Minggu, 07 Februari 2021

Yuk, Mengenal Literasi Keuangan agar Hidup Lebih Baik!

Yuk, Mengenal Literasi Keuangan!

Sumber : Pixabay dari Nattanan 23

Literasi selalu dikaitkan dengan kegiatan membaca dan menulis. Padahal sesungguhnya literasi merupakan kata yang dapat diartikan lebih umum.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KBBI), literasi terbagi menjadi 3 makna:

1. Literasi yang berarti kemampuan membaca dan menulis. Pengertian ini yang pertama kali saya pahami.

2. Literasi yang berarti keterampilan dalam bidang akat aktivitas tertentu.

3. Literasi, artinya kemampuan individu dalam mengolah informasi untuk kecakapan hidup.

Kata di atas dapat digabungkan menjadi beberapa kata lain, sehingga maknanya menjadi lebih luas.

Kata tersebut, yaitu literasi baca tulis, literasi digital, literasi gizi, literasi internet, literasi keuangan, literasi media, literasi numerasi, literasi perpustakaan, literasi siber, dan literasi virtual.

Makna dan Manfaat Literasi Keuangan

Para ahli mempunyai definisi yang sedikit berbeda tentang literasi.

Namun, jika dirangkumkan kata tersebut bermakna kegiatan yang meningkatkan kemampuan belajar dengan berbagai sarana yang ada untuk mencapai tujuan.

Literasi keuangan adalah proses kegiatan yang mengajari seseorang untuk mengelola kegiatannya lebih baik.

Tujuan kegiatan di atas, tentu saja agar Temans tidak konsumtif dan lebih sejahtera.

Proses Literasi Keuangan Pribadi

Sebelum menikah, saya tidak pernah berpikir untuk mengelola keuangan. 

Saya hanya tahu berhemat agar uang kiriman orang tua cukup sampai akhir bulan. Tidak perlu meminta tambahan, meski untuk membeli buku, fotocopy, dan sejenisnya.

Yang penting, saya tidak berhutang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 

Di awal menikah, saya berpikir untuk menerapkan hal yang sama.

Namun, ternyata saya dan suami mempunyai pandangan yang berbeda tentang uang. 

Di sini saya secara tidak sadar melakukan yang namanya literasi keuangan.

Agar tidak salah langkah, saya membagikan kepada Temans beberapa bagian yang saya pelajari.

1. Pasangan Harus Menyamakan Visi dan Misi

Suami dan isteri berasal dari keluarga dengan latar belakang dan kebiasaan berbeda.

Di awal pernikahan, sebaiknya visi dan misi disamakan terlebih dahulu, termasuk dalam hal keuangan. Apalagi jika pasangan sama-sama bekerja.

Bukan hanya tentang pembagian keuangan, tetapi juga cara membeli alat-alat besar rumah tangga, membelikan mainan anak, dan seterusnya.

2. Jangan Berhutang untuk Hal yang Tidak Perlu

Tidak punya uang? Jangan langsung berpikir untuk berhutang.

Sekali Temans melakukannya akan menjadi kebiasaan. Semua tergantung pada orang lain.

Meminjam uang penting dapat dilakukan, jika ada yang sakit, terkena musibah, dan pendidikan. Itu pun sudah dipikirkan sejak awal bagaimana cara pembayarannya.

Jangan menggunakan prinsip bagaimana nanti. Hutang adlah kepercayaan orang lain yang harus dijaga.

3. Tidak Menggunakan Kartu Kredit

Suami bukan pegawai kantor. Awalnya, kartu kredit katanya digunakan sebagai performa perusahaan. Kadang bank menjadikan hal tersebut untuk mengetahui sehat atau tidaknya keuangan.

Sekali waktu, kami pernah terjebak menggunakannya. 

MasyaAllah, kartu kredit adalah pinjaman bunga berbunga. Utang tidak pernah selesai meski sudah tidak dapat digunakan. Apalagi jika pembayaran hanya minimum.

4. Tinggalkan Riba

Kartu kredit merupakan pengalaman pertama dan terakhir.

Namun, ada lagi yang ternyata tidak mudah. Kami membeli rumah dengan cara menyicil.

Bunga flat hanya diberikan satu tahun pertama. Setelah itu, setiap tahun meningkat. 

Saat sudah KPR sudah berjalan setengah dari tahun yang diajukan, ternyata utang belum berubah. Nominalnya kurang lebih sama sejak awal.

Ternyata, yang dibayar selama ini baru bunganya saja.

Sungguh sangat menyesakkan. 

Allah dan Rasulullah benar memerintahkan umat Islam untuk menghindari riba. ternyata, banyak mudharatnya.

5. Merencanakan Pemasukan dan Pengeluaran

Selanjutnya, perencanaan pemasukan dan pengeluaran sangat penting.

Ini dilakukan agar seseorang lebih bijak dalam pengeluaran.

Jika tidak penting dan tidak ada dalam daftar belanja jangan menggunakan uang yang ada.

Ingat, yang dimaksud dalam perencanaan pengeluaran bukan proyek yang belum pasti jalan. Namun, proyek atau pekerjaan yang sudah berjalan dan belum dibayar.

6. Budget untuk Sedekah, Tabungan, dan Investasi

Dalam perencanaan keuangan, budgetkan untuk sedekah, tabungan dan investasi.

Insyaallah Temans akan memahami kegunaannya masing-masing.

Khusus untuk sedekah, jika tidak digunakan dalam jangka waktu tertentu tidak perlu digunakan untuk pos lain.

Tetaplah disimpan sebagai sedekah.

7. Memahami Rejeki dari Allah

Terakhir, yakin bahwa rejeki datangnya dari Allah. Tidak semata-mata karena usaha.

Jadi, dalam kondisi sesibuk apa pun tidak boleh melupakan ibadah dan bersyukur. 

Allah sudah mengatur bagian setiap manusia.

Itulah Temans, literasi keuangan menurut saya! Pengalaman pribadi dan keluarga hingga saat ini. Tulisan singkat, Semiga bermanfaat.
Semoga kita semua mendapat kemudahan, kelancaran, dan keberkahan rejeki. Aamiin.

Tulisan Ini Diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge Sahabat Hosting

Kamis, 04 Februari 2021

Soto Banjar, Kuliner Tradisional Khas Kalimantan Selatan

Soto Banjar, Kuliner Tradisional Khas Kalimantan Selatan 

Sumber gambar: masakapahari ini.com

Saya bukan seorang yang senang berwisata kuliner.

Hampir semua masakan saya anggap enak di lidah.

Meski bertubuh kurus, makan apa saja selalu dinikmati dengan lahap.

Mungkin karena saya juga bukan orang yang suka memasak ya? Jadi tidak rewel terhadap makanan.

Yang penting tidak aneh.

Aneh? Ya, saya hanya suka kuliner tradisional.

Makanan Barat seperti pizza dan burger tidak cocok. Saya menyebutnya aneh di lidah.

Entah kenapa rasanya berbeda  memakan daging yang dicampurkan di pizza, burger, roti isi daging, dan makanan lain yang sejenis.

Soto Banjar, Kuliner Tradisional Khas Kalimantan Selatan Andalan

Meski di atas dikatakan tidak suka memasak, bukan berarti saya tidak bisa memasak.

Beberapa masakan sederhana dan sehari-hari, insyaallah bisa. 

Begitu pula makanan pelengkap yang biasa dihidangkan saat lebaran.

Membuat kue menjadi favorit. 

Di luar semuanya, soto banjar menjadi andalan keluarga.

Saya hanya mau memasaknya saat acara tertentu, seperti arisan, kumpul keluarga, atau teman.

Anak-anak juga menyukai soto yang satu ini.
Mereka selalu dengan senang hati membantu jika saya memasaknya.

Buat saya, membuat soto perlu energi besar.
Bahan-bahannya tidak selalu ada di tukang sayur dekat rumah.

Selain itu, pekerjaannya terdiri dari beberapa bagian.

Selain membuat kuah soto itu sendiri, Temans juga harus menyiapkan telur rebus dan perkedel.

Menyuwir ayam untuk dihidangkan juga membutuhkan waktu cukup lama.

Resep Soto Banjar ala Ummi

Biasanya ketika anak-anak melihat saya bersiap membuat soto Banjar, mereka akan bertanya, “Mau ada acara apa, Ummi?”

He he.. Lebaran pun saya belum tentu membuatnya.

Ada mamak, sebutan saya untuk ibu, yang masih rajin membuat di hari raya.

Saya? Selalu merasa lebih mudah membuat opor ayam dan teman-temannya.

Meski jarang, soto banjar buatan saya tergolong enak, lho!

Mau tahu resepnya? Di bawah ini langkahnya.

