Rabu, 26 Mei 2021

Pengalaman Memaafkan dan Proses Terjadinya


Manusia adalah makhluk sosial yang berinteraksi. Dalam kegiatan tersebut, sering kali terjadi perselisihan. Pengalaman memaafkan dan meminta maaf menjadi bagian yang saling berhubungan agar semuanya berjalan baik. 
Namun, meminta maaf dan memaafkan bukanlah hal yang mudah. Meminjam lagu Sherina di masa kecil, hanya orang yang berjiwa pemberani yang mau minta maaf dan satria untuk memaafkan. He he.. Betul nggak ya lagunya begitu? 

Alasan Memaafkan 


Sering kali seseorang mengatakan, “Saya sudah memaafkan dia.” 

Benarkah demikian? Jika Temans pernah menyatakan hal di atas, sebaiknya instropeksi diri. 

Memaafkan, memang bukan berarti melupakan. Namun, bukan juga menjadi pembenaran untuk saya atau Temans mengingatnya terus menerus. 

Terus menegaskan sesuatu yang terjadi, apa yang orang lain lakukan, dan bagaimana itu terjadi adalah pertanda bahwa Temans belum memaafkan. Apalagi jika kemudian diiringi dengan kegiatan merusak diri sendiri. Menuduh, segala sesuatu memang merupakan kesalahan diri. 

Buat saya, memaafkan itu mudah. Yang sulit, jika harus memaafkan kesalahan orang-orang terdekat, seperti orang tua, pasangan, anak, dan keluarga besar lain. Terkadang mereka tidak menyadari kesalahan dan membuat orang lain terluka. Bahkan, diri sendiri tidak mengetahui hati terluka dan membawa hal negatif.

Berpura-pura tidak ada yang pernah terjadi, jelas tidak mungkin. Mereka merupakan orang terdekat yang intensitas pertemuannya lebih besar dari orang lain. Akibatnya, hubungan sehari-hari menjadi tidak harmonis. Sedikit saja masalah, dapat menjadi pemicu emosi dan kemarahan. 

Jadi, dengan konteks di atas memaafkan mempunyai dua fungsi: memperbaiki hubungan dan memberikan kedamaian pada diri. Hmm.. Ternyata tidak mudah jalan menuju memaafkan karena tidak hanya menyangkut orang lain tetapi juga memaafkan diri sendiri. 

Proses Menuju Keikhlasan Memaafkan 


Jika ikhlas memaafkan itu pekerjaan mudah, tentu sudah banyak orang melakukannya dan interaksi menjadi lebih damai. 

Hal ini juga bukan berarti memaafkan itu sulit. Hanya saja berdasarkan pengalaman memaafkan, ini harus berproses. 

Bagaimana prosesnya? Di bawah ini ada beberapa hal yang harus dilalui berdasarkan pengalaman pribadi, Temans, dan beberapa sumber. 

1. Kenali Emosi Negatif 

Umumnya, ketika masih dikuasai sakit hati seseorang akan mudah sekali marah. Kemarahan tidak hanya ditujukan kepada orang yang menyakiti, tetapi kadang kepada siapa saja. 

Ibu rumah tangga seperti saya, misalnya. Beberapa kali menempatkan anak sebagai makhluk yang tidak berdaya dan menjadi pelampiasan amarah. Kasihan, bukan? 

Temans harus mengenali emosi negatif yang ada dan mengingat alasan itu terjadi. Setelah itu, secara sadar mengakui kesalahan dan memperbaiki. 

2. Berempati 

Saat sudah mengetahui emosi negatif dan penyebabnya, berusahalah terlebih dahulu memahami kesalahan orang lain. Berusahalah untuk berpikiran positif: orang lain tidak sengaja menyakiti atau dia tidak menyadari telah menyakiti hati Temans. 

Berempatilah sedikit, dengan mencoba menempatkan diri pada posisi yang sama. Dari sini kemungkinan Temans sudah merasakan kedamaian, rasa tersakiti dilihat dari kacamata yang berbeda. 

3. Memaafkan Kesalahan Masa Lalu 

Jika kesalahan orang lain pada Temans sudah lama sekali, berusahalah memaafkan kesalahan masa lalu. Jangan terjebak atau terobsesi dengan kata "seandainya". 

Dalam ilmu parenting, perilaku anak adalah hasil didikan orang tuanya. Ketika Temans sudah dewasa dan menyadari ada yang salah dari pendidikan orang tua, segera maafkan hal tersebut. Maafkan orang tua dulu yang kurang perhatian, suka memarahi, dan seterusnya. Ini penting agar Temans tidak melakukan hal yang sama kepada anak-anak tercinta. 

4. Terus Mengingatkan Diri Sendiri 

Langkah keempat, teruslah mengingatkan diri sendiri bahwa Temans sudah memaafkan. Pikirkan setiap kali rasa sakit timbul. 

Jika memungkinkan, beristighfarlah sebelum tidur dan berulang kali mengatakan bahwa diri ini ikhlas dan sudah mau memaafkan kesalahan A. 

5. Menyadari Dampak Positif Memaafkan 

Saat proses memberi maaf terjadi, sedikit demi sedikit Temans akan merasakan hal yang berbeda. Hidup lebih nyaman, sakit kepala hilang, gatal-gatal di seluruh tubuh tidak terasa lagi, dan sebagainya. 

Dampak positif yang mulai terjadi akan membuat Temans terus mencoba ikhlas hingga benar-benar melupakan semua kesalahan orang lain. 


So, pengalaman memaafkan adalah proses yang cukup panjang. Namun, hasilnya akan cukup signifkan, lho! Saya sudah membuktikan, hidup akan lebih sehat secara jasmani dan rohani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar