Sabtu, 06 Juni 2020

Dosa Tetapi Sudah Biasa

“Keburukan yang telah menjadi bagian dari suatu masyarakat tetaplah dipandang suatu keburukan. Allah tetap mencatatnya.”


Kisah 1

Bulan Ramadhan beberapa tahun lalu.

“Ummi, nyontek nggak boleh ya di Bulan Ramadhan?”

Nyontek itu kecurangan. Memperoleh sesuatu dengan cara yang tidak halal. Tidak jujur namanya. Guru yang melihatnya juga tidak akan senang. Meski bukan bulan Ramadhan, nyontek nggak boleh.”

“Dosa ya Ummi?”

Iyalah! Berbohong itu berdosa.” Saya menjawab tegas, pada anak ketiga yang sudah bersekolah tingkat SMA ini.

“Tapi kalau nggak nyontek, nilainya jelek bagaimana?

“Apa pernah Ummi meminta kamu untuk selalu mendapatkan nilai bagus? Lagi pula hampir nggak ada pelajar yang sempurna di semua pelajaran.”

Nggak apa? Padahal temen-temen nilainya bagus karena menyontek.”

“Tentu saja nggak masalah. Ummi tidak pernah memasalahkan nilai sekolah bukan? Yang penting sudah berusaha.”

Setelah itu, Iqra anakku terdiam dan melanjutkan belajar.

Di antara kakak dan adiknya dia terlihat biasa saja secara akademis. Peringkatnya sejak SD tidak pernah masuk sepuluh besar. Namun, dia rajin belajar. Kedua kakaknya mengakui, meski tidak pernah sepuluh besar, adiknya ini mempunyai kemampuan lebih di bidang matematika dan IPA lebih baik.  Kini, dia sudah masuk semester 2 Pendidikan Matematika di sebuah perguruan tinggi negeri di Bandung.

Kisah 2

Saya awalnya heran.  Beberapa siswa bimbingan belajar, biasanya yang sudah duduk di bangku SMP dan SMA, tidak membawa alat tulis ketika belajar. Namun, tiba-tiba di saat lain tempat pensil mereka penuh alat tulis lengkap, bahkan dobel.

Saya kira mereka baru saja membeli alat tulis baru.

Ternyata perkiraan tersebut salah. Mereka mempunyai banyak alat tulis secara tiba-tiba bukan dari membeli tetapi mengambil tanpa ijin milik teman. Selang beberapa hari alat tulis tersebut hilang kembali karena diambil oleh orang lain lagi dengan tanpa ijin.

Siswa-siswa menyebutnya sebagai  nyipet.

Nyipet itu mencuri bukan?”

“Ah, Ummi! Hampir semua teman juga melakukannya. Punyaku saja sering hilang. Jadi, tidak mengapa kalau juga mengambil punya orang lain.”

Bagi mereka kegiatan tersebut sudah biasa. Jika orang lain melakukannya dan merugikan, artinya tidak salah jika kita melakukannya pula.

*****

Selain dari dua kisah di atas, banyak lagi cerita tentang perbuatan dosa yang sudah dianggap biasa.

Ketika tahun ajaran baru, orang tua ramai-ramai memasukkan anak ke sekolah favorit dengan cara yang salah. Masyarakat menyebutnya sebagai “jalan belakang”. Tindakan salah tetapi sudah menjadi rahasia umum.

Beberapa tahun yang lalu bahkan pernah ada seorang siswa yang bercerita tentang gurunya yang memberi sontekan saat ujian nasional. Siswa tersebut dianggap memfitnah dan harus pindah sekolah. Kenyataannya, sudah menjadi rahasia umum pula ada guru yang notabene pendidik sering berlaku curang agar anak didik memperoleh nilai bagus. Reputasi sekolah menjadi taruhan.

He he.. Bukan bermaksud mendiskreditkan guru lho! Tentu saja banyak pula guru yang masih menerapkan kejujuran pada profesi.

Yang  pasti Temans, hidup di jaman kini memang sudah semakin sulit. Banyak dosa, besar dan kecil yang sudah dianggap biasa. Orang tidak malu lagi melakukannya. Padahal malu adalah sebagian dari iman.

Perhatikan saja aturan wajah koruptor yang tertangkap dan diumumkan. Hal tersebut tidak membuat orang yang melihatnya jera dan takut. Masih banyak saja yang melakukan tindakan tersebut.

