Ketidaksukaannya pergi sekolah baru menghilang setelah satu bulan. Itu terjadi ketika sekolah akan menyelenggarakan banyak lomba menyambut hari kemerdekaan RI. Diumumkan bahwa setiap anak boleh ikut lomba asal sudah tidak menangis ketika sekolah dan tidak ditunggu ibunya.

Wah, Hilman yang memang mempunyai daya saing tinggi langsung berubah total. Dia bahkan memenangkan lomba busana daerah untuk tingkat kelompok A.

Ternyata, cerita tentang menangis ketika masuk sekolah baru tidak berhenti sampai di situ. Kejadian berulang ketika masuk SD.

Saya saat itu baru beberapa hari melahirkan adiknya. Jadi, dua hari pertama sekolah Hilman datang diantar abinya dan setelah itu ada ojek yang mengantar dan menjemput. Semua berjalan lancar sampai libur Ramadhan, dua minggu setelah awal tahun ajaran baru.

Masalah timbul ketika liburan usai. Kali ini Hilman bahkan mengamuk di sekolah sambil berpegangan pintu gerbang karena tidak mau masuk kelas. Wali kelas sampai menanyakan usianya karena dianggap masih di bawah kriteria, padahal tidak demikian.

Saat itu, saya memutuskan untuk ikut mengantar dan menjemput bersama ojek. Tentu saja bayi diajak.

Bagaimana tangisannya bisa hilang? Itu terjadi setelah ada pengumuman ekstrakurikuler akan dimulai. Saya pun mengatakan bahwa untuk bisa ikut kegiatan tersebut, syaratnya sekolah sudah tidak menangis dan mau ditinggal sendiri. Dia setuju. Kegiatan sekolahnya aman sampai kelas 6.

Sesaat sebelum kelulusan, Hilman berkata bahwa dia mantap ingin melanjutkan ke pesantren. Saya bahagia sekali, dia mau tanpa dipaksa. Untuk mengantisipasi kesedihan ditinggal di asrama nantinya, persiapan sudah dilakukan jauh hari untuk memantapkan niatnya.

Alhamdulillah, meski harus pulang sebelum waktunya karena adanya Pandemi Corona, Hilman melewati masa adaptasi dengan lingkungan baru dengan baik.

*****

Kisah anak yang tiba-tiba mogok sekolah di awal masuk mungkin dialami beberapa Temans di sini. Sedih, bingung, dan marah berbaur menjadi satu saat peristiwa terjadi.

Bagaimana tidak? “Kok, anak saya nggak mau sekolah? Padahal itu penting untuk masa depannya.”

Di sisi lain, “Memalukan sekali rasanya, anak saya menangis meraung ketika diajak ke kelas. Anak lain gembira.”

“Anak saya menangis sambil memukuli gurunya. Aduh, jadi nggak enak!”

Temans, tidak perlu khawatir! Ada kok cara mengatasinya. Mudah, hanya perlu ketegasan dari guru di sekolah dan Temans sebagai orang tua.

Berdasarkan pengalaman dan rangkuman dari berbagai buku, ini cara mengatasi anak yang mengamuk saat awal masuk sekolah

  • Mengenali Penyebabnya

Anak mungkin saja mogok sekolah karena merasa tidak punya teman, takut dengan guru atau temannya, tidak dijemput tepat waktu, dan sebagainya.

Agar dapat mengenali penyebabnya, Temans dapat merunut waktu sekolah dan apa saja yang terjadi. Jika memungkinkan, mintalah anak untuk bercerita.

Dengan mengenali sebabnya, mogok sekolah dapat diatasi lebih cepat dan tuntas.

Seandainya anak mogok karena takut teman, katakan bahwa guru di sekolah akan membantu.

Namun, jika anak bermasalah karena Temans terlambat menjemput, itu artinya anak khawatir ditinggal. Yakinkan dirinya bahwa Temans tidak akan pernah meninggalkannya sendiri di sekolah.

Bagaimana dengan guru?

