“Baik dan buruknya anak
tanpa disadari adalah cermin keteladanan orang tua”
Kisah 1
Dua
tahun lalu saya mengajar privat siswa kelas 4 SD. Dia mempunyai seorang adik
yang masih usia prasekolah. Seperti
murid lain, biasanya murid-murid suka bercerita.
Kali
ini, si adik yang bercerita menemani saya yang menunggu sang kakak mengerjakan
soal.
“Ummi,
ayah seperti anak-anak deh!”
“O,
iya? Kenapa?”
“Ayah
suka minta dimandiin sama bunda kalau di rumah.”
“Oh..”
Sesaat saya tidak dapat berkata apa-apa. “Mungkin ayah sedang sakit.”
“Nggak kok Ummi. Masa sakit
terus-terusan. Kadang-kadang bunda juga sekalian ikutan mandi.”
“Kalau
begitu, kamu tanya sama bunda saja kenapa ayah sering dimandikan. Pasti ada
alasannya.”
“Iya
deh! Kalau ayah dimandikan, aku juga mau dimandikan sama Bunda.”
Kisah 2
“Ih,
siapa yang meminta belajar hari ini?” Saya bertanya begitu ketiga murid
bersaudara ini sampai.
“Mama
yang menyuruh, Ummi.”
“Oke,
kenapa terlambat? Setengah jam lebih.”
“Andi,
Ummi!” (nama bukan sebenarnya)
“Kenapa
Andi?” Saya bertanya kepada anak laki-laki satu-satunya dari tiga bersaudara.
Dia kelas 2 SD, sementara sang kakak kelas 5 dan 6 SD.
“Mandinya
lama! Gosok-gosokkan sama Nita (juga nama samaran).”
“Siapa
Nita?”
“Pacarnya
Ummi. Dia mandinyaa barengan. Asyik! Jadinya lama.”
Akhirnya
ketiga anak tersebut saling melempar ejekan sampai saya lerai dan diiringi
wejangan bagaimana hubungan anak laki-laki dan perempuan dalam Islam.
Saya
tahu bahwa cerita tentang mandi bersama dengan pacar adalah cerita bohong atau
ejekan di antara mereka. Namun, yang saya tangkap mereka paling tidak
mengetahui secara detil apa saja yang dilakukan dua insan lain jenis mandi
bersama.
Seram
membayangkan apa yang ada di pikiran mereka.
*****
Kisah
pertama di atas jelas bahwa sang anak menyeritakan ibunya. Di kisah kedua,
memang belum tentu ketiga kakak beradik mengetahui “mandi bersama” dari orang
tua mereka. Yang pasti, satu hal yang saya pelajari, disadari atau tidak segala
tingkah laku orang tua dan orang dewasa menjadi teladan anak-anak. Mereka dapat
bercerita kepada siapa saja tanpa disengaja. Apalagi ini mencakup hubungan
dengan lawan jenis yang dapat terekam jelas dalam ingatan.
Di
tulisan sebelumnya, saya sedikit membahas tentang pendidikan seks dalam
perspektif Islam. Meski tidak disebutkan sebagai pendidikan, Alquran telah
menjelaskan segalanya.
Islam
sendiri telah menjelaskan beberapa langkah tentang hubungan laki-laki dan
perempuan sejak dini. Di bawah ini langkah-langkah yang saya kutip dari Zulmia
Ilmawati, Psikolog dan Pemerhati Anak dan Remaja dalam bukunya Pendidikan Seks
untuk Anak-Anak.
1. Mengenali Dirinya
Ini
yang pertama diajarkan pada anak. Dia mengetahui jenis kelamin dirinya dan
perbedaan laki-laki dan perempuan.
Psikolog-psikolog
anak dan remaja menjelaskan bahwa dalam pengenalan jenis kelamin, nama-nama organ
yang terlihat harus diberi nama sesuai aslinya. Bukan dengan nama lain, seperti
burung, pepe, dan sebagainya.
2. Menanamkan Rasa Malu
Dalam
Islam, malu adalah sebagian dari iman.
Anak
harus diperkenalkan bagian-bagian mana saja yang aurat dan tidak boleh dilihat
orang lain.
Biasakan
anak untuk membuang air kecil di tempatnya, memakai pakaian sesuai syariat, dan
malu jika bertelanjang atau membuka baju di depan umum. Tidak ada toleransi
untuk hal ini, khususnya dengan alasan anak masih kecil.
3. Menanamkan Jiwa
Maskulin pada Anak Laki Laki dan Feminin pada Anak Perempuan
Saat
ini banyak orang bias gender terjadi karena pendidikan anak sejak kecil yang
dibeda-bedakan.
Menurut
Islam, jiwa maskulin harus ditanamkan pada anak laki-laki dan feminin pada anak
perempuan sejak kecil. Mereka juga dilatih untuk memegang tanggung jawab yang
berbeda. Ini dikarenakan kedua memang diciptakan Allah untuk saling melengkapi
sesuai dengan ciri khas yang diciptakan.
Temans
tentu dapat membayangkan jika antara perempuan dan laki-laki tidak ada bedanya
lagi.
Ibnu
Abbas berkata, “Rasulullah SAW melaknat laki-laki yang seperti wanita dan
wanita yang meniru laki-laki.” (H. R. Bukhari)
4. Memisahkan Tempat
Tidur Mereka
Ketika
anak sudah memasuki usia sekolah, sekitar 7 tahun, daya eksplorasinya
meningkat. Mereka ingin tahu dengan banyak hal. Untuk menjaga segala
kemungkinan, pisahkan tempat tidur mereka; anak laki-laki, anak perempuan, dan
orang tua.
Perintahkanlah
anak-anak kalian untuk salat ketika mereka umur tujuh tahun dan pukullah jika
mereka telah berumur sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka.” (HR. Abu
Daud)
Dalam
kisah di atas, jika Temans ingin melakukan aktivitas mandi bersama dengan
pasangan, sebaiknya tidak ada anak di rumah atau memang mempunyai kamar mandi
sendiri yang menyatu dengan kamar.
5. Mengenalkan Waktu
Berkunjung
Setelah
dipisahkan kamarnya, biasakan anak mengetuk pintu atau meminta ijin ketika akan
masuk kamar orang tua atau lainnya. Ini penting karena mungkin saja ada aurat
yang tidak boleh dilihat oleh anak.
“Hai
orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (laki-laki dan perempuan) yang
kami miliki dan orang-orang yang belum balig di antara kamu meminta izin kepada
kamu 3 kali (dalam sehari). Yaitu sebelum shalat subuh, ketika kamu
menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari, dan sesudah shalat isya. (Itulah)
tiga aurat bagi kamu. (QS. An-Nur: 58-59)
6. Mendidik Menjaga
Kebersihan Alat Kelamin
Bagian
selanjutnya dari tahapan pendidikan tentang jenis kelamin adalah menjaga dan
menersihkan alat kelamin.
Ini
bisa dimulai dengan cara bersuci saat BAK dan BAB serta menjaga dari perbuatan
keji dan munkar.
7. Mengenalkan Mahram
Mahram
adalah orang-orang yang tidak boleh dinikahi.
Di
depan mahram, aurat atau hal yang bileh diperlihatkan berbeda dengan bukan
mahram.
Siapa
saja yang termasuk mahram dan apa saja yang boleh dilakukan di hadapan mereka,
tercantum dalam Alquran surat An Nur ayat 31.
8. Mengajarkan Anak
untuk Menjaga Pandangan Mata
Dari
mata turun ke hati, begitu pepatah lama mungkin sering Temans dengar. Apalagi
sekarang dunia digital semakin merajalela. Menjaga pandangan mata mutlak harus
dilakukan banyak orang untuk menjaga hati.
Meski
terpampang di depan mata, anak tidak mengklik atau melanjutkan melihat hal yang
dilarang.
Katakanlah
kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat . “ (QS. An Nur: 30)
9. Mendidik Anak agar
Tidak Melakukan Ikhtilat dan Khalwat
Ikhtilat
merupakan penyampuran laki-laki dan perempuan secara bersama-sama dalam suatu
kegiatan tanpa alasan yang berarti. Sementara khalwat, artinya berdua-duaan
antara lak-laki dan wanita yang bukan mahram.
Keduanya
saat ini menjadi pemandangan yang biasa tetapi sesungguhnya sangat dilarang. Di
saat-saat tersebut antara laki-laki dan wanita dapat terjerumus kepada
perbuatan zina.
“Jangan
sekali-kali seorang lak-laki menyendiri (khalwat) dengan wanita kecuali ada
mahramnya. Dan janganlah seorang wanita bepergian kecuali bersama mahramnya,”
(HR Bukhori, Muslim, Ahmad, Ibnu Majah, Tabrani, Baihaqi dan lain-lain).
10. Mengenalkan Ihtilam
dan Haid
Ihtilam
secara sederhana dalam bahasa Indonesia adalah mimpi basah dan haid berarti
menstruasi. Keduanya merupakan ciri seorang anak laki-laki dan perempuan
emnjadi dewasa secara reproduksi.
Kenalkan,
ciri ihtilam dan haid pada anak, perubahan fisik yang terjadi, kewajiban, dan
apa akibatnya bila salah langkah.
Alhamdulillah,
Islam sangat lengkap dan sudah menjelaskannya secara detil sejak ratusan tahun
lalu. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat ya Temans!
BalasHapusWah....seram juga kalau anak-anak sampai komentar begitu. Walau ayah dan Ibu Mandi bersama, seharusnya anak-anak tak perlu tahu. Penting ya Mbak, mengenalkan mahrom pada anak ana secara dini, agar mereka tdk salah tafsir.
Betul.. Harusnya orang tidak melakukan hal yang "aneh" di depan anak.
HapusIni menjadi PR saya juga, biar mereka mengenal mengenai pendidikan seks dan seksual ini dari orang tuanya. Jangan mereka justru mencari informasi tentang hal tersebut dari orang lain, apalagi digital. Na'uzubillahiminzalik.
BalasHapusIya Mbak.. PR buat kita semua
HapusMemperkenalkan haid bagusnya usia berapa ya? Anak-anak sudah suka tanya kenapa saya kadang nggak solat, saya jawab lagi halangan, mereka bingung halangan itu apa hehe.
BalasHapusAnak sekarang sudah ada yang haid di kelas 4 SD Mbak.. Jadi usia sekitar itu sepertinya cocok
HapusWah, nasihat2nya sangat bisa dipraktikkan untuk anak2 ya. Sangat bermanfaat ya Mbak. Cerita pengantarnya seram. Ngeri saia
BalasHapusIya Mbak.. Saya aja deg2an kalau ada murid atau anak yang ngomongin itu di depan saya. Sebisa mungkin di depan mereka sih biasa saja
Hapus