Dosa yang Sudah Terbiasa Dilakukan Membuat Jiwa Mati

Mohon maaf, seperti sudah pernah saya tuliskan di awal, saya bukanlah seorang ahli agama.

Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga yang kebetulan juga berprofesi sebagai pendidik. Dengan kedua pekerjaan tersebut, saya banyak belajar dari anak-anak dan lingkungan. Termasuk kaitannya dengan masalah dosa yang sudah dianggap biasa ini.

Mengapa? Saya selalu ingat perkataan Abah (panggilan untuk ayah), “Dosa meski kecil tetap ada timbangannya di akhirat.   Hutang, sekecil apapun akan ditagih di akhir jaman kelak.” Ngeri kalau membayangkan.

Hmm.. Kembali kepada kedua kisah di atas, saya termasuk orang yang meyakini bahwa kebiasaan sejak kecil akan terbawa hingga dewasa. Awalnya satu perbuatan dosa, lama-kelamaan semakin banyak. Meninggalkan sholat, berkhalwat, riba, menjadi umum dilakukan.

Semua dianggap biasa dan urusan pribadi masing-masing. Terkadang orang yang tidak melakukannya justru dianggap aneh.

Pertama pencurian kecil semakin lama menjadi semakin besar. Bukankah korupsi juga bagian dari mencuri?

Dalam Islam, fenomena mengerjakan perbuatan dosa terus-menerus hingga dianggap hal biasa membuat jiwa dan hati mati. Nilai kebenaran dari Allah tidak akan dirasakan lagi.

Dikisahkan, seorang murid dari Abdullah bin Mas’ud RA yang bernama Ar-Rabi bin Khutsaim yang dikenal sebagai tokoh zuhud dan berilmu. Temans dapat mencari nama tersebut di Google.

Saat masih berusia belia, beliau mengejutkan ibunya. Setiap malam, dia menangis dalam munajatnya kepada Allah. Tangisannya begitu keras hingga orang-orang di sekitar terbangun.

Akhirnya, sang ibu bertanya, “Apa yang terjadi anakku? Apakah kau melakukan sesuatu yang menyebabkan Allah murka?”

Ar-Rabi menjawab, “Benar Ibu, saya telah membunuh.”

Ibu, “Siapakah yang engkau bunuh, wahai anakku? Kita akan datangi keluarganya dan meminta maaf. Semoga mereka mengampunimu.”

Ar-Rabi, sang anak berkata, “Tenanglah Ibu. Aku membunuh jiwaku sendiri. Begitu banyak dosa yang telah aku perbuat dengan biasa sehingga tanpa disadari. Itu telah membunuh jiwaku.”

Petikan kisah tersebut menyentakkan jiwa, betapa dosa dapat membuat jiwa mati. Jiwa yang mati akan terus melakukan dosa dan kebaikan. Namun, tobat dengan sungguh-sungguh dapat membuatnya kembali hidup. Allah Maha Pengampun.

Orang Tua Menjaga Anak dari Perbuatan Dosa

Sebagai orang tua, Temans pasti tahu bahwa semua pendidikan dan pengajaran kepada anak kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

Oleh karena itu, menjaga anak dari perbuatan dosa merupakan sebuah keniscayaan.

Ada tiga hal yang saya coba lakukan dan mungkin juga dapat bermanfaat bagi Temans.

Pertama, ajarkan anak untuk dekat pada Allah sejak kecil. Hal ini pasti Temans sudah lakukan.

Anak diajarkan iman dan akhlak baik hingga terukir di hatinya. Ketika ingin curang, hati kecil akan memberi rangsangan bahwa hal tersebut bukan ajaran Islam dan seterusnya.

Tidak ada jalan yang lurus. Belokan atau tikungan pasti ada. Setidaknya, penanaman akidah dan akhlak akan membuat mereka tahu kemana akan kembali.

Kedua, memberi teladan karena anak sejak kecil adalah peniru ulung. Jika Temans ingin anak shalat, perlihatkan bahwa anak shalat. Begitu pula jika ingin anak terhindari dari dosa lain.

Orang tua harus menunjukkan keteladanan sikap jujur dan menerima anak sesuai kemampuannya. Ini akan menghindari perbuatan menyontek dan segala kebiasaan buruk yang mungkin terjadi karena anak ingin dihargai.

