Surat Ali ‘Imran Ayat 185
Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka
sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan
yang memperdayakan“.
Dari ayat di atas, semua muslim mukmin dan percaya dan yakin akan
kematian. Mereka bahkan diperintahkan
menyiapkan bekal untuk menghadapi hari setelah kematian. Bekal dengan banyak ibadah, beramal,
berakhlak baik, dan semua yang dituntun dalam Al qur’an dan hadits.
Namun, kematian yang sudah disiapkan terkadang
membuat orang lupa mempersiapkan lingkungan (anak/suami/isteri) untuk menerima
kematian tersebut dan ikut menambah bekal di akhirat kelak. Kemtian terkadang mebuat orang-orang di
sekeliling terpuruk dan tenggelam dalam kesedihan.
Apa saja yang harus kita siapkan untuk
orang-orang terdekat?
1. 1. Mandiri
Buat seorang Ibu, yang
selalu dipikirkan adalah bagaimana kondisi anaknya apabila dia tidak ada.
Begitu pula dengan seorang ayah, akan memikirkan bagaiaman kehidupan anaknya
kelak dia tidak ada. Mungkin untuk
seorang suami / isteri, akan mudah mencari pengganti pasangannya. Namun buat anak, tidak ada yang bisa menggantikan
orangtua mereka.
Membuat anak mandiri
sangat sulit di masa sekarang. Apalagi
kita menganggap apa-apa yang kita lakukan semua untuk mereka. Jadi, kenapa harus dipersulit.
Hal pertama yang harus
dilakukan untuk melatih kemandirian adalah tekad orang tua. Kadang orangtua harus menjadi raja tega. Tega membiarkan nanak-aanak melakukan
beberapa hal sendiri tanpa harus dibantu.
Dan ikhlas membiarkan anak-anak membuat keputusan-keputusan
sederhana. Orangtua hanya perlu memberi
pertimbangan dan masukkan.
Kedua, orangtua harus
sabar. Karena anak tidak bisa mendadak
bisa mandiri. Harus melalui proses yang
terkadang harus selalu diingatkan dan melelahkan. Sabar membiarkan anak belajar melakukan
sesuatu sendiri walaupun terkadang lama baru selesai. Dan sabar ketika melihat anak melakukan
sesuatu, malah membuat yang lain berantakan.
Contohnya, sabar
membiasakan anak langsung ganti baju ketika pulang sekolah. Hal tersebut harus diingatkan
berulang-ulang. Sabar, ketika si kecil
memakai baju sendiri dan lama sekali sementara orangtua inginnya cepat-cepat
berangkat sekolah. Sabar, ketika maksud
anak adalah membantu memasak, tapi ternyata membuat dapur dan isinya
berantakan.
2. 2. Menjadikan Anak Shaleh
Anak shaleh adalah
bekal untuk orangtua di akhirat kelak. Bukankah
salah satu dari amalan yang tidak terputus ketika orang telah mengalami kematian
adalah doa anak yang shaleh. Anak yang
shaleh juga tidak selalu harus anak-anak kandung orangtua. Tapi bisa berarti anak keponakan,
murid-murid, dan anak angkat.
Anak sheleh juga
adalah anak yang tidak akan terpuruk ketika orangtua meninggalkannya. Karena dia tahu, ada Allah yang selalu
menolong dia di tiap kesempatan.
Menjadikan anak shaleh
berat. Tapi bisa dilakukan saat anak
masih dalam kandungan, dengan doa, amal dan ibadah orangtua, dan teladan yang
baik dari orang tua.
Memang benar, bahwa tidak ada seorangpun yang
bisa menolong kita kecuali diri kita sendiri.
Sampai kematian menjemput. Maka
diri sendirilah yang harus mempersiapkan.
Selamat beraktivitas temans!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar