Para
ahli menyebutkan bahwa waktu yang tepat untuk belajar membaca adalah usia 6
sampai 7 tahun. Namun, hal tersebut sering kali dirasakan orang tua tidak pas.
Mengapa?
Di
usia sekitar 6 sampai 7 tahun anak sudah masuk usia sekolah dasar. Temans
pernah melihat buku Tematik dan pelajaran lainnya? Rasanya sulit sekali bagi
anak yang belum dapat membaca untuk mengikutinya.
Oleh
karena itu, beberapa orang tua dan guru pra sekolah (taman kanak-kanak)
mengajarkan anak membaca sejak usia dini. Bahkan, ada yang mengajarkannya
secara formal dism-diam di TK dengan catatan orang tua tidak boleh
mengatakannya jika Diknas sedang sidak. He he.. rumit juga ya?
Bagaimana
dengan sikap orang tua dengan sekolah yang demikian? Sebagian besar tidak
masalah. Mereka justru merasa sangat terbantu daripada mengajarkan anak sendiri
membaca di rumah.
Anak
yang dapat membaca di usia dini, diikuti dengan kemampuan menulis dan berhitung
menjadi kebanggaan orang tua. Bahkan, ini sering kali dijadikan alasan untuk
memasukkan anak sekolah dasar di usia yang belum seharusnya, sekitar 5-6 tahun.
Sementara
itu, tanpa disadari masalah baru sering muncul. Anak tidak memahami apa yang
dibacanya. Ketika membaca dan menjawab pertanyaan yang sering ada di bagian
bawahnya, anak tidak mampu.
Ketidakmampuan yang terus bertambah seiring dengan kenaikan tingkat sekolah anak. Makin tinggi sekolah, tentu saja kemampuan pemahaman dituntut lebih besar. Jangankan mengerjakan soal cerita matematika, soal pengetahuan sosial yang jawabannya secara tersirat ada dalam teks, banyak yang tidak dapat melakukannya.
Yuk, Ajak Anak Mencintai Buku!
Sebelum
mulai dengan pembahasan belajar membaca, bagi saya yang penting untuk
ditanamkan adalah mencintai bacaan atau mencintai buku.
Bukan
hanya karena slogan “buku adalah jendela dunia” tetapi karena dari sini semua
bermula.
Makin
tinggi tingkat sekolah anak, bacaan yang dibaca akan panjang. Jika tidak cinta
buku, berat bagi mereka untuk membaca, apalagi memahami isinya.
Anak
yang sudah mencintai buku akan lebih mudah dalam menjalani proses akademis.
Temans pasti tahu bukan, di tingkat perguruan tinggi mahasiswa harus membaca
diktat dan referensi yang sangat tebal?
Nah,
jika sudah gemar, suka, dan cinta buku manfaat lain akan mudah didapat. Anak
akan lebih luas wawasannya, lebih semangat belajar, lebih terbuka pikirannya,
dan seterusnya.
Tips Mengajak Anak Belajar Membaca
Setelah
membahas sedikit tentang pentingnya mengajak anak mencintai buku, saya mau
membahas sedikit tentang tips mengajar anak membaca.
Langkah-langkah
yang sebenarnya sebagian besar mungkin sudah Temans terapkan di rumah untuk si
kecil. Ada juga di antaranya yang diterapkan pada pendidikan formal dan
informal anak usia dini.
Bedanya
di sini saya sedikit menggabungkan antara belajar , memahami, dan mengajak anak
agar suka membaca. Tips di sini merupakan gabungan antara hasil membaca
berbagai referensi dari buku parenting, internet, pengalaman pribadi, dan
pengalaman Temans yang saya ketahui.
Mau
tahu apa saja? Yuk, simak berikut ini!
1. Memberi Teladan
Sebenarnya
inti dari semua tips dan langkah mengajarkan anak membaca ini adalah memotivasi
mereka. Nantinya diharapkan mereka tidak terpaksa belajar membaca.
Yang
pertama, tentu saja memberi teladan.
Seperti
yang Temans ketahui bahwa anak adalah peniru ulung. Apa saja yang dilakukan
orang di sekitarnya atau ditonton dapat dengan mudah ditiru.