Umumnya guru anak pra sekolah atau usia kelas 1 SD sangat sabar. Jangan takuti anak dengan kata-kata, seperti “jika kamu terlambat ibu guru marah” atau “kamu harus baik di sekolah kalau tidak ibu guru akan menyetrap”, dan sebagainya.

  • Mengajak Guru untuk Bekerja Sama

Setelah mengetahui sebabnya, ajaklah guru di sekolah untuk bekerja sama.

Temans dapat meninggalkan anak di sekolah dengan meyakinkan diri bahwa mereka diasuh oleh guru yang baik. Ketakutan kepada teman dan masalah lain dapat diatasi bersama. In sya Allah, seiring dengan waktu mogoknya akah hilang.

  • Memberi Dukungan pada Anak

Jangan lupa, beri dukungan pada anak!

Beri mereka pelukan ketika akan ditinggalkan di sekolah! Jangan marah saat mereka berkata tidak mau bersekolah lagi!

Dukungan dari orang tua penting agar mereka merasa dihargai sampai akhirnya masalah dapat diatasi.

  • Meningkatkan Kecerdasan Emosional

Kemungkinan paling besar ketika anak mogok sekolah adalah sedikit lebih lambat dalam beradaptasi. Dia tidak biasa dan takut dengan orang-orang baru di sekitar.

Ini dapat diatasi jika kecerdasan emosionalnya terasah. Untuk ulasan ini dapat Temans lihat di tulisan tentang “Mama, Aku Ingin Pindah Sekolah”.

Anak yang cerdas secara emosi, meski usianya muda, dia akan bisa mengatasi semua masalahnya sendiri. Tentu saja dengan dukungan orang tua dan lingkungan.

Itulah 5 cara mengatasi anak yang mogok sekolah di awal masuk!

Sebagai langkah awal, Temans dapat sering mengajaknya bersosialisasi sejak dini. Sosialisasi dapat membuat anak lebih mudah beradaptasi di masa prasekolah. Mereka sudah paham, bahwa tidak semua temannya baik. Di antara mereka ada yang jahil atau suka memukul tetapi Temans selalu ada untuk mendukung mereka.

Sosialisasi juga bagian dari meningkatkan kecerdasan emosional.

 


Minggu, 14 Juni 2020

Ketika Anak Bermasalah dengan Guru

“Orang beradab sudah pasti berilmu tetapi orang yang mempunyai ilmu belum tentu beradab.”

 

Sumber gambar: pixabay.com

Perkenalkan, saya seorang ibu rumah tangga yang mempunyai 6 orang anak. Temans atau siapapun yang kenal dekat dengan keluarga, kebanyakan bilang bahwa semua anak saya penurut. Jadi, buat mereka yang melihatnya sangat mudah mendidik dan mengasuh anak-anak-anak tersebut.

Itu kata orang. Bagaimana dengan saya yang menjalaninya? Tentunya tidak semudah perkataan orang atau saya menulis saat ini. Anak-anak ada masa sulitnya. Termasuk ketika mereka berhadapan dengan guru.

Anak kedua saya, Mukhtara Rama Affanndi, kini sudah berusia 22 tahun. Rama nama panggilannya. Sejak usia sekolah dasar sudah terlihat sedikit keras kepala.

Lebih dari 10 tahun lalu, seorang murid bimbingan les berkata, “ Ummi, tahu nggak? Rama tadi dipukul oleh Pak Didi (nama disamarkan).”

“Oh, kenapa?”

“Katanya, murid kelas 5 sedang berantem dengan Pak Didi, Mi. Setiap Rama lewat pasti dipukul.”

Saya hanya mendengarkan saja. Rama jarang bercerita tentang kesulitan yang dianggapnya masih bisa ditangani di sekolah. Masa itu, belum ada grup WA orang tua, he – he..

Malamnya saya bertanya pada Rama tentang peristiwa tersebut.

“Iya, Mi. Tapi nggak sakit kok karena Rama menghindar.”

“Bukan soal sakitnya. Kenapa?

