Senin, 15 Juni 2020

Ketika Anak Mogok Sekolah

Kisah 1

Tetangga depan rumah saya, mempunyai 3 orang puteri. Sementara saat itu, saya baru mempunyai sepasang anak yang masih batita.

Puteri kedua mereka antusias sekali karena akan bersekolah TK. Setiap bermain di depan rumah dia selalu bercerita tentang hal tersebut.

Antusiasme anak berlangsung hingga minggu pertama sekolah. Setelah itu, entah kenapa setiap mobil antar jemputnya datang dia akan menangis keras. Mama, begitu sebutan anak kepada ibunya, marah besar.

Hal tersebut berlangsung hingga sekitar satu semester.

Bayangan drama menangis di depan rumah dan amukan orang tua terus melekat diingatan. Itu pertama kali saya melihat anak meraung dan menangis, ditambah teriakan marah ibunya. Rasa iba sering kali memnghinggapi tetapi tidak mungkin untuk membantu. Lebih dari sepuluh tahun lalu datang membantu dan menghibur anak tetangga yang sedang mengamuk dan dimarahi ibunya, sama dengan menyampuri urusan orang lain.

Kisah 2

Saya sudah mengajar Taman Kanak-Kanak selama lebih dari 5 tahun. Siswa yang mengamuk tidak mau masuk kelas dan ditinggal ibunya, alhamdulillah dapat diatasi dengan baik.

Bagaimana kalau itu yang tidak mau masuk kelas adalah anak saya?

Anak kelima saya, namanya Hilman, menangis keras ketika masuk TK. Dia memang sengaja tidak disekolahkan di tempat saya mengajar dengan alasan agar lebih mandiri.

Hari pertama dia lalui dengan baik. Namun, keesokan harinya dia tidak mau sekolah lagi. Di rumah dia tidak mengamuk. Hanya saja, bangun tidur tiba-tiba merasa sakit perut dan pusing. Setelah itu, dia bilang ingin dititipkan di rumah nenek saja.

Saya langsung menyadari bahwa ini berhubungan dengan aksi menangisnya di hari kemarin. Akhirnya, selama dua hari berturut-turut saya antar ke sekolah dan menunggunya di gerbang seperti teman-temannya. Setelah itu, dia mau masuk sekolah tetapi dengan muka memelas.

Ketidaksukaannya pergi sekolah baru menghilang setelah satu bulan. Itu terjadi ketika sekolah akan menyelenggarakan banyak lomba menyambut hari kemerdekaan RI. Diumumkan bahwa setiap anak boleh ikut lomba asal sudah tidak menangis ketika sekolah dan tidak ditunggu ibunya.

Wah, Hilman yang memang mempunyai daya saing tinggi langsung berubah total. Dia bahkan memenangkan lomba busana daerah untuk tingkat kelompok A.

Ternyata, cerita tentang menangis ketika masuk sekolah baru tidak berhenti sampai di situ. Kejadian berulang ketika masuk SD.

Saya saat itu baru beberapa hari melahirkan adiknya. Jadi, dua hari pertama sekolah Hilman datang diantar abinya dan setelah itu ada ojek yang mengantar dan menjemput. Semua berjalan lancar sampai libur Ramadhan, dua minggu setelah awal tahun ajaran baru.

Masalah timbul ketika liburan usai. Kali ini Hilman bahkan mengamuk di sekolah sambil berpegangan pintu gerbang karena tidak mau masuk kelas. Wali kelas sampai menanyakan usianya karena dianggap masih di bawah kriteria, padahal tidak demikian.

Saat itu, saya memutuskan untuk ikut mengantar dan menjemput bersama ojek. Tentu saja bayi diajak.

Bagaimana tangisannya bisa hilang? Itu terjadi setelah ada pengumuman ekstrakurikuler akan dimulai. Saya pun mengatakan bahwa untuk bisa ikut kegiatan tersebut, syaratnya sekolah sudah tidak menangis dan mau ditinggal sendiri. Dia setuju. Kegiatan sekolahnya aman sampai kelas 6.

Sesaat sebelum kelulusan, Hilman berkata bahwa dia mantap ingin melanjutkan ke pesantren. Saya bahagia sekali, dia mau tanpa dipaksa. Untuk mengantisipasi kesedihan ditinggal di asrama nantinya, persiapan sudah dilakukan jauh hari untuk memantapkan niatnya.