Jadi,
tidak mudah mengajak dan memotivasi anak membaca jika lingkungan di rumah tidak
melakukannya.
Anak
tidak dapat diminta belajar jika orang tua tidak pernah melakukannya, minimal
di waktu atau jam tertentu.
Lebih
bagus lagi, jika Temans meletakkan rak buku anak di tempat yang mudah
dijangkau.
2. Membacakan Cerita
Pada
dasarnya, di usia setahun lebih sedikit keingintahuan anak sudah besar. Mereka
selalu menunjuk dan bertanya apa saja yang tidak diketahuinya.
Manfaatkan momen anak di usia tersebut! Bacakan cerita atau buku kepada anak sambil
menunjukkan gambarnya.
Usahakan
pula membaca dengan intonasi yang tepat sehingga anak tidak bosan.
Selain
menumbuhkan minat anak kepada buku, kegiatan membacakan cerita akan mempererat
hubungan anak dan orang tua.
Tanda
mereka menyukai kegiatan ini adalah meminta Temans membacakan buku yang sama
secara berulang-ulang!
Jangan
bosan ya! Nanti ada saatnya mereka akan meminta buku lain.
3.
Mengajak Anak Membaca Gambar
Tips
ketiga adalah mengajak anak untuk membaca gambar.
Di
tahapan ini, Temans sebenarnya sudah mulai mengajak mereka mengenal huruf dan
lambangnya secara perlahan. Selain itu, membaca gambar berarti mengasah logika
anak tentang segala sesuatu yang dilihat dan dibaca.
Caranya,
ketika Temans membacakan cerita tunjukkanlah gambar pada buku yang
mengilustrasikannya.
Perlahan,
ajak mereka untuk melihat hal-hal yang berada di sekeliling gambar, seperti
warna, bentuk, dan lain-lain.
Di
tahap akhir, ajak anak bercerita sendiri tentang gambar yang di ceritanya.
Kegiatan ini dapat dimulai dengan menceritakan kembali buku yang sudah pernah
dibacakan. Setelah itu, ajak mereka membaca gambar dari buku yang belum pernah
dibaca.
4.
Mengenal Lambang
Pada
tahapan mengenal lambang, anak sebaiknya sudah termotivasi untuk lebih banyak
membaca buku.
Yakinkan
pada mereka bahwa jika sudah dapat membaca sendiri, akan lebih banyak lagi buku
yang dapat dibaca. Anak juga dapat membaca pesan sendiri dari ayah, misalnya.
Jika Temans sudah melaksanakan tahapan membaca gambar, pelajaran mengenal lambang
atau membaca sesungguhnya akan terasa lebih mudah.
Ingatlah,
untuk tidak memaksa anak memasuki tahapan ini!
Anak
yang tidak mempunyai masalah dengan tumbuh kembang, pasti dapat membaca. Yang
terpenting justru, sudahkah anak memahami apa yang dibacanya?
Temans
dapat membacakan kalimat, “Sepatu Andi berwarna putih.”
Jika
anak dapat menjawab pertanyaan “sepatu siapa yang berwarna putih” atau “Apa
warna sepatu Andi?” itu pertanda bagus. Kemampuan membacanya akan meningkat seiring
dengan waktu. Mereka juga akan langsung memahami isi bacaan.
5.
Membaca Perlahan dan Mengingat
Di
tahapan awal, ajak anak membaca perlahan sambil mengingatnya. Kemudian mereka
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana terkait dengan kalimat yang
dibaca, seperti contoh sebelumnya.
Awalnya
mereka dapat diberi buku yang lebih banyak gambar daripada tulisannya.
Perlahan, jika Temans menilai kemampuan anak sudah mulai meningkat, bacaan
dapat ditingkatkan pula jenisnya.
Mudah
bukan mengajak anak belajar membaca dan mencintai buku? Tidak ada waktu yang
tepat sekali untuk mereka belajar. Lingkungan dapat menciptakan sendiri situasi
yang kondusif sehingga anak suka belajar membaca. Yang penting semua mulai dari
diri sendiri dulu.
Saya
juga sedang memulainya nih! Yuk, bersama-sama menciptakan keluarga yang
mencintai buku.