“Awalnya tentang pelajaran. Apa yang Pak Didi ajarkan berbeda dengan yang tertulis di buku paket Rama. Pak Didi ngotot kalau itu benar. Terus, Rama cocokin dengan buku paket IPA lain milik teman, ternyata Pak Didi tetap salah. Terus, sejak itu Pak Didi nyuruh Rama keluar ketika pelajarannya.”

Saya menarik napas dalam. Masa itu memang tahun dimana sekolah tidak boleh menjual buku paket atau menunjuk buku terbitan tertentu.   Jadi, dalam satu kelas buku yang dipegang berbeda-beda. Harus diakui, mestinya semua buku intinya sama, apalagi pelajaran IPA yang ilmu pasti.

“Sudah 2 minggu Rama nggak ikut pelajaran IPA. Masalahnya, di awal hanya 3 orang yang diminta keluar kelas. Minggu ini hampir semua murid ikut keluar.”

“Ya sudah. Besok Ummi ke sekolah. Kamu harus ingat, Pak Didi seorang guru. Beliau bisa saja salah dalam mengajar tetapi murid tidak boleh berlaku tidak baik.”

“Iya, Ummi.”

Keesokan harinya, kedatangan saya ke sekolah sudah ditunggu wali kelas. Namun, Pak Didi hanya memandang saja dari jauh.

Dalam pertemuan, saya sepakat untuk mengingatkan Rama untuk meminta maaf. Mengenai perdebatan tentang sesuatu yang salah dalam pelajaran biarlah menjadi urusan kepala sekolah dan wali kelas.

Tidak menunggu lama. Rama melaporkan sepulang sekolah kalau dia sudah menghadap kepala sekolah.

“Sedih Mi, dinasehati Pak Irwan. Tapi, Pak Didi tetap tidak mau mengakui kesalahannya dan minta maaf.”

“Ya sudah. Yang penting kamu yang minta maaf. Soal pelajaran, itu nanti diperbaiki kepala sekolah dan wali kelas.”

“Pak Didi, beliau guru kamu. Lain kali tegurlah dengan cara baik jika ada kesalahan. Misalnya, dengan datang ke kantor.”

“Iya, Mi.”

Pak Didi masih mengajar di sekolah sampai satu bulan kemudian. Saya dengar dia diminta mengundurkan diri karena masalah dengan siswa-siswa kelasnya.

Beberapa bulan yang lalu, ketika Rama mengisi stand up comedy dalam satu acara dia bertemu dengan Pak Didi. Mereka sempat berbicara banyak tentang banyak hal.

“Rama cium tangannya, Ummi. Terus, bilang maaf lahir dan batin.”

Alhamdulillah…

*****

Ketika buah hati Temans bersekolah, mungkin kisah mirip di atas pernah terjadi. Kisah kenakalan anak-anak atau murni kesalahan guru. Saya mengangkat hal di atas dari dua sisi, sebagai orang tua dan sebagai guru.

Mengapa?

Saya tahu benar, siswa zaman sekarang tidak sama dengan dahulu. Mereka jauh lebih terbuka dan blak-blakan dalam berbicara. Suka dan tidak suka diucapkan tanpa memperhatikan lawan bicara.

Beberapa siswa privat saya bahkan menganggap guru yang datang layaknya pembantu dalam pelajaran sekolah. Guru yang datang ke rumah dan digaji oleh orang tua. He he.. Itu sebabnya beberapa tahun belakangan saya tidak lagi menerima permintaan privat belajar dari murid-murid.

Bukan tidak mau mendidik tetapi lebih menjaga hati. Saya lebih suka mengajar siswa bimbingan belajar dalam jumlah 3 sampai 7 orang dalam satu kelompok. Dalam kelompok, siswa lebih mudah diarahkan. Saya juga lebih mudah memasukkan nilai-nilai moral ketika mengajar.

Kembali kepada kisah di atas, saya ingin menegaskan bahwa dalam belajar atau mencari ilmu, adab dan akhlak harus diutamakan.

Di sini peran orang tua bermain. Di sekolah kebanyakan tidak mengajarkan adab dan akhlak secara sempurna. Orang tua yang harus mengingatkan. Sekolah zaman now, lebih mengutamakan ilmu, hafalan, dan materi.

