Minggu, 31 Januari 2021

Personal Branding, Bagaimana Orang Lain Mengenal Anda?

Personal Branding, Bagaimana Orang Lain Mengenal Anda?


Tema yang sulit bagi saya untuk memulai tulisan tentang personal branding. 

Sebelumnya, saya tidak pernah memikirkan apa penilaian orang lain.

Nah, untuk tulisan ini akhirnya saya browsing tentang pengertian personal branding, arti penting, dan bagaimana cara mewujudkannya di media sosial.

Personal Branding dan Hikmahnya

Setelah membaca banyak referensi tentang tema hari ini dari berbagai referensi internet, saya juga coba mencari bukunya di aplikasi Ipusnas yang memang ada di hape saya.

Lalu, iseng-iseng saya coba bertanya kepada Temans di facebook, media sosial yang paling sering saya gunakan.

Hasilnya? Ini kesimpulan saya.

1. Allah Maha Baik 

Saya bertanya pada Temans di facebook, "Apa yang Temans ingat dari saya? Tuliskan dengan satu atau dua kata.”

Dari sekitar 2.000 pertemanan, beberapa menjawab. 

Hasilnya, mereka menuliskan semua yang baik.

Saya pintar, baik, lembut, cantik, penulis, ibu, dengan 6 anak, dan lain-lain.

MasyaAllah, meski di luar dugaan, saya bersyukur. Temans hanya menuliskan hal yang baik. Mungkin memang hanya itu yang mereka ketahui atau mereka memang nggak berani nulis yang buruk ya? He he..

Allah Maha Baik. Dia tutupi semua keburukan yang dimiliki diri. Orang lain hanya melihat yang baik saja.

Padahal, apalah diri ini. Terkadang kewajiban dikerjakan masih dengan terpaksa. Apalagi semua yang sunnah, masih jauh dari sempurna.

2. Personal Branding Belum Berhasil

Meski saya termasuk orang yang tidak terlalu peduli dengan orang lain, tentu tetap ada yang dicita-citakan.

Saya ingin dikenal sebagai seorang penulis. Bukan dikenal sebagai orang di masa lalu atau ibu dengan anak 6 saja. Hmm...

Dari sini juga saya belajar, dari pertemanan di Fb sebagian besar belum terkelola dengan baik. Komentar yang masuk sebagian besar adalah teman lama, tetangga, dan orang-orang yang kenal di dunia nyata.

Introspeksi, ini sesuai dengan tujuan pertama kali mempunyai akun facebook. 

Sepuluh tahun lalu, saya memang membuatnya untuk menjalin silaturahmi dengan teman-teman lama.

Saya belum berani dan tidak percaya diri memperkenalkan diri sebagai penulis. Saya merasa belum punya karya fenomenal hingga bisa disebut sebagai penulis.

Sesekali hanya promo saat buku antologi terbit.

Setelah itu, status fb mungkin dibuat satu minggu, satu bulan, bahkan sampai satu tahun baru ada kembali.

Baru setahun belakangan ini saya memperkenalkan beberapa tulisan blog di Facebook dan Instagram. Itu pun belum konsisten.

Apa yang Dimaksud dengan Personal Branding?

Dikutip dari salah seorang pengusaha terkaya dunia, Jeff Bezos, “Personal branding adalah sesuatu yang ingin orang lain katakan atau kenal, ketika kamu tidak ada di dalamnya.”
Berdasarkan hal tersebut, setiap orang tentunya mempunyai branding yang berbeda. 

Secara sederhana, seseorang dikatakan pendiam, cerewet, pintar, dan seterusnya. Itu branding diri.

Nah, di era digital branding biasanya dikaitkan dengan profesi yang dijalani.
Misalnya, seseorang dikenal sebagai ibu rumah tangga, penjual online, penulis, dokter, dan sebagainya.

Dari mana orang mengetahui profesi tersebut? Dari status dan unggahan di sosial media yang dimiliki.

Hmm.. Saya jadi terbayang kalau personal branding ternyata penting sekali.

Ini Cara yang Dapat Dilakukan untuk Personal Branding di Media Sosial

Harus diakui, media sosial di Indonesia menjadi platform favorit. 

Dari berbagai referensi yang sempat dibaca, di media sosial Temans dapat memperkenalkan diri secara cepat.

Meski harus disadari juga branding ini tidak dapat dilakukan secara cepat. Beberapa orang membutuhkan waktu lebih dari satu tahun.

Untuk mempercepat prosesnya, di bawah ini beberapa langkah yang dapat diterapkan.

1. Kenali Diri Sendiri

Tidak mungkin orang lain mengenal Temans, jika tidak dimulai dari diri sendiri.

Perhatikan, Temans ingin dikenal sebagai apa dan siapa?

Ini mungkin disesuaikan dengan minat, kemampuan, dan profesi saat ini.

2. Action

Setelah Temans mengenal diri sendiri, selanjutnya adalah action.

Seorang teman mengatakan, bahwa Temans harus mulai membersihkan media sosial dari hal yang tidak perlu.

Jika ingin dikenal sebagai ibu rumah tangga, Temans bisa menghiasi media sosial dengan kegiatan keluarga. Jika ada tulisan sebaiknya, memotivasi dan berhubungan dengan kegiatan tersebut.

Jika Temans seorang penulis, maka media sosial sebagian besar diisi dengan kegiatan tersebut. Hindari platform ini dengan curhatan yang tidak mempunyai tujuan.

3. Konsisten

Ketiga, ini yang cukup sulit. Konsisten dalam memperkenalkan diri. 

Paling tidak, jika branding satu sudah mulai dikenal barulah mencoba hal yang baru.

Jangan hanya melakukan branding sewaktu-waktu saja, seperti saya ya!

So, apa personal branding Temans? Yuk, berkembang bersama! Jangan lupa bahagia!

Tulisan ini diikutsertakan dalam 30 days writing challenge Sahabat Hosting

Kamis, 28 Januari 2021

Ini 7 Hal yang Dapat Dilakukan Saat Emosi Tidak Terkendali

Coba 7 Hal Ini Saat Emosi Tidak Terkendali



Pagi hari merupakan waktu sibuk keluarga. Ibu, ayah, dan anak seakan berlomba dengan waktu.

Sesekali suasana tidak terkendali. Sulung yang biasanya mandiri mengerjakan semuanya, tiba-tiba mogok.

Waktunya sangat tidak tepat, Adik juga sedang rewel.

Wah, rasanya mau berteriak! 

Masa pandemi, semua berada di rumah.
Ayah yang biasanya bekerja ada di rumah. Anak tidak ketinggalan dengan belajar daring.

Berharap Ayah membantu? Ternyata dia hanya pindah kantor ke rumah. Tidak bisa diharapkan terlalu banyak.

Pekerjaan ibu bertambah. Mengerjakan pekerjaan rumah sekaligus menjadi guru, mendampingi anak belajar di rumah.

Ibu mana yang tidak merasa lelah hayati? 

Sudah jenuh di rumah saja, pekerjaan juga bertambah. Apalagi jika ekonomi turut menjadi masalah.

Stres dan mau marah terus menerus, sebenarnya hal yang wajar. 

Hanya saja, harus ada cara mengelolanya yang baik. Jangan sampai, anak menjadi sasaran kemarahan. Seperti berita yang sempat viral itu, lho? He he..

Ibu Pusat Emosi Keluarga


Sebelum membahas tentang cara mengelola emosi yang kerap menimpa saya dan mungkin juga Temans, sebaiknya ketahui lebih dahulu beberapa pendapat ahli.

Menurut Psikolog Klinis Dewasa, Ratri Kartikanityas, M.Psi, emosi ibu akan diikuti anak.

Jadi, kalau ibu meluapkan emosi dengan marah, anak akan menjadi pemarah. Sebaliknya, jika ibu sedih maka anak akan menjadi pemurung.

Ustaz Bendri dalam ceramahnya yang pernah saya dengar menyatakan, bahwa ibu adalah pusat emosi keluarga. Jika ibu merasa bahagia, seluruh keluarga akan merasakan hal yang sama.

Terakhir, ketika saya diminta menuliskan artikel tentang webinar yang diselenggarakan oleh Shimajiro dari PT Balinesse, hal ini dibahas juga.

“Ibu yang bahagia akan melahirkan anak yang tumbuh kembangnya optimal, “ujar Dr. Cyntia salam sesi tanya jawab.

Kenali Diri Saat Emosi Tidak Terkendali


Emosi negatif merupakan hal yang dimiliki oleh setiap manusia. Mengapa? Karena setiap manusia mempunyai ujian masing-masing.

Ujian yang diberikan untuk menambah keimanan, tentunya.

Dalam Al Qur’an surat Al Ankabut ayat 2 Allah berfirman, “Apakah manusia mengira mereka dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘kami telah beriman dan mereka tidak diuji?”

Di sini, saya tidak akan menjelaskan ayat diatas. 

Yang pasti, ayat tersebut bagian yang paling sering saya ingat untuk menghibur diri di kala menghadapi segala masalah.

Ditambah dengan surat Al Insyirah dan ayat yang berbunyi sesungguhnya manusia diuji sesuai kemampuan. 

Paling tidak, saya akan merasa bahwa bukan hanya diri yang kesulitan di dunia. Bahkan, orang lain mungkin lebih buruk kondisinya dan tetap bertahan.

Kembali ke topik awal, sebelum menerapkan cara mengatasi emosi yang tidak terkendali, kenalilah diri dulu!

Temans bisa melihat kembali catatan saya tentang kesehatan mental. Di sana tertulis ciri-ciri seseorang stres. 

Saat diri menyadari ada yang tidak beres, maka akan lebih mudah mencari solusi.

Tidak mungkin bukan mengatasi masalah saat diri saja tidak mengakuinya?

Cara Mengatasi Emosi Tidak Terkendali


Mengakui bahwa diri melakukan kesalahan atau bermasalah bukan sebuah aib. Apalagi jika ditujukan untuk kebahagiaan keluarga.

Tidak perlu membuat pengumuman atau pemberitahuan ke orang lain, kalau Temans malu. 

Selama masih bisa diatasi sendiri, sudah cukup dengan mengakuinya. Kecuali, Temans benar-benar tidak dapat mengendalikan. Itu berarti bantuan suami dan orang-orang terdekat sangat dibutuhkan.

Agar lebih singkat, ini 5 cara yang dapat dilakukan saat emosi tidak terkendali ala saya, ibu rumah tangga dengan 6 anak.

1. Tarik Napas Dalam

Menarik napas dalam merupakan cara pertama yang dapat dilakukan. 

Saya biasa melakukan sampai hitungan ketiga.

2. Mengubah Posisi

Rasulullah pernah bersabda dalam sebuah hadis, kira-kira bunyinya menyarankan untuk duduk jika Temans marah. Kemudian berbaringlah saat emosi masih berada di hati.

3. Menghilang

Emosi akan makin tinggi saat orang yang dimarahi ada di hadapan. Apalagi jika dia (siapa pun itu), menjawab setiap perkataan yang Temans katakan.

Saya biasanya akan menghilang sejenak. 
Lima menit saja menepi akan membuat pikiran lebih jernih. Kemarahan bisa saja menguap. 

4. Jelaskan Emosi yang Sedang Dimiliki

Jelaskan emosi yang sedang dirasakan. Anak akan mencoba memahami, meski masih kecil. 

Paling tidak, Temans telah mengeluarkannya dengan cara lebih baik baik.

Katakan saja, "Bunda merasa X jika kamu melakukan Y dalam situasi Z.”

Para ahli menyebutnya metode X, Y, dan Z.

5. Berpikir Positif

Emosi tidak terkendali biasanya hadir karena pikiran negatif. 

Temans merasa anak nakal ketika pagi-pagi tidak langsung mandi.

Cobalah berpikir dari sudut pandang berbeda. Tanyakan alasan Ananda melakukannya. Dengan demikian solusinya lebih mudah dicari.

6. Bersyukur

Saya menuliskan ini tidak bermaksud mengatakan bahwa Temans yang mengalaminya tidak pernah bersyukur.

Namun, terkadang diri mempunyai target yang terlalu besar. Lupa dengan yang kecil.

Lupa bahwa setiap hari Ananda sudah bisa sarapan sendiri. Satu hari ini dia tidak melakukannya, jangan dipaksakan.

Jangan pula memaksa diri sendiri harus berhasil membuat anak pintar saat belajar daring.

Jalani saja semua dengan menyenangkan. 

Guru di sekolah saja tidak berhasil membuat semua murid pintar matematika, bukan?

7. Me Time

Menjadi seorang ibu bukan berarti meninggalkan semua kesenangan. 

Temans sesekali boleh jalan-jalan, bersantai, atau sekadar satu jam menonton televisi.
Bahkan, jika sibuk Temans bisa mandi dengan tenang dan meminta tolong suami sesekali menjaga anak-anak. 

Itu bukanlah perbuatan negatif. Orang menyebutnya sebagai me time.

Buat saya membaca buku dan bertemu teman selingkaran dan  sehati merupakan waktu refreshing. Saat kembali ke rumah suasana hati akan lebih baik.

Di masa pandemi, membaca dan berkebun menjadi obat hati lain.

Itu 7 hal yang dapat dilakukan saat emosi tidak terkendali ala saya. Bagaimana cara Temans? 

Apa pun yang dipilih yang penting, jangan lupa bahagia ya!

Tulisan ini diikutsertakan dalam 30 days writing challenge Sahabat Hosting.

Selasa, 26 Januari 2021

Yuk, Ajarkan Anak Cerdas Menggunakan Media Sosial dan Internet



Sumbet gambar : freepik.com


Kisah
“Ummi saya lebih senang di rumah lho, daripada sekolah!”
“Kenapa?”
“Pandemi itu anugerah. Akhirnya, aku diberi ijin untuk pakai ponsel.”
“Iya Mi, betul! Semua pelajaran di sekolah bisa lihat di Google. Ulangan dan ujian, semua dikerjakan dari rumah.”
“Nggak mau sekolah lagi?”
“Mau sih! Di rumah nggak dapat uang jajan.”
Siswa yang berbeda, “Nggak, ah! Saya tidak suka sekolah. Di rumah lebih enak.”

Di atas sedikit cuplikan dari saya tentang situasi terkini, di masa pandemi. Masa di mana sebagian besar pembelajaran dilakukan secara daring. Mengajak anak cerdas menggunakan media sosial dan internet penting dilakukan.
Mengapa? Karena Temans tentu tidak ingin anak berkurang motivasinya untuk belajar.

Tips Mengajarkan Anak Cerdas Menggunakan Media Sosial dan Internet


Sumber gambar: freepik.com

Dunia digital sudah di depan mata. Apalagi pandemi membuat jarak fisik makin lebar. Internet dan ponsel, dua benda yang saling melengkapi menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari.

Sayangnya, fitur dan aplikasi di ponsel tersebut seringkali membuat anak kecanduan dan kurang motivasi mengerjakan hal lain.

Games dan media sosial seperti Tik Tok dan Instagram sangat digandrungi anak dan remaja. 

Fitur Google makin lengkap dan sangat memudahkan.

Bagaimana tidak? Seorang murid bimbingan belajar datang ke rumah untuk mengerjakan tugas sekolah. Ia diminta orang tua untuk melakukannya bersama saya.

Ternyata, dia membawa ponsel dan sama sekali tidak membutuhkan guru. Fitur suara Google dapat langsung menjawab semua pertanyaan tanpa mengetik dan membaca. 

Bahkan, untuk soal matematika saat ini ada aplikasi yang hanya meminta foto dan keluar jawaban dan pembahasan.

Wah, bagaimana cara mengatasi hal-hal di atas?

Berikut beberapa cara mengajak anak cerdas menggunakan media sosial dan internet. Cara ini berdasarkan pengalaman pribadi dan beberapa kenalan, dipadukan dengan referensi lain.

1. Memberi Penjelasan Manfaat Positif Gawai


Setiap benda mempunyai kelebihan dan kekurangan. Begitu pula dengan gawai, sebutan untuk semua benda yang bisa digunakan untuk komunikasi dan mencari informasi.
 
Alat tersebut, misalnya ponsel pintar, laptop, tablet, dan televisi.

Nah, jelaskan pada anak alasan Temans memberikan alat-alat tersebut kepada anak. Biarkan mereka memahami bahayanya jika kecanduan.

Tentu saja tidak semua langsung memahami. Paling tidak, Temans memberikan pengertian secara berulang-ulang.

Ajarkan pula pada anak untuk tidak sembarang memperkenalkan diri pada orang lain di internet. Cyber crime pada anak, seperti perundungan dan pelecehan seksual sering terjadi.

2. Memberi Jadwal Penggunaan Gawai


Sesuatu yang menarik, tentu akan langsung disenangi anak. Mereka terus ingin menggunakannya.
Temans pasti ingat bagaimana antusiasnya Ananda pertama kali dapat naik sepeda!

Itulah kira-kira yang terjadi. 

Masalahnya, selalu ada yang baru dari gawai. Jadi, Anda harus memberi pencegahan. Buat jadwal dengan disiplin ketak dalam penggunaannya.

Jadwal mencegah anak kecanduan gadget dan segala yang ada di dalamnya. Selain itu, ini memberi mereka ruang untuk tetap beraktifitas fisik.

3. Orang Tua Harus Melek Teknologi


Banyak orang tua memberi gawai kepada anak, tetapi tidak mengetahui cara menggunakannya.
 
Jangan sampai itu terjadi! Jika mau, teknologi media komunikasi yang ada di dalam gawai mudah dipelajari.

Orang tua melek teknologi penting agar dapat mengawasi gerak-gerik anak di dunia maya.

4. Orang Tua Memberi Teladan


Temans harus memberi batasan pada anak dalam menggunakan gawai atau gadget. 

Cara paling mudah agar anak langsung mengikuti adalah memberi teladan. 

Jika pekerjaan orang tua memang menggunakan alat teknologi itu dalam waktu lama, tunjukkan pada anak. Temans tidak menggunakannya untuk pekerjaan

.
5. Mengawasi Anak Menggunakan Gawai


Usahakan selalu mengawasi anak saat bersama gadgetnya. 

Beberapa ahli psikologi menyarankan penggunaannya di ruang keluarga.Temans akan lebih mudah melihat jika penggunaannya menyimpang.
 
Anak memang penuh rasa ingin tahu. Jadi, tidak salah bila Si Kecil membuka situs “terlarang”. Di sini tugas orang tua untuk menjelaskan sebijak mungkin.

6. Mengajak Anak Melakukan Kegiatan Lain


Terakhir, ajaklah Ananda melakukan kegiatan lain bersama-sama.

Cara ini tidak hanya membuat anak teralihkan sementara dari gawai, tetapi juga menciptakan komunikasi orang tua dan anak.

Bertambah berat ya, peran orang tua di masa pandemi ini? Percayalah, bukan hanya Teman yang mengalami. InsyaAllah semua ada hikmahnya.

Anak cerdas menggunakan media sosial dan internet justru lebih siap menyambut era digital yang sudah ada di depan mata.

Tulisan ini diikutsertakan dalam 30 days writing challenge Sahabat Hosting


Minggu, 24 Januari 2021

Travelling Paling Berkesan Tidak Harus Mahal dan Jauh


Travelling? Saya tidak pernah berpikir untuk sering-sering melakukannya, karena termasuk yang suka mabuk perjalanan. Itu sebabnya saya lebih nyaman berada di rumah. Jadi, tempat travelling yang paling berkesan buat saya bukan semata keindahan dan favorit. 

Ya, meski bisa dihitung dengan jari beberapa tempat pernah saya kunjungi. Paling tidak, study tour saat sekolah dulu dan pulang ke kampung halaman. He he..

Museum Perjanjian Linggarjati, Kuningan Jawa Barat


Perjanjian Linggarjati merupakan meja perundingan pertama yang dibuka pemerintah Indonesia di awal masa kemerdekaan. Kisahnya, banyak ditulis pada buku-buku sejarah. Saya cukup hafal dengan cerita ini, karena termasuk penyuka sejarah. 
Meski demikian, tidak pernah terbayang suatu saat berkunjung ke museum Linggarjati. Sebuah tempat yang dijadikan tempat berunding saat Belanda melakukan Agresi Pertama pasca kemerdekaan RI, tahun 1947. 


Kebetulan, Kuningan adalah kampung halaman suami. Setahun sampai dua tahun sekali, keluarga biasa berkunjung ke sana. Sehari dua hari menginap dan langsung pulang.

Tujuh belas Agustus 2018, saya dan keluarga kembali ke sana. Beberapa bulan setelah berpulangnya almarhumah Mami. 

Entah kenapa, kali ini sulung Avanty mengajak berkunjung ke salah satu daerah wisata. Saya bilang, kita cari yang tidak ada di sekitar Jabodetabek. Akhirnya, kami sepakat untuk berkunjung ke Museum Perjanjian Linggarjati dalam perjalanan pulang.

Anak-anak zaman now, termasuk jarang berkunjung ke museum. Jika study tour, mereka lebih mengenal Dunia Fantasi, Wisata Yogyakarta, dan Trans Studio Bandung. Jadi, masuk ke sebuah museum merupakan pengalaman sendiri.

Apalagi salah seorang guide di sana langsung mendatangi dan menjelaskan sejarah setiap bagian rumah secara detil. Mungkin, karena kami jumlahnya banyak ya? Sekeluarga lengkap, rombongan berjumlah 8 orang.

Di bagian dinding terpampang beberapa foto, seperti Bupati Kuningan masa itu dan puterinya yang mengusulkan tempat. Ada pula foto Presiden Sukarno dan tokoh-tokoh yang berhubungan dengan Perjanjian Linggarjati. 

Ruangan, lantai, hingga bagian atap meski sudah mengalami beberapa kali renovasi masih asli. Begitu pula perlengkapan di dalamnya. Tidak lupa ada pula diorama yang menggambarkan kejadian selama beberapa hari Perjanjian Linggarjati dan kesepakatannya.

Yang unik, tepat dengan kedatangan kami ke sana sedang diadakan Festival Seribu Bendera Merah Putih dalam rangka perayaan kemerdekaan RI.


Anak-anak suka sekali dengan wisata kali ini.
Saya sendiri, entah mengapa rajin sekali membuat dokumentasi foto di setiap sudut. Dalam pikiran, suatu saat saya akan membuat tulisan tentang museum.

Ternyata saya benar-benar mendokumentasikan perjalanan tersebut. Naskah tentang Setu Babakan di Jakarta tidak jadi digunakan dalam antologi yang diselenggarakan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) bekerja sama dengan Departeman Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. Alasannya, tempat tersebut belum resmi dijadikan situs cagar budaya.

Pengajuan Museum Perjanjian Linggarjati justru diterima. Enam bulan kemudian, buku tersebut sudah terbit.

Buku yang membawa saya bertemu dengan beberapa penulis lain dan pengalaman tidak terlupakan. Keluarga juga senang karena travelling paling berkesan kali ini diabadikan dalam buku yang dibaca oleh banyak orang. 

Travelling Paling Berkesan ke Kebun Raya Cibodas, Bogor



Saya pernah ke Kebun Raya Cibodas semasa SMP bersama teman-teman. Wah.. Bisa dibayangkan itu terjadi beberapa puluh tahun lalu!

Tahun 2019, anak nomor empat pesantren di wilayah Cipanas. Tentu saja, Cibodas menjadi wilayah yang kami lalui saat menjenguknya.

Awal Maret 2020, saat menjenguk, suami memutuskan untuk berkunjung ke sana. 
Tentu saja Kebun Raya Ciobodas sudah tidak seperti zaman dahulu. Ada pohon sakura yang sayangnya saat itu sedang tidak berbungan. Namun, banyak hal yang dapat dilihat dan sudah jauh tertata rapi.

Ada taman mawar, taman pakis dan suplir, pohon Rafflesia, dan terakhir curug. Nah, yang terakhir ini sangat disukai si bungsu.
Maklum, sebagai anak bungsu dia belum punya banyak pengalaman seperti kakak-kakaknya. Jadi, meski jalan ke curug cukup jauh dan berat, dia senang melakukannya. 

Dia bilang, “Ummi, Aifa bahagia hari ini.”

He he.. Begitulah dia! Selalu ekspresif mengungkapkan isi hatinya. 

Buat saya, perjalanan ke Kebun Raya Cioboda termasuk travelling paling berkesan. Ini dikarenakan perjalanan bebas terakhir kali kami sekeluarga.

Dua minggu setelahnya, pandemi melanda Indonesia. Selama kurang lebih lima bulan kami tidak keluar rumah, kecuali olah raga di sekitarnya. 

Bahkan, sampai sekarang belum ada perjalanan bersama yang dapat dilakukan. Anggota keluarga hanya keluar rumah saat bekerja dan berbagai keperluan lain.

Hikmah mendalam yang saya rasakan. Betapa waktu harus dipergunakan sebaik-baiknya. Seminggu, sehari, dan satu jam yang akan datang tidak ada yang tahu apa yang menanti. Semua harus bersiap dengan segala kemungkinan. Takdir Allah datang tidak bertanya terlebih dahulu kesiapan manusia. Intropeksi buat saya dan keluarga untuk meningkatkan kualitas diri dan kebersamaan.

Itulah cerita singkat dua travelling paling berkesan bagi saya. Apa cerita Temans? Yuk, sharing di sini!

Tulisan ini diikutsertakan dalan 30 days writing challenge Sahabat Hosting

Kamis, 21 Januari 2021

Kesehatan Mental, Ini Cara Menjaganya!


Rasanya tidak ada satu pun yang selesai tepat pada waktunya. Anak menangis seharian, sementara pekerjaan rumah menumpuk. Di sisi lain, saya mengharuskan diri sendiri menyelesaikannya.

Akibatnya, si sulung sering kali saya teriaki dengan kemarahan. Apalagi keinginannya juga banyak. Segala sesuatu harus dilakukan bersama Ummi.

Itu terjadi beberapa waktu lampau. Saya menyadari benar bahwa kemarahan tidak menyelesaikan segalanya. Namun, terkadang semua lepas kendali. Ilmu parenting yang diperoleh dengan berbagai cara seakan menguap begitu saja.


Anda pernah mengalami hal di atas? Beberapa tahun belakangan saya baru mengetahui bahwa itu terjadi karena kesehatan mental atau bahasa kerennya mental health sedang terganggu. Sesuatu yang menurut beberapa teori dan buku yang saya baca, paling banyak menimpa wanita.

Apa yang Dimaksud dengan Kesehatan Mental?


Banyak orang yang menyamakan kesehatan mental dengan gangguan kejiwaan. Seseorang yang mengalami masalah ini disebut orang gila. Itu sebabnya, banyak yang abai dan berusaha menepis bahwa mentalnya sedang terganggu.

Dengan ilmu yang sedikit, saya mencoba mencari makna dan pertanyaan pada subjudul di atas. 

Dari semuanya, saya menyimpulkan bahwa kesehatan mental berhubungan dengan kondisi lahir dan batin seseroang yang dipengaruhi oleh pengalaman hdupnya. Kondisi tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi kepribadian dan perilaku, cara menangani stres, dan hubungannya dengan orang lain.

Secara sederhana, individu yang sehat secara mental akan merasa sejahtera dan hidupnya lebih tenang. Baik dilihat dari psikologis, emosional, atau pun sosial. Pasang surut hidup, suka dan duka yang dialami tidak berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Di rumah, di kantor, di mana saja perilaku Temans akan sama.

Ciri Mental Tidak Sehat


Di atas sudah disebutkan, bahwa mental tidak sehat paling banyak dialami wanita. Mungkin ini dikarenakan karena makhluk yang sering kali dianggap lemah ini sering kali mengedepankan perasaan. Di balik semuanya, pekerjaannya memang rentan terhadap tekanan. Apalagi beberapa budaya yang masih menanggap seluruh urusan rumah tangga adalah pekerjaannya.

Masak tidak enak, urusan ibu. Anak kurus, ibu juga yang salah. Keuangan tidak lancar, ibu tidak membantu. Begitu seterusnya.. Jadi serasa curhat ya?

Ada berbagai jenis masalah gangguan mental yang mungkin dialami, seperti gangguan bipolar, skizofrenia, stres dan depresi, dan lain-lain. Stres menjadi masalah yang sering melanda.

Stres dan Ciri-Cirinya


Stres menurut saya adalah reaksi yang muncul dari diri saat dihadapkan dengan berbagai tuntutan dan kewajiban yang dirasakan di luar kemampuan. 

Beberapa seminar parenting yang pernah saya ikuti menyebutkan bahwa stres ini tidak selalu negatif. 

Ada yang dinamakan dengan Eustress, reaksi yang membuat Temans termotivasi untuk mengerakan sesuatu secara optimal dan mendukung produktivitas. Contohnya, tidak perlu jauh-jauh. Ikut tantangan atau chaleenge menulis di blog selama 30 hari seperti yang sedang dijalani ini dikategorikan sebagai eustress.

Distress, merupakan stres negatif yang lebih dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Reaksi ini muncul ketika tekanan terlalu besar, memberatkan, dan melibatkan emosi sehingga menggangu motivasi dan menghambat produktivitas.

Distress pada ibu rumah tangga, biasanya bermula pada pekerjaan rumah, kantor, anak-anak, suami, keluarga besar, dan tetangga. Apalagi di masa pandemi, di mana kebanyakan keluarga berkumpul dan anak belajar daring di rumah. Wah, rasanya sesuatu!

Stres negatif, yang di sini saya sebut sebagai stres saja, harus diatasi sebelum membesar menjadi depresi atau masalah kesehatan mental berkepanjangan. 
Mengapa? Ibu merupakan sentra keluarga. Ibu yang bahagia akan menularkan kebahagiaan kepada sekitarnya. 

Nggak percaya? Coba saja saat hati sedang kesal. Apa yang Temans lakukan? Setelah itu, perhatikan ketika hati sedang damai dan yang terjadi di sekelling.

Nah, sebagai orang tua tentu saja ini akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Anak yang diasuh oleh orang tua yang tidak seimbang fisik dan mentalnya, tidak akan optimal sesuai harapan. 

Hampir tidak ada orang tua yang ingin anaknya demikian. Orang tua ingin dapat mempersiapkan anak-anaknya dalam membangun kehidupan sukses dengan versi masing-masing. 

Yups, untuk mengatasinya tentu Temans harus mengenali gejala stres dan mengakuinya dulu. 

Saya ambil dari catatan sebuah seminar parenting yang sudah ditambahi dengan referensi lain, di bawah ini ada 3 kelompok tanda stres yang harus dikenali.

1. Ciri fisik, di antaranya sering sakit kepala, sering diare, gatal-gatal tidak diketahui penyebabnya, lelah berlebihan, gangguan tidur, gangguan pencernaan, dan malas untuk melakukan segala sesuatu.

2. Ciri kognitif atau pikiran, di antaranya mudah lupa, sulit konsentrasi, sulit mencerna informasi, dan cenderung berpikir negatif.

3. Ciri Emosi atau perasaan, seperti mudah tersinggung, mudah cemas, takut berlebihan, dan sedih berlebihan. Hmm.. Di bagian ini saya menyebutnya sebagai baperan.

Mengatasi dan Mencegah Gangguan Kesehatan Mental


Sekarang ini, kesehatan mental menjadi topik yang tergolong viral meski sangat sensitif. 
Kisah yang saya tuliskan di pembukaan, bukan omong kosong. Butuh beberapa waktu untuk mengatasinya. 

Saya menyadari bahwa marah dan berteriak bukan solusi. Saat itu, tentu saja saya tidak mengetahui penyebabnya. Di akhir, kemarahan hilang diganti dengan sedih yang berkepanjangan, terutama saat sedang sendiri. Saya merasa semua yang terjadi adalah kesalahan diri. 

Beruntung saya mempunyai teman baik dan sahabat selingkaran. Masalah tidak membuat saya jauh dari Allah. Mereka tidak mengetahui masalah yang saya hadapi secara utuh. Namun, sesekali keluar sejenak membuat saya berpikir jernih dan merapikan diri. Apalagi beberapa tahun belakangan saya menekuni hobi menulis dan ikut kelas tahsin. Kesibukan dan wawasan bertambah. 

Ada beberapa catatan yang saya garis bawahi ketika mental sedang dalam masalah. Mengakui bahwa diri sedang mengalaminya. Tidak menghindari atau menepiskannya. 

Sering orang beranggapan bahwa mental bermasalah karena tidak kuat iman. Tentu tidak ada yang mau dianggap demikian. Mengakui diri bermasalah saja sudah susah. Ditambah dengan tudingan orang lain. Bukan pulih, yang terjadi sebaliknya. Beban hidup bertambah berat.

So Temans, setelah intropkesi diri sendiri di bawah ini ada beberapa cara memulihkan kesehatan mental. Pas juga untuk tetap diterapkan untuk menjaga mental health itu sendiri.

1. Self Healing dengan Al Qur’an


“Dan kami turunkan dari Al Qur’an sesuatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS Al Isra: 82)

Kitabullah adalah as Syifa atau penyembuh. Ini menjadi langkah pertama yang dapat dilakukan. 

Lho, katanya mental illness tidak berhubungan dengan iman? Saya tidak menyatakan begitu atau sebaliknya. Sebagai orang awam, saya tidak mengerti tentang hal ini. 

Hanya saja menghakimi orang yang sedang mengalami ujian hidup sebagai tidak beriman, bukan langkah bijak.

Yang pasti dengan membaca kalam Allah, hati akan menjadi tenang. Niatkan dalam hati ketika membaca, untuk mendapatkan ketenangan batin. Bukan sekadar membaca memenuhi kewajiban atau ingin mendapat pahala. Akan tetapi ditambahkan untuk memperoleh ketenangan jiwa. Semua berawal dari niat, bukan?

2. Menghadapi dengan Senyum


Pertanyaan sederhana, bahagia dulu baru tersenyum atau sebaliknya? Rasanya, kalau menunggu bahagia baru tersenyum dunia akan dipenuhi wajah-wajah sedih dan marah ya? 

He he.. Tidak ada bahagia yang abadi. Sedih dan gembira merupakan bagian dari kehidupan manusia. Selesai masalah yang satu, akan ada beban yang lain. 

Penelitian menunjukkan senyum akan meningkatkan 4 hormon, yaitu serotonin, oksitosin, endorfin, dan dorpamin. Empat hormon yang dapat menyenangkan, meningkatkan suasana hati gembira, menenangkan, dan mengurangi rasa sakit.

Dr. Aisyah Dahlan menyarankan untuk tersenyum selama 7 detik setiap hari setiap pagi. Senyum yang seimbang antara terangkatnya bibir di kanan dan kiri, lho! Bukan senyum yang hanya terangkat sebelah. Hmm..

Senyum di pagi hari akan meningkatkan mood sepanjang hari.

3. Memaafkan


Apa penyebab stres yang dialami? Hanya Temans yang tahu. 

Sebagai bagian dari terapi diri sendiri, maafkan semua dan siapa saja yang Temans anggap melakukan kesalahan. 

Maafkan, orang yang memandang rendah diri. Maafkan, kerabat yang melihat rumah berantakan karena mereka tidak tahu yang sebenarnya. Bahkan, berilah kata tersebut untuk segala yang dilakukan oleh orang terdekat. 

Tidak ada yang sempurna memahami diri. Jadi, berusahalah memahami orang lain. Temans akan merasakan yang sama.

Sulit untuk memaafkan? Saya menerapkannya setiap akan tidur malam hari dan mengucapkannya berulang-ulang. Jangan lupa, untuk memohon ampun dan beristighfar di kala ini.

InsyaAllah jika dilakukan setiap malam, energi negatif akan hilang.

4. Self Healing dengan Menulis


Menulis disebut sebagai cara menumpahkan segala perasaan. Di sini, banyak orang memperoleh ketenangan yang berbeda.
Bagi saya, menulis yang dimaksud tidak selalu berarti menceritakan kehidupan pribadi secara “gamblang”, sehingga perasaan lebih lega.

Tidak, saya tidak ingin justru tulisan membuat orang lain ikut bersedih dan merasakan energi negatif. 

Agar bermanfaat, saya menggali lebih banyak dari tema tulisan yang diinginkan. Saat itulah, secara tidak disadari saya menemukan banyak solusi untuk diri sendiri.

5. Fokus Mindfulness


Sebenarnya, terdapat banyak cara memulihkan kesehatan mental yang dapat Temans ikuti. Saya tulis beberapa yang sudah pernah dipraktekkan oleh diri sendiri dan beberapa kenalan.

Mindfulness adalah cara membawa pikiran, perasaan, emosi, dan fisik ke kondisi saat ini. Melupakan energi negatif dan menjadikan keadaan yang sedang dijalani tanpa penilaian.

Banyak yang dapat Temans peroleh dari fokus pada mindfulness, seperti: terhubung dengan diri sendiri dan menyadari bahwa terkadang membahagiakan diri perlu; menjadi lebih peka terhadap lingkungan; dan lebih mengenal diri sendiri.

Cara melatih fokus ini dapat dimulai dari hal kecil. Temans fokus kepada makanan yang sedang dikunyah; gerakan membersihkan diri tanpa memikirkan hal lain saat mandi; dan melatih pernapasan selama beberapa menit menjadi langkah awal yang bagus.

So, rasanya ini menjadi tulisan diblog saya yang paling panjang. Yuk, terus menjaga kesehatan mental sejak sekarang! Mental health akan membuat hubungan dengan keluarga dan orang lain lebih harmonis.


Tulisan Diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge Sahabat Hosting


Senin, 18 Januari 2021

Ciri dan Syarat Teman Baik, Andakah Salah Satunya?


Teman baik menurut definisi pribadi adalah seseorang yang mengenal dan memahami diri saya lebih baik daripada lainnya. Tidak harus dekat secara fisik, mereka mungkin saja seseorang yang dikenal lewat dunia maya. Bahkan, belum pernah bertemu secara nyata.

Teman ini juga belum tentu orang yang dikenal di masa lalu. Bagi saya, waktu dapat mengubah seseorang. Orang yang baru saja dikenal, mungkin bisa lebih paham diri ini dibandingkan orang yang sudah bertahun-tahun akrab. 

Meski saya juga tetap yakin, ada persahabatan yang kekal. Kalau kata teman-teman SMA, "Sahabat Dulu, Sahabat Sekarang, Sahabat Selamanya."

Yes, secara spesifik teman baik sering disebut sebagai sahabat.

Teman Baik Menurut Islam


Islam, mempunyai kriteria sendiri tentang sahabat. Banyak hadist dan perkataan ulama yang mencerminkannya.  Al Qur'an surat Al Maidah ayat 51 juga menyebutkan tentang teman dan pemimpin.

Ada dua syarat sahabat dalam Islam berdasarkan beberapa hadis Rasulullah.

1. Seiman


Jika Temans ingin mencari sahabat, carilah yang seiman. Ini bukan berarti tidak boleh berteman dengan orang dari agama lain, lho! Hanya saja, fungsinya bisa berbeda.

Sahabat seiman akan mengingatkan ketakwaan kepada Allah Swt, teman dunia dan akhirat. Mereka memahami benar bagaimana seorang mukmin harus berakhlak dan beribadah. Akibatnya, Temans ini akan menegur jika ada perbuatan yang salah.

Al Hasan al Bashri mengatakan, "Perbanyaklah sahabat-sahabat mukminin, karena mereka memiliki syafaat pada hari kiamat."

Hal di atas menunjukkan pentingnya sahabat dan saudara sesama muslim yang dapat saling mengingatkan.

Rasulullah bersabda dalam HR. Abu Daud dan Tirmidzi, “Orang itu tergantung agama temannya. Maka lihatlah siapa teman kalian!”

Dalam hadis riwayat Abu Daud dan Tirmidzi juga disebutkan, “Jangan bersahabat kecuali dengan orang mukmin.”

2. Tulus


Tulus secara sederhana diartikan sebagai tanpa niat buruk atau hanya memanfaatkan diri saja. 

Sahabat menyukai Temans apa adanya, bukan ada apanya. Jika anak sekolah, mereka mau berteman bukan hanya karena Anda pintar, kaya, dan lain-lain untuk dimanfaatkan. Kepintaran, kekayaan, dan semua yang bersifat materi dapat dengan mudah hilang dari siapa saja.

Oleh karena itu Rasulullah pernah bertanya pada Ali bin Ali Thalib, “Berapakah jumlah sahabatmu, wahai Ali?" Beliau menjawab, "Nanti aku akan menghitung ketika aku dalam kesulitan.”

Sahabat Terbaik dalam Suka dan Duka


Saat membaca sub judul di atas, klise banget ya? Saya ikut tersenyum geli menuliskannya! He he..

Di umur yang sudah melewati angka puluhan 4, sudah ada beberapa pengalaman tentang teman baik. Di masa depan, mungkin akan lebih banyak lagi pengalaman yang saya dapat ambil hikmahnya.

Selain kriteria sahabat menurut Islam yang sudah disebutkan di atas, saya menambahkan dua kriteria sendiri. 

1. Teman Bijaksana


Teman bijaksana adalah teman yang dapat menyeimbangkan hidup. Tidak terlalu serius, tetapi juga tidak sebaliknya. Dia tahu bagaimana menempatkan dirinya.
Teman ini juga yang akan menegur jika saya mempunyai kekurangan. Istilahnya, kritikus tajam. Tidak ragu apabila teguran yang disampaikan pahit buat saya, yang penting hasilnya membangun.

Saya tidak menyukai seseorang yang tidak berani menyampaikan pendapatnya. Hanya mau memberitahukan hal baik saja.  Apalagi jika ternyata di luar atau di belakang kritikan itu justru disampaikan kepada orang lain. 

Konflik dalam berteman tidak dapat selalu dihindari, karena tidak ada orang yang sempurna. Jika sudah berpegangan pada dua kategori sahabat menurut Islam, konflik hanya bersifat sementara. Ketulusan akan lebih mendominasi.

2. Suportif


Di luar kebijaksanaan yang dimiliki, saya ingin teman berada di sisi setiap dibutuhkan. Tidak harus selalu hadir dalam bentuk fisik. Paling tidak hati dapat merasakan. 

Tidak perlu juga like setiap status di media sosial, tetapi saya tahu Temans memperhatikan. 

Bahkan, jika ada masalah melanda,  mereka mau mendukung. Tidak menghakimi saat hal buruk terjadi, meski tetap menegur saat salah. Mereka mendoakan yang terbaik di setiap kesempatan. Saling berempati dan simpati terhadap segala masalah.

Adakah saya mempunyai teman baik seperti yang diharapkan? Hmm... Rahasia deh! He he.. Untuk mendapatkan sahabat tentu harus dimulai dari diri sendiri dulu: berusaha menjadi teman terbaik bagi orang-orang di sekeliling! Setuju?


Tulisan Diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge Sahabat Hosting.