Ketiga, dekatkan diri dengan anak. In sya Allah, anak yang dekat sejak kecil dan terbiasa bercerita akan membawanya terus hingga dewasa.

Saat anak dewasa, Temans tetapi menjadi tempat berbagi cerita suka dan duka. Ketika melakukan kesalahan, mereka akan mengakuinya.

Temans dapat bertanya dari mana asalnya semua barang-barang miliknya tanpa menghakimi. Anak akan tenang bercerita dan mudah pula diberi masukan.

Sekali lagi, saya menulis ini bukan karena sudah menjadi ahli. Hanya share pengalaman dan mudah-mudahan bermanfaat.

 


43 komentar:

  1. Sedih bacanya. Bener banget. Itu bbrp dari dosa yang dianggap biasa. Sebaiknya anak2 kita kita bimbing ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yes.. Semoga kita semua dimudahkan dalam membimbing anak2 agar mereka shaleh/shalehah. Aamiin

      Hapus
  2. Nah bener nih anak saya juga pernah kenya nyipet ini, pagi2 dibekali pensil dsb komplit, pulang2 kok gak ada sisa lagi. Ortu hrs menanamkan nyipet itu haram ke anak2nya ya

    BalasHapus
  3. Benar sekali ya Mbak. Mendekatkan diri kepada anak salah satu caranya agar anak terhindar dr dosa sejak dini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak. Semoga kita dapat membimbing anak-anak lebih baik

      Hapus
  4. Saya baru tahu istilah nyipet, Mbak
    Memang kini banyak hal dianggap biasa padahal sebenarnya perbuatan dosa.
    Semoga kita bisa mnegajarkan kejujuran dari rumah pada anak-anak kita. juga meneladankan nilai kebaikan yang makin lama makin menghilang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga baru tahu dari murid2 dan konfirmasi ke anak-anak. Orang tua zaman sekarang musti jeli

      Hapus
  5. Masha Allah Mba tulisan'y ngena banget. Memang salah2 kecil yg d anggap biasa itu klo d biarkan bisa jd besar, semoga kita dan anak2 selalu d jauhkan dr perbuatan buruk sekecil apapun. Aamiin

    BalasHapus
  6. Jleb bacanya. Karena terkadang aku sendiri masih sering khilaf. Masih sering sulit membedakan benar salah karena kesalahan sendiri sudah menjadi kebiasaan. Memang butuh berjuang untuk berubah. Namanya surga nggak gratis ya gitu ya mbak.. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. He he. Iya Mbak, salah dan benar sekarang jadi abu2. Kita harus hati2 dalam bertindak

      Hapus
  7. Btw saat ini memang mesti ekstra menerapkan karakter kejujuran. Contoh saat ujian, anak2 jaman sekarang curi2 kesempatan mencari jawaban pakai aplikasi g****e. Kadang guru juga kecolongan.

    BalasHapus
  8. Btw saat ini memang mesti ekstra menerapkan karakter kejujuran. Contoh saat ujian, anak2 jaman sekarang curi2 kesempatan mencari jawaban pakai aplikasi g****e. Kadang guru juga kecolongan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener.. Hampir semua soal di buku cetak ada jawabannya di Google.. Hi hi, guru jadi harus lebih kreatif.

      Hapus
  9. MashaAllah, tulisan yang sarat makna. Benar ya, Bun. Dosa kecil yang terbiasa dilakukan, maka hati tak lagi peka akan dosa. Setuju dengan anak adalah peniru ulang, maka kita sebagai orang tua harus memberikan contoh baik terlebih dahulu. Kalau ingin anak menjadi pribadi yang santun, maka contohkanlah dengan bersikap santun dan jujur.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yes.. Teladan orang tua yang pertama dikenal anak

      Hapus
  10. Benar sekali mbak orang tua wajib menjaga anaknya dari perbuatan dosa. Orang tua harus dekat dengan anaknya supaya anaknya merasa nyaman saat dekat dengannya. Sehingga anak akan mudah terbuka terhadap segala persoalan yang dialaminya dan anak tidak mencari tempat curhat lain. Dengan demikian, saat anak curhat kita sebagai orang tua bisa mengarahkannya ke jalan yang benar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yes.. Mudah2an kita semua dapat menjadi orang tua yang terbaik untuk anak masing2