Contoh kecil, orang tua menunjukkan rasa menghormati guru les yang datang ke rumah sebagai tamu. Anak akan melakukan hal yang sama pula.

Jangan menggerutu tentang guru di depan anak. Anak akan ikut tidak menghargainya.

Orang tua tidak lagi menyalahkan guru dalam setiap masalah. Jika guru memang salah, tentu ada cara baik pula untuk menyelesaikannya.

Berdasarkan pengalaman, siswa yang pintar tetapi mempunyai akhlak baik belum tentu memperoleh prestasi bagus. Namun, siswa yang santun dan berakhlak baik sering kali mendapat hasil yang tidak terduga.

Tentang adab dan ilmu dalam Islam ini sudah serinh dibahas dalam berbagai buku parenting.

Para Imam dan ulama zaman dahulu dikisahkan mempelajari adab lebih banyak dan lama dibandingkan ilmunya.

Adab ini merupakan akhlak dalam kehidupan sehati-hari, sebagaimana sabda Rasulullah yang terkenal, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.”

Dikisahkan, Iman Syafi’i yang akan menimba ilmu kepada Imam Malik. Sebelum datang ke Imam Malik, sang ibu memintanya untuk belajar adab Syaikh Rabi’ah.

Di kisah lain, Abdurrahman bin Al Qasim belajar kepada Imam Malik selama 20 tahun. Selama itu, beliau hanya 2 tahun terakhir beliau belajar ilmu. Selebihnya adalah pelajaran adab.

Apa saja yang termasuk contoh adab kepada guru dalam Islam? Beberapa di antaranya adalah datang ke majelis ilmu sebelum guru datang, berpakaian baik dan sopan, dan mengulang semua pelajaran yang telah diberikan.”

Adab perlu didahulukan daripada ilmu. Pertama, karena adab adalah sunnah Nabi Muhammad SAW. Sesuai dengan hadis yang sudah disebutkan di atas bahwa beliau diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak.

Kedua, adab membuat anak menjadi orang baik tanpa disadari. Anak jujur, mandiri, bertanggung jawab karena mempelajarinya. Ini akan menjadi bekal di kehidupannya di masa yang akan datang. Kehidupan sosial akan lebih mudah dijalani.

Ketiga, dengan adab seseorang akan berilmu. Bayangkan saja jika seseorang menerapkan aadab terhadap guru saja, tanpa disuruh dia akan rajin belajar. Tentu saja hasilnya adalah prestasi yang bagus. Apalagi jika anak melaksanakan adab-adab lain yang dipelajarinya.

So, Temans itulah sedikit kisah pribadi tentang salah seorang anak saya. Yuk, kita bersama membangun adab dari rumah agar Indonesia terhindar dari degradasi moral dan menjadi negara maju bermartabat!

 

 

 

 


Sabtu, 13 Juni 2020

Aku Ingin Pindah Sekolah!

Kisah 1

Seorang anak remaja pulang sekolah sambil cemberut.

“Kenapa, sayang?” Mama yang sedang duduk melihat gadgetnya bertanya.

“Pindah sekolah ya Ma?”

“Lho, kan baru sebulan?”

“Di sana aku nggak ada temannya. Mama sih, padahal aku mau sekolah di SMAN 10 kemarin. Banyak temanku di sana.”

“Yah, ini demi kebaikan kamu. Sekolah sekarang lebih mudah akses transportasinya. Kamu juga yang bilang nggak mau sekolah jauh.”

“Di sana nggak enak ternyata Mah. Gurunya juga nggak menyenangkan.”

“Oke, begini saja. Kamu tunggu saja sampai sebulan lagi.”

Alhamdulillah, bahkan sampai satu tahun berlalu sang anak tidak pernah lagi meminta pindah sekolah. Mama juga dengan sengaja tidak pernah mengungkitnya lagi.

Kisah 2

“Ummi, aku mau kuliah di sini. Tempatnya daerah Serpong. Lulusannya bisa ke Jerman.”