Alhamdulillah, meski harus pulang sebelum waktunya karena adanya Pandemi Corona, Hilman melewati masa adaptasi dengan lingkungan baru dengan baik.

*****

Kisah anak yang tiba-tiba mogok sekolah di awal masuk mungkin dialami beberapa Temans di sini. Sedih, bingung, dan marah berbaur menjadi satu saat peristiwa terjadi.

Bagaimana tidak? “Kok, anak saya nggak mau sekolah? Padahal itu penting untuk masa depannya.”

Di sisi lain, “Memalukan sekali rasanya, anak saya menangis meraung ketika diajak ke kelas. Anak lain gembira.”

“Anak saya menangis sambil memukuli gurunya. Aduh, jadi nggak enak!”

Temans, tidak perlu khawatir! Ada kok cara mengatasinya. Mudah, hanya perlu ketegasan dari guru di sekolah dan Temans sebagai orang tua.

Berdasarkan pengalaman dan rangkuman dari berbagai buku, ini cara mengatasi anak yang mengamuk saat awal masuk sekolah

  • Mengenali Penyebabnya

Anak mungkin saja mogok sekolah karena merasa tidak punya teman, takut dengan guru atau temannya, tidak dijemput tepat waktu, dan sebagainya.

Agar dapat mengenali penyebabnya, Temans dapat merunut waktu sekolah dan apa saja yang terjadi. Jika memungkinkan, mintalah anak untuk bercerita.

Dengan mengenali sebabnya, mogok sekolah dapat diatasi lebih cepat dan tuntas.

Seandainya anak mogok karena takut teman, katakan bahwa guru di sekolah akan membantu.

Namun, jika anak bermasalah karena Temans terlambat menjemput, itu artinya anak khawatir ditinggal. Yakinkan dirinya bahwa Temans tidak akan pernah meninggalkannya sendiri di sekolah.

Bagaimana dengan guru?

Umumnya guru anak pra sekolah atau usia kelas 1 SD sangat sabar. Jangan takuti anak dengan kata-kata, seperti “jika kamu terlambat ibu guru marah” atau “kamu harus baik di sekolah kalau tidak ibu guru akan menyetrap”, dan sebagainya.

  • Mengajak Guru untuk Bekerja Sama

Setelah mengetahui sebabnya, ajaklah guru di sekolah untuk bekerja sama.

Temans dapat meninggalkan anak di sekolah dengan meyakinkan diri bahwa mereka diasuh oleh guru yang baik. Ketakutan kepada teman dan masalah lain dapat diatasi bersama. In sya Allah, seiring dengan waktu mogoknya akah hilang.

  • Memberi Dukungan pada Anak

Jangan lupa, beri dukungan pada anak!

Beri mereka pelukan ketika akan ditinggalkan di sekolah! Jangan marah saat mereka berkata tidak mau bersekolah lagi!

Dukungan dari orang tua penting agar mereka merasa dihargai sampai akhirnya masalah dapat diatasi.

  • Meningkatkan Kecerdasan Emosional

Kemungkinan paling besar ketika anak mogok sekolah adalah sedikit lebih lambat dalam beradaptasi. Dia tidak biasa dan takut dengan orang-orang baru di sekitar.

Ini dapat diatasi jika kecerdasan emosionalnya terasah. Untuk ulasan ini dapat Temans lihat di tulisan tentang “Mama, Aku Ingin Pindah Sekolah”.

Anak yang cerdas secara emosi, meski usianya muda, dia akan bisa mengatasi semua masalahnya sendiri. Tentu saja dengan dukungan orang tua dan lingkungan.

Itulah 5 cara mengatasi anak yang mogok sekolah di awal masuk!

Sebagai langkah awal, Temans dapat sering mengajaknya bersosialisasi sejak dini. Sosialisasi dapat membuat anak lebih mudah beradaptasi di masa prasekolah. Mereka sudah paham, bahwa tidak semua temannya baik. Di antara mereka ada yang jahil atau suka memukul tetapi Temans selalu ada untuk mendukung mereka.

Sosialisasi juga bagian dari meningkatkan kecerdasan emosional.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar