Minggu, 24 Januari 2021

Travelling Paling Berkesan Tidak Harus Mahal dan Jauh


Travelling? Saya tidak pernah berpikir untuk sering-sering melakukannya, karena termasuk yang suka mabuk perjalanan. Itu sebabnya saya lebih nyaman berada di rumah. Jadi, tempat travelling yang paling berkesan buat saya bukan semata keindahan dan favorit. 

Ya, meski bisa dihitung dengan jari beberapa tempat pernah saya kunjungi. Paling tidak, study tour saat sekolah dulu dan pulang ke kampung halaman. He he..

Museum Perjanjian Linggarjati, Kuningan Jawa Barat


Perjanjian Linggarjati merupakan meja perundingan pertama yang dibuka pemerintah Indonesia di awal masa kemerdekaan. Kisahnya, banyak ditulis pada buku-buku sejarah. Saya cukup hafal dengan cerita ini, karena termasuk penyuka sejarah. 
Meski demikian, tidak pernah terbayang suatu saat berkunjung ke museum Linggarjati. Sebuah tempat yang dijadikan tempat berunding saat Belanda melakukan Agresi Pertama pasca kemerdekaan RI, tahun 1947. 


Kebetulan, Kuningan adalah kampung halaman suami. Setahun sampai dua tahun sekali, keluarga biasa berkunjung ke sana. Sehari dua hari menginap dan langsung pulang.

Tujuh belas Agustus 2018, saya dan keluarga kembali ke sana. Beberapa bulan setelah berpulangnya almarhumah Mami. 

Entah kenapa, kali ini sulung Avanty mengajak berkunjung ke salah satu daerah wisata. Saya bilang, kita cari yang tidak ada di sekitar Jabodetabek. Akhirnya, kami sepakat untuk berkunjung ke Museum Perjanjian Linggarjati dalam perjalanan pulang.

Anak-anak zaman now, termasuk jarang berkunjung ke museum. Jika study tour, mereka lebih mengenal Dunia Fantasi, Wisata Yogyakarta, dan Trans Studio Bandung. Jadi, masuk ke sebuah museum merupakan pengalaman sendiri.

Apalagi salah seorang guide di sana langsung mendatangi dan menjelaskan sejarah setiap bagian rumah secara detil. Mungkin, karena kami jumlahnya banyak ya? Sekeluarga lengkap, rombongan berjumlah 8 orang.

Di bagian dinding terpampang beberapa foto, seperti Bupati Kuningan masa itu dan puterinya yang mengusulkan tempat. Ada pula foto Presiden Sukarno dan tokoh-tokoh yang berhubungan dengan Perjanjian Linggarjati. 

Ruangan, lantai, hingga bagian atap meski sudah mengalami beberapa kali renovasi masih asli. Begitu pula perlengkapan di dalamnya. Tidak lupa ada pula diorama yang menggambarkan kejadian selama beberapa hari Perjanjian Linggarjati dan kesepakatannya.

Yang unik, tepat dengan kedatangan kami ke sana sedang diadakan Festival Seribu Bendera Merah Putih dalam rangka perayaan kemerdekaan RI.


Anak-anak suka sekali dengan wisata kali ini.
Saya sendiri, entah mengapa rajin sekali membuat dokumentasi foto di setiap sudut. Dalam pikiran, suatu saat saya akan membuat tulisan tentang museum.

Ternyata saya benar-benar mendokumentasikan perjalanan tersebut. Naskah tentang Setu Babakan di Jakarta tidak jadi digunakan dalam antologi yang diselenggarakan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) bekerja sama dengan Departeman Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. Alasannya, tempat tersebut belum resmi dijadikan situs cagar budaya.

Pengajuan Museum Perjanjian Linggarjati justru diterima. Enam bulan kemudian, buku tersebut sudah terbit.

Buku yang membawa saya bertemu dengan beberapa penulis lain dan pengalaman tidak terlupakan. Keluarga juga senang karena travelling paling berkesan kali ini diabadikan dalam buku yang dibaca oleh banyak orang. 

Travelling Paling Berkesan ke Kebun Raya Cibodas, Bogor



Saya pernah ke Kebun Raya Cibodas semasa SMP bersama teman-teman. Wah.. Bisa dibayangkan itu terjadi beberapa puluh tahun lalu!

Tahun 2019, anak nomor empat pesantren di wilayah Cipanas. Tentu saja, Cibodas menjadi wilayah yang kami lalui saat menjenguknya.

Awal Maret 2020, saat menjenguk, suami memutuskan untuk berkunjung ke sana. 
Tentu saja Kebun Raya Ciobodas sudah tidak seperti zaman dahulu. Ada pohon sakura yang sayangnya saat itu sedang tidak berbungan. Namun, banyak hal yang dapat dilihat dan sudah jauh tertata rapi.

Ada taman mawar, taman pakis dan suplir, pohon Rafflesia, dan terakhir curug. Nah, yang terakhir ini sangat disukai si bungsu.
Maklum, sebagai anak bungsu dia belum punya banyak pengalaman seperti kakak-kakaknya. Jadi, meski jalan ke curug cukup jauh dan berat, dia senang melakukannya. 

Dia bilang, “Ummi, Aifa bahagia hari ini.”

He he.. Begitulah dia! Selalu ekspresif mengungkapkan isi hatinya. 

Buat saya, perjalanan ke Kebun Raya Cioboda termasuk travelling paling berkesan. Ini dikarenakan perjalanan bebas terakhir kali kami sekeluarga.

Dua minggu setelahnya, pandemi melanda Indonesia. Selama kurang lebih lima bulan kami tidak keluar rumah, kecuali olah raga di sekitarnya. 

Bahkan, sampai sekarang belum ada perjalanan bersama yang dapat dilakukan. Anggota keluarga hanya keluar rumah saat bekerja dan berbagai keperluan lain.

Hikmah mendalam yang saya rasakan. Betapa waktu harus dipergunakan sebaik-baiknya. Seminggu, sehari, dan satu jam yang akan datang tidak ada yang tahu apa yang menanti. Semua harus bersiap dengan segala kemungkinan. Takdir Allah datang tidak bertanya terlebih dahulu kesiapan manusia. Intropeksi buat saya dan keluarga untuk meningkatkan kualitas diri dan kebersamaan.

Itulah cerita singkat dua travelling paling berkesan bagi saya. Apa cerita Temans? Yuk, sharing di sini!

Tulisan ini diikutsertakan dalan 30 days writing challenge Sahabat Hosting

Tidak ada komentar:

Posting Komentar