Ummi menarik napas. Anak pertamanya ini memang ingin sekali berkuliah ke Jerman atau Jepang. Namun, suaminya tidak setuju. Alasannya, ananda belum siap hidup mandiri. Sholat saja belum bisa memulai tanpa disuruh.

Pernah seorang gurunya menyarankan ananda untuk shalat 5 waktu tanpa disuruh sebelum lulus SMA. Buktikan pada ayahnya jika dia dapat hidup mandiri tetapi tidak dilaksanakan.

Akhirnya kedua orang tua menyetujui kuliah pilihan sang anak di sebuah kampus elite daerah pinggiran Jakarta.

Di sana, dia hanya bertahan satu semester. Setelah itu, ananda terlihat jarang kuliah.

“Nak, mengapa ummi lihat kamu jarang berangkat kuliah? Nggak mungkin bukan libur semesternya lebih dari 3 bulan?”

Ananda yang lebih banyak di kamar keluar mendengar ummi menegur.

“Iya, Ummi. Aku berhenti kuliah di sana saja ya? Nggak apa deh ulang lagi semester 1 di tahun ajaran baru.”

“Mengapa?”

“Di sana ada yang suka bully, Mi. Ada anak perempuan dan gengnya yang suka seenaknya pada orang lain.”

“Kamu bisa melawan bukan? Minimal  cuek aja. Nggak usah diladeni. Kamu laki-laki.”

“Tapi jadi nggak nyaman Ummi. Lagian masa berantem sama perempuan.”

“Ya sudah. Coba bicara saja dengan ayah.”

Akhirnya Ananda pindah kuliah dan mengulang kembali ke semester 1.

Ananda baru kuliah tetap saat kepindahan kedua. Kepindahannya kedua dilakukan dengan alasan, dosen yang mengajar sepertinya tidak kompeten. Dosen bahasa Inggrisnya saja, bahasanya pas-pasan.

Kepindahan ketiga, Alhamdulillah Ananda berkuliah di Yogyakarta. Di sana dia bersama sang adik yang menyusul kuliah di semester 1 meski tidak satu kampus.

*****

Di atas saya hanya menuliskan dua kisah tentang permintaan anak pindah sekolah dan pindah kuliah.  Kedua-duanya berhasil dilalui dengan baik.

Di kisah lain ada anak yang pada akhirnya berhenti kuliah karena tidak dapat beradaptasi dan orang tua tidak dapat membiayai kepindahannya. Padahal selama sekolah, ananda cukup pandai dan selalu rangking kelas ketika sekolah dasar.

Alasan Orang Tua Tidak Mengijinkan  Anak Pindah Sekolah

Ketika anak meminta pindah sekolah (termasuk kuliah), sebagian besar karena ketidaknyamanan. Baik karena tidak mempunyai teman, guru atau dosen galak atau tidak sesuai harapan, dan tempat yang tidak bagus. Cara dikisah pertama cukup bagus. Orang tua berjanji akan mempertimbangkan kembali pindah sekolah setelah 1 bulan.

Pada dasarnya, semua intinya adalah adaptasi. Anak-anak rata meminta pindah ketika sekolah atau kuliah baru berjalan kurang dari 6 bulan. Jarang sekali yang meminta berhenti dan pindah setelah 1 tahun. Bahkan, ketika orang tua harus pindah tugas ke luar kota anak yang enggan. Mereka sudah merasa sudah cocok dengan lingkungan barunya.

Oleh karena itu, beberapa pakar pendidikan anak menyarankan agar orang tua tidak segera mengiyakan atau mengijinkan ketika anak ingin pindah sekolah. Beberapa alasan yang banyak dikemukakan adalah sebagai berikut.

1. Anak Harus Belajar Menyelesaikan Masalahnya Sendiri

Temans, masalah seperti yang dikemukakan di atas biasanya baru terjadi ketika anak menginjak usia sekolah menengah.