      Hapus
  11. bener banget mba. kadang secara tidak sadar kita melakukan dosa tanpa disadari. Saya kadang merasakan, contohnya pulpen kantor terbawa pulang lalu dengan entengnya saya pakai untuk kegiatan di rumah. Sebenernya itu dosa karena saya pakai yang bukan hak saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak.. Murid2 sering kali mengajarkan saya untuk lebih banyak intropeksi diri

      Hapus
  12. Saya jadi ingat ketika SMA, satu angkatan yang nyontek berjamaah. Saya pun dapat contekannya meski enggak minta karena memang dibagikan massal. Sedih sih karena mengalami sendiri fenomena nyontek ini. Mungkin karena banyak orang tua yang berorientasi hasil ya mbak. Jadi anak-anak berusaha untuk dapat nilai bagus tanpa peduli caranya bagaimana. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, padahal imbasnya cukup besar. Yang paling dekat, anak jadi tidak mau berusaha untuk memperoleh prestasi

      Hapus
  13. Membaca tulisan ini sungguh saya merasa tertampar mbak, tulisan mbak memberikan pelajaran tersendiri bagi saya selaku orang tua.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pelajaran juga buat saya Mbak.. Beruntung sehari-hari saya bertemu dan bekerja dengan anak-anak.

      Hapus
  14. Nyontek ini sudah jadi bagian dosa di masa lalu, untuk saya mba 😂

    Cuman kalo nyipet itu saya baru denger, dulu sih kayaknya gak berani kalo ngambil ngambil begitu, karena pasti langsung ngerasa bersalah sih, gimana kalo punya dirinya sendiri diambil ato di pinjem tanpa ijin, pastinya jadi mangkel sepanjangan ituh 😅😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama Mbak.. Nyipet itu sepertinya baru ada di anak zaman now

      Hapus
  15. wah bener nih mba, kita sebagai orangtua harus selalu memberikan arahan yang tepat ke anak tentang baik dan buruknya sebuah perbuatan, ya. jangan sampai mereka merasa perbuatan buruk itu hal biasa. serem sekali, makasih mba tulisannya jadi pengingat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2 Mbak Steffi.. Pengingat untuk diri sendiri juga

      Hapus
  16. Masyaallah... Menjadi pengingat diri. Benar sekali, nyipet dan nyontek sepertinya hal kecil yang lumrah. Akan tetapi akan sangat besar imbasnya pada pola pikir anak. Saya tetap memilih jujur dan mengajarkan kejujuran pada anak2 meski kadang dianggap aneh dan bodoh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak.. Tulisan ini sambil mengingatkan diri dan bersikap ke anak-anak saya juga

      Hapus
  17. Aku dulu waktu sekolah gitu lho mbak. Jadi merasa bersalah sendiri kalau inget. Sama kayak 2 kisah tadi, berasa biasa aja karna yang lain juga gitu.

    Dan seperti yang mbak tulis juga, sebetulnya masih ada banyak dosa-dosa lain yang dilakukan karena banyak orang yang melakukannya. Pacaran misalnya, bahkan sekarang zina pun sudah biasa. Astaghfirullah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama.. Yang ditulis juga intropeksi buat diri saya

      Hapus
  18. Merinding sebenarnya baca ini, merasa takut sebagai orang tua. Semoga dimampukan oleh Allah untuk mendidik mereka ke jalan yang lurus.

    BalasHapus
  19. Terima kasih sudah mengingatkan, Mbak. Hal-hal kecil kelihatannya harmless tapi ternyata juga termasuk dosa. Semoga bisa mendidik diri sendiri dan anak-anak untuk selalu berjalan di jalan yang diridhoi Allah.

    BalasHapus
  20. ya Allah bener nih biasa dilakukan banyak org belum tntu bener..sbg orang tua kita harus mengarahkan dan membiasakan nilai2 kebaiak agar imunitas aank terjaga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya.. dibiasakan sejak kecil sehingga sudah besar tidak berat lagi

      Hapus
  21. Masya Allah... Benar sekali pendidikan akhlak patut diutamakan. Semoga anak2 keturunan kita semua dpt mjd manusia yang berlaku baik dan menyebarkan kebaikan karena Allah Ta'ala

    BalasHapus
  22. Yup... nilai-nilai kejujuran harus ditanamkan sejak dini. di indonesia ini banyak orang pintar, yang kurang adalah orang yang jujur dan amanah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mbak.. Tugas berat orang tua untuk anaknya masing2

      Hapus