1. Menyiapkan Bahan

Bahan yang disiapkan terdiri dari ayam kampung (ayam negeri juga boleh), telur untuk direbus, soun, bumbu, bahan perkedel, daun bawang, dan daun seledri.

Bumbu soto yang dihaluskan terdiri dari bawang merah, bawang putih, kemiri, kunyit, merica, dan garam.

Sebagai pembuat aroma, Temans juga menyiapkan biji pala, cengkeh, kayu manis, dan kapulaga.

2. Membuat Perkedel

Agar lebih santai, saya biasa membuat perkedel sehari sebelumnya dan diletakkan dalam kulkas.

Keesokan hari barulah digoreng.
Untuk perkedel, sama dengan cara Temans membuatnya.

Kentang dipotong kecil, digoreng, dan dihaluskan.

Ketika sudah halus, campurkan dengan bumbu.

Bumbunya cukup bawang putih, lada, dan garam saja.

Perkedel untuk soto banjar tidak memerlukan daging cincang dalam campurannya.

Bentuk adonan yang sudah halus dan dicampurkan bumbu sesuai kebutuhan.

3. Menyiapkan Telur Rebus

Jumlah telur yang direbus untuk disajikan tergantung dari selera.

4. Memasak Soto

Siapkan air yang akan digunakan sebagai kuah soto.

Masak bersama ayam. Ketika sudah mendidih angkat ayam.

Masukkan bumbu halus dan bumbu lain untuk menambah aroma rempah.

5. Menyiapkan Ayam Suwir

Ayam yang sudah diangkat ketika direbus dapat disuwir-suwir jika sudah dingin.

6. Memanaskan Soun

Bagian selanjutnya dari soto banjar adalah memanaskan soun agar lunak ketika dimakan.

Pemanasan dapat dilakukan dengan menyiram air panas saja atau direbus.

7. Menyiapkan Sambal

Tentu saja agar terasa nikmatnya, soto harus ditemani sambal.

Sambal ini hanya terdiri dari campuran rawit merah dan cabe keriting yang dihaluskan ditambah garam secukupnya.

Sebelum dihaluskan, cabe direbus terlebih dahulu hingga lunak.

8. Menyiapkan Nasi, Lontong, atau Ketupat

Soto Banjar dapat dimakan terpisah atau bersama makanan pokok.

Umumnya yang digunakan adalah ketupat.
Namun, kini banyak orang menghidangkan kuliner khas Banjar ini dengan nasi atau lontong.

9. Bawang Goreng dan Daun Bawang Seledri

Agar kenikmatannya bertambah, jangan lupa menyiapkan bawang goreng dan irisan tipis daun bawang dan daun seledri.

10. Menghidangkan Soto Banjar

Soto banjar dihidangkan selagi hangat.
Temans harus menyiapkan nasi atau ketupat terlebih dahulu.

Setelah itu, masukkan sedikit soun dan tuangkan kuah di atasnya.

Di bagian permukaan Temans dapat meletakkan suwiran ayam, potongan telur rebus, dan perkedel.

Bawang goreng, daun seledri, dan daun bawang ditaburkan terakhir kali.

Beberapa buah emping juga dapat ditambahkan di permukaan.

Hmm.. Menulis ini jadi lapar, ya?

Itulah kuliner tradisional khas Kalimantan Selatan andalan saya dan keluarga. Apa makanan favorit Temans?


Tulisan ini diikutsertakan dalam 30 days writing challenge Sahabat Hosting.

Selasa, 02 Februari 2021

Setiap Anak Unik, Tugas Orang Tua Memahaminya

Setiap Anak Unik, Tugas Orang Tua Berusaha Memahaminya

Sumber Foto : Kahhl di Pixabay.com

Setiap anak unik, karena memang Allah menciptakan manusia berbeda-beda. 

MasyaAllah, kembar sekali pun jika diteliti secara seksama padati mempunyai karakter dan bentuk berbeda.

Namun, terkadang orang tua ingin anaknya sama dengan orang lain.

Sebagian besar disebabkan rasa khawatir.

Temans, pasti pernah mendengar kata-kata di bawah ini.

“Anak kamu kok belum bisa berjalan? Padahal usianya sudah satu tahun.”

“Mengapa anak saya tidak dapat sepintar dan setenang si A?”

“Maaf ya, anak bungsu saya memang berbeda dari kakak-kakaknya.”

Masih banyak lagi kata yang kurang lebih artinya sama jika dituliskan: orang tua tidak mau menerima perbedaan anaknya.

Prinsip Dasar Parenting Versi Saya


Saya menikah lebih dari 25 tahun yang lalu.

Masa itu, belum ada ilmu parenting seperti sekarang ini.

Jadi, seperti saya sering bercerita kepada te0an-teman di dunia nyata: “Mungkin anak pertama mencerminkan diri saya.”

Keras kepala, banyak menuntut, dan seterusnya. 

Yang pasti mereka adalah guru saya.

Dari sana, saya belajar banyak hal tentang menjadi orang tua yang baik.

Bagaimana tidak? Saya mempunyai 6 anak dengan karakter yang hampir bertolak belakang.

Ini prinsip dasar parenting berdasarkan pengalaman pribadi.

1. Orang Tua Harus Mengenali Diri Sendiri

Seharusnya jauh sebelum menjadi orang tua, kenali diri sendiri dulu.

Siapa saya, apa yang suka dan tidak suka, dan bagaimana cara mengendalikan diri menjadi prioritas.

2. Orang Tua Menyepakati Tujuan dan Pola Asuh

Masalah sering terjadi ketika kedua orang tua mempunyai cara yang berbeda dalam mengasuh.

Anak yang melihat ini dapat memanfaatkan.

Selain itu, setiap aturan tidak akan diterapkan dengan baik. 

Ibu memberi aturan, ayah melanggar atau sebaliknya.

3. Memahami Bahwa Setiap Anak Unik

Seperti sudah disebutkan di atas, setiap anak adalah unik.

Anda tidak dapat menyamakan kakak dengan adik. Apalagi dengan orang lain.

Jika anak tidak pandai dengan sesuatu, introspeksi diri sendiri. Ada hal lain yang menjadi kelebihannya.

Selain itu, pola asuh yang berbeda tanpa disadari juga menyebabkan perbedaan.

Misalnya, seperti yang saya tuliskan tentang anak sulung di atas.

Soal kepandaian? DNA alias genetika orang tua juga berpengaruh, lho!

Saya saja tidak suka dengan Fisika ketika sekolah. Apakah harus memaksa anak untuk menyuka5? Itu tentu tidak adil.

4. Parenting dengan Berkata Baik

Orang tua adalah teladan anak. Perkataan dalam Islam merupakan doa. Apalagi diucapkan oleh seorang ibu.

Jadi, saya harus menyadari benar berkata harus baik. Meski dalam kondisi marah.

Banyak kisah yang menceritakan hal tersebut. Yang paling terkenal di Indonesia, Malin Kundang yang Durhaka.

5. Menyesuaikan Harapan dan Aksi

Teladan lebih mudah diserap daripada hanya perintah.

Aksi juga harus disesuaikan dengan harapan.

Temans dapat membayangkan ilustrasi di bawah ini.

Hampir setiap orang tua muslim menginginkan anaknya menjadi shalih atau shalihah.

Hal tersebut tidak dapat terwujud begitu saja. Harus seimbang antara harapan dan usaha.

Misalnya, agar anak shalih diperkenalkan dengan Allah sejak kecil. Yang paling sederhana, mengajarkan anak mengaji. 

6. Doa

Doa bagi saya adalah harapan. Itu karena saya yakin, apa pun yang dipanjatkan akan dikabulkan. Meski tidak langsung atau dalam bentuk lain.

Doa di setiap kesempatan untuk segala kebaikan untuk Ananda di mana saja berbeda.

Doa pula untuk teman-teman Ananda. 

Mereka adalah lingkungan terdekat selain orang tua. Jika mereka baik, insyaAllah anak juga ikut. 

7. Menitipkannya Kepada Orang Lain

Saya tahu, bahwa kemampuan diri terbatas.

Tidak mungkin Ananda selalu dalam pengawasan.

Hal tersebut juga akan mengganggu perkembangan dirinya.

Untuk itu, saya selalu menitipkan pada teman-teman baik. Beritahukan saya jika ada yang salah dengan mereka. InsyaAllah saya akan menerimanya.

Itulah tujuh parenting versi saya yang sudah diterapkan untuk 6 anak unik di rumah. 

Saya berdoa, “Semoga Ananda semua (termasuk Ananda Temans) menjadi anak shalih/shalihah, cerdas, dan sehat. Quroota ‘ayyun bagi kedua orang tua dan tidak pernah meninggalkan shalat 5 waktu dalam kondisi apa pun.” Aamiin.. Aamiin ya Rabb..



Tulisan diikutsertakan dalam 30 days Writing Challenge Sahabat Hosting