Ini terjadi karena di masa itu, rata-rata anak baru dilepaskan mandiri oleh orang tua. Sebelumnya, mereka diantar jemput, ada grup WA orang tua yang intens, dan lain-lain. Orang tua menyelesaikan semua masalah anaknya, baik dengan teman atau guru.

Contoh kecil, ketika anak tertinggal tugas sekolah orang tua langsung mengantarkan tugasnya ke sekolah. Hal yang tidak berlaku ketika usia remaja. Orang tua sudah tidak lagi tahu yang terjadi di sekolah. Siswa lebih banyak. Ikatan antar orang tua berkurang.

Saat ketinggalan tugas di rumah, anak harus menanggung akibatnya, ditegur oleh guru.

Biarkanlah seperti itu! Anak harus belajar menyelesaikan masalahnya sendiri dan mencari solusi agar tidak terulang lagi. Tugas Temans hanya mengingatkan, mendengarkan anak bercerita, dan memberi nasihat berupa solusi, bukan dalam tindakan.

2. Anak Harus Belajar Menghargai Setiap Keputusan

Zaman sekarang sudah jarang sekali orang tua yang memutuskan sekolah anak sendiri. Umumnya anak ikut terlibat. Sebagian lagi anak memilih sendiri.  Minimal anak tahu pilihan orang tuanya.

Jadi, sekolah adalah keputusan bersama. Dengan demikian, anak tidak dapat melanggar begitu saja keputusan tersebut.

Anak belajar bahwa setiap keputusan ada resiko yang harus diterima. Tidak ada keputusan yang sepenuhnya menyenangkan.

3. Anak Harus Belajar Berpikir Sebelum Bertindak

Orang tua tidak harus langsung mengiyakan ketika anak  ingin pindah sekolah.

Ajarkan mereka berpikir sebelum bertindak! Berilah mereka konsekuensi kepindahan!

Misalnya, uang saku dipotong karena pindah berarti biaya tambahan, harus kembali ke kelas awal jika pindah dari pesantren, dan di sekolah baru belum tentu akan mendapatkan suasana yang diinginkan.

4. Anak Belajar Menerima Kondisi Lingkungannya

Suasana sekolah; siswa, guru, dan tempat baru pasti akan berbeda dengan sebelumnya. Apalagi jika sebelumnya anak belajar di sekolah swasta favorit dan pindah ke sekolah lanjutan negeri, apapun alasannya.

Sekolah lanjutan umumnya mempunyai siswa lebih banyak. Mereka dari berbagai golongan. Sekolah negeri juga belum tentu mempunyai fasilitas sebagus sekolah swasta.

Ajarkan anak untuk menerima kondisi lingkungannya dan berempati. Ini bagus untuk melatih rasa sosial.

5. Anak Dididik Bertanggung Jawab

Terakhir, anak dididik untuk bertanggung jawab dengan pilihan dan semua yang dilakukannya.

Bertanggung jawab jika sekolah dia yang memilih. Bertanggung jawab karena bukan salah guru jika ditegur karena tidak membwa tugas, dan seterusnya.

Lalu kapan orang tua mengijinkankan anak pindah sekolah? Apa pertimbangannya?

Jika suatu saat anak Temans bercerita bahwa dirinya dibully dan tidak dapat ditolerir lagi, bisa menjadi alasan utama.

Dalam kasus ini mungkin saja pihak sekolah menyelesaikan masalah yang ada. Namun, bagi beberapa anak persaaan tidak nyaman dapat timbul. Mungkin saja dia tetap bersikeras pindah sekolah.

Namun, harus diingat bahwa untuk masalah ini orang tua dan lingkungan sekitar harus berusaha meningkatkan kepercayaan diri anak agar kejadian bully tidak terulang kembali.

Akhir kata, sekolah merupakan  miniatur kehidupan nyata. Bukan sekadar untuk memperoleh ijazah atau prestasi tertentu. Di sini menjadi tempat pertama anak bersosialisasi dengan lingkungan lebih besar. Jika anak berhasil melewatinya dengan baik. insyaAllah di kehidupan selanjutnya anak dapat lebih mampu menghadapi ujiannya.