Yap, ortu punya peran penting untuk mengajak anak cinta buku dan cinta membaca
BalasHapusSemoga keluarga makin berkah ya
Semangaatt semuanyaaa!
Yes benar.Makasih Mbak..
HapusSi kakak senang membaca, kadang-kadang saya menyuruhnya setelah dibaca diceritain ulang dan Alhamdulillah pelan-pelan dia mulai mengerti ceritanya dan begitu juga dengan pesan dari setiap buku yang dibaca :D
BalasHapusSaya juga masih terus menggali kemampuan dan mengajak bungsu membaca
HapusMbak, aku sahre di twitter yaa... biar aku gampang nyarinya kalau butuh. Artikelnya bermanfaat buat anaku kelak ajarin baca biar ingat terus...
BalasHapusSilakan Mbak.. Maaf baru dibalas
HapusSedih sih melihat anak2 belum bisa membaca, tp pas masuk SD "dipaksa" untuk bisa membaca lancar. Kejadian sama keponakan sendiri soal'y, jd klo d suruh baca malah mewek terus 😅
BalasHapusMemang sebaik'y tidak d paksa membaca tp menstimulasi dg kegiatan pra membaca seperti membacakan buku, dsb2 yang mba sebutkan di dalam tulisan ya..
Betul.. dengan stimulasi,anak membaca dengan semangat. Pemahaman bacaan juga meningkat
HapusAku kadang masih bingung, jadi kalo bayi saya sudah saya perkenalkan huruf di usia 9 bulan, boleh ga sih? Soalnya cara saya memperkenalkannya juga lewat buku.
BalasHapusKenalkan saja dan bacakan Mbak.. Kalau sudah mulai tertarik dan ingat sendiri dengan beberapa tulisan atau gambar do buku, baru perkenalkan hurufnya
HapusAh mantap tulisannya..
BalasHapusMemang klo masih usia dini blm waktunya anak belajar membaca ya mbak
Bosa diperkenalkan dengan buku. Saat dia.mulai tertarik, barulah diajarkan membaca
HapusOrtu punya peranan penting mengenalkan dunia literasi ke anak. Memang harus telaten ya. Idealnya didampingi dulu sejak usia dini.
BalasHapusBenar.. Makasoh mbak..
HapusHayuk Teh Naniek, aku sebagai generasi kurang akrab dgn buku sangat merasa terlambat sekali mencintai produk-produk literasi. oleh karena itu aku tumbuh bersama anak supaya cinta sama buku
BalasHapusIya Mbak.. Apalagi di kurikulum terbaru.mulai 2021 ada Ujian Assesmen sebagai pengganti UN. Literasi menjadi bagian yang digali.
HapusBetul sekali mbak nani. Saya sebagai orang tua juga punya PR untuk memberikan teladan bagi anak² saya untuk mencintai membaca. Berawal dari saya, orangtuanya dulu
BalasHapusIya Mbak.. Sama, sata juga masih terus berusaha..
HapusBener banget mbak, dilema banget ya sebenernya antara anjuran usia awal belajar membaca untuk anak tapi ternyata dilapangan saat masuk sekolah anak-anak sepertinya harus sudah bisa membaca. Btw, noted nih tipsnya mbak, keren!
BalasHapusIya, dilema. Tapi, kalau sudah dimulai sejak dini, anak juga sudah bisa membaca lebih awal.
HapusBener banget nih, saya setuju. Saya termasuk tipe orangtua yang santai, gak punya target anak harus bisa baca umur sekian.... Yang penting anak anak dikenalkan dengan berbagai macam buku. Dan sering dibacakan buku aja...
BalasHapusIya Mbak.. insyaAllah dengan cara dibacakan buku mereka akan termotivasi untuk belajar membaca lebih cepat
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAnak2ku dari baby udah kukenalin buku sih, nggak pernah kupaksa menguasai skill membaca cepat2 juga. Tapi karena udah senang sama buku, tertarik juga buat baca sendiri. Syukurnya sekolah kakak nggak mengharuskan anak bisa calistung di awal, jadi aku juga woles, begitu masuk 6 tahun eeeh akhirnya mau baca sendiri juga.
